03 October 2008

Konsep Jihad dalam Islam

Khotbah Jumat Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
As-Sunnah Foundation of America, 11 September 1998

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Wahai orang yang beriman! Wahai Muslim! Wahai Mukmin! Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an, Laa ikraha fid Din, kalian tidak bisa memaksa seseorang untuk menerima kalian atau agama kalian. Jika mereka senang menerimanya, itu terserah mereka dan bila mereka tidak senang, itu juga terserah mereka. Kalian tidak bisa memaksa siapa pun untuk menerima apa yang kalian terima. Tetapi kalian dapat memberinya dakwah, kalian dapat memberinya informasi, kalian bisa memberi mereka ilmu. Jika hati seorang Muslim atau non Muslim bertaut dengan apa yang diyakininya, maka itu akan membuat suatu perubahan yang dahsyat di seluruh alam semesta. Allah SWT mengutus Rasulullah SAW untuk berbicara kepada umat manusia dan untuk menunjukkan kepada mereka, “Inilah Islam! Fa dzakkir innama anta mudzakkir, mengingatkan orang, itulah tugasmu.” Al-ballaagh, untuk menyampaikan pesan, tetapi bukan untuk berperang.

Kalian tidak berhak untuk berperang. Sebab semua manusia adalah ciptaan Allah SWT. Tuhan menciptakan mereka. Allah SWT menciptakan seluruh manusia dan mungkin kalian tidak mengetahui isi hati mereka. Mungkin saja hati mereka seperti kalian, mungkin suatu hari nanti mereka akan memeluk Islam. Jadi Rasulullah SAW datang dengan dakwah, membawa pesan Allah SWT kepada seluruh alam semesta. Beliau tidak memerangi siapa pun. Beliau sendiri yang menyeru kepada Tuhan dengan seruan kepada Allah SWT. Beliau tidak pernah menghunus pedang untuk memerangi seseorang. Beliau dan para sahabatnya terus-menerus mengalami siksaan. Namun tetap saja pesannya hanya untuk mengingatkan setiap orang, memberitahu tentang kewajiban mereka terhadap Allah SWT, membawa pesan tentang Cinta. Mengapa Allah SWT mengirimkan Islam kepada umat manusia? Mengapa Allah SWT mengirim Yahudisme kepada umat manusia, bersama Nabi Musa AS? Mengapa Allah SWT mengirimkan Injil dengan Nabi ‘Isa AS? Mengapa Allah SWT mengutus semua Nabi dan Rasul kepada umat manusia? Apa alasannya? Untuk memerangi satu sama lain? Untuk saling membunuh? Inikah pesan dari Surga?

Pesan dari Surga adalah, “Wahai hamba-hamba-Ku, Aku mencintai kalian, Aku menginginkan yang terbaik bagi kalian sebab Aku menciptakan kalian. Aku mencintai kalian! Kalian semua adalah ciptaan-Ku dan kalian bukanlah musuh bagi-Ku.” Pada saat kalian menjadi kekasih Allah SWT, itulah yang diinginkan-Nya dari umat manusia. Dia mengirimkan para pembawa pesan untuk mengatakan kabar gembira, “Kalian akan diberi kemuliaan dan inilah jalannya, maka ikutilah! Kalian akan menemukan bimbingan dan sebaliknya jika kalian tidak mengikutinya kalian tidak akan terbimbing. Kalian akan mengering!” Pesan Surgawi tidaklah kering. Pesan Surgawi membawa kedamaian, cinta, kasih-sayang, emosi, keberanian, semangat dan semua perilaku yang baik lainnya. Pesan duniawi, kekerasan duniawi membawa kebencian, kedengkian, peperangan dan kebingungan.

Untuk apa? Setiap orang sekarat, suatu hari nanti, mungkin besok kalian juga akan sekarat, malah mungkin pada detik ini dan kita tidak akan beranjak satu langkah pun sebelum sekarat. Berapa orang yang meninggal di atas sajadahnya, dalam posisi sujud kepada Allah SWT? Berapa orang yang meninggal ketika mereka sedang salat? Berapa orang yang meninggal dalam ibadah haji? Kalian tidak tahu berapa lama kalian akan hidup. Sebenarnya itu adalah waktu yang singkat, mungkin hanya satu detik saja, jadi apa untungnya kita berlari, lari, lari, lari tanpa ujung, tanpa akhir dan setiap orang berselisih, untuk apa?

Realitas Dunia

Disebutkan dalam athar, salah satu budaya Islam, bahwa dunia ini bagaikan daging yang sudah mati, seperti bangkai. Sangat bau. Satu-satunya pelanggang, satu-satunya yang berlari mengejarnya adalah anjing. Anjing dan binatang lain mengejar sesuatu yang berbau tajam. Kalian bukanlah binatang. Kalian adalah umat manusia yang disempurnakan oleh Allah SWT. Mengapa kita mengejar benda-benda ini, membangun gedung pencakar langit, mengembangkan bisnis, komputer, Oh… kalian akan gagal! Semua teknologi! Di tahun 2000, segalanya akan berhenti. Kalian gagal, tidak ada lagi teknologi. Tanyakan saja kepada ahli teknik, seperti salah seorang di sini yang menulis artikel di majalah Muslim Magazine tentang teknologi, dia mengatakan bahwa semuanya akan jatuh berantakan. 50 milyar chip di seluruh dunia yang saling terhubung satu sama lain akan mengalami kegagalan sistem. Kalian tidak akan menemukan makanan! Orang-orang berlari-larian, tanpa berpikir. Dan Allah SWT berfirman, “Iqttarabat is-sa’at, wansyaq al-qamr—Hari Pembalasan telah dekat dan Bulan terbelah.” Tanda-tandanya telah diberikan kepada kita, tetapi masih saja kita mengejar dunia, bahkan sebagai seorang Muslim. Berapa banyak yang bisa kita hasilkan besok?! Berapa banyak orang yang bisa kita tipu besok dan hasilnya memenuhi kantong kita?

Jadi kita telah kehilangan satu faktor penting dalam Islam. Bukanlah Islam jika faktor tersebut hilang. Sebagai Muslim kita tidak memperhatikannya, itulah spiritualitas! Ketika semua orang berpacu dan terdoktrin dengan materialisme, materialisme, dan materialisme, mereka sepenuhnya LUPA akan spiritualitas. Baginya tidak ada lagi arti spiritualitas dalam Islam. Mereka hanya terfokus pada apa yang bisa mereka lihat, apa yang benar-benar ada di hadapannya. Sesungguhnya apa yang benar-benar ada tidak dapat kalian lihat. Iman kepada Tuhan tidak bisa kalian lihat.

Apakah yang kalian lihat di sini, masyarakat pengguna komputer (masya Allah, kita memiliki seperangkat teknologi tinggi yang sedang bekerja) Dapatkah kalian melihat sesuatu di sini kecuali diri kalian sendiri? Tetapi sebenarnya banyak yang berkeliaran di sekitar sini. Bukankah itu benar? Berpikirlah tentang komputer. Bukankah itu benar? Banyak gelombang elektromagnetik, banyak gelombang energi yang bergerak di ruang angkasa. Saya pernah membaca sebuah artikel yang menyatakan bahwa al-Qur’an menyebutkan tanda-tanda ilmiah tentang alam ini, bahwa segala sesuatu bersifat dapat diubah (variabel) dan dengan demikian tidak konstan. Kecuali, satu-satunya yang bersifat konstan di dunia ini, di seluruh alam semesta dan di sekeliling kita adalah kecepatan cahaya. Sisanya bersifat tidak konstan dan dapat diubah. Kalian semua mengetahui hal itu dan banyak ahli fisika yang mengetahuinya.

Cahaya terbuat dari energi. Energi adalah sumber spiritualitas. Kalian tidak dapat melihatnya, tetapi ia ada di sana, eksis. Energi tanpa tubuh atau massa tidak bisa eksis. Mereka memiliki persamaan kesetimbangan di antara mereka. Jadi Islam bukanlah suatu materi yang kering, di mana setiap orang dapat berteriak, mengeluarkan kritikan, keluhan dan berteriak jihad, jihad, jihad, jihad yang dapat kita dengar di SELURUH ALAM SEMESTA! Sebelum berjihad, kita harus berdakwah dulu.

Pokok-pokok Keimanan

Allah SWT mengutus Rasulullah SAW untuk menjadi da’ii—mengajar manusia. Dimulai dengan dirimu, membangun dirimu sendiri. Kalian tidak bisa pergi memerangi orang tanpa alasan yang jelas. Bisa jadi orang tersebut lebih baik dari kalian. Kita harus membangun diri kita lebih baik lagi, kita bangun keimanan kita, ‘aqida, sebab di sinilah kita kehilangan seluruh bagian kita. Lihatlah Sayyidina ‘Ali RA, KW ketika beliau merasakan sakit gigi dan terpaksa harus mencabutnya. Sayyidina ‘Ali RA, KW adalah Khalifah umat Muslim yang keempat, sahabat dan sekaligus menantu Rasulullah SAW. Apa yang dikatakannya kepada orang-orang ketika mereka berkata, ‘Mari kami cabut gigimu.’ Beliau menjawab singkat, “Tidak!” Sekarang jika kalian pergi ke dokter gigi ingin mencabut gigimu apa yang kalian lakukan? Mereka memberimu anastesi, mereka membius kalian agar tidak merasakan sakit. Mengapa kita merasa sakit? Sebab kita menggunakan obat! Kita tidak mempunyai koneksi Surgawi. Jika kita memilikinya, kita tidak merasakan sakitnya. Jika kita mempunyai latihan yang cukup, kita tidak akan merasakan sakit. Jadi untuk mencabut gigi, mereka harus membius kalian tetapi apa yang dikatakan oleh Sayyidina ‘Ali RA, KW kepada mereka? Beliau berkata, “Bila Aku salat, cabutlah gigiku, sebab pada saat itu hatiku berada pada Hadirat Ilahi, yang menjadi fokus, cintaku sepenuhnya dan konsentrasiku hanya kepada Allah SWT yang telah menciptakan Aku. Tidak menyakitkan bagi orang lain. Semua yang Aku yakini, Aku pusatkan di jalan Allah SWT untuk kemudaratan umat manusia. Oleh sebab itu cabutlah gigiku! ”

Seperti itulah koneksi dalam Islam. Itulah spiritualitas yang telah kita hilangkan. Itulah sebabnya mengapa beliau tidak merasa sakit. Jadi ketika mereka mencabut giginya dan Sayyidina ‘Ali RA, KW menyelesaikan salatnya, mereka menoleh kepadanya, begitu pula sebaliknya beliau menoleh kepada mereka dan bertanya, “Apa yang terjadi, kapan kalian akan mencabut gigiku?” “Kami telah melakukannya.” Tidak ada rasa sakit dan beliau tidak merasakannya. Karena hatinya bersama Allah SWT.

Bila hatimu bersama Allah SWT, kalian tidak akan merasakan sakit, kalian juga tidak merasakan kebencian terhadap orang lain dan tidak merasa iri kepada orang lain. Itulah sebabnya Rasulullah SAW walaupun disiksa selama bertahun-tahun di Mekkah, beliau tidak pernah mengeluh.

Seorang Yahudi yang menjadi tetangga beliau biasa melukainya, tetapi Rasulullah SAW tidak pernah mengeluarkan sepatah kata untuk membalasnya selama 7 tahun. Ketika tetangganya sekarat, Rasulullah SAW datang menjenguknya dan mengajaknya untuk masuk Islam. Itulah spiritualitas, penuh dengan cinta. Berapa banyak yang beliau berikan dari hidupnya? Berapa banyak bagian dari hidup kita yang harus kita berikan untuk mencintai orang-orang dan mengajak mereka ke jalan Allah SWT? Wahai Muslim! Dalam hidup ini, kita mempunyai banyak kesempatan. Allah SWT memberi cobaan kepada kita. Apakah kita akan berpikiran sempit? Atau kita akan bersifat terbuka? Allah SWT memberi kesempatan kepada Muslim untuk membimbing orang kepada cinta dan pasrah kepada Allah SWT dan keinginan itu akan membuat komunitas mereka saling berhubungan erat. Islam mengutamakan komunitas, fokus pada seluruh bangsa sebagai satu unit. Islam tidak dapat dicerai-beraikan begitu pula Muslim. Mereka harus bersatu di bawah satu kepemimpinan, yaitu Islam, di bawah satu keyakinan, yaitu keyakinan kepada Rasulullah SAW dan Sunnahnya.

Jihad dan Langkah Utamanya

Saya ingin membacakan terjemahan beberapa ayat al-Qur’an yang sangat penting dan menunjukkan betapa Islam menuntut kita agar berada di jalan yang benar.

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS 16:25]

Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk menyeru kepada manusia agar mereka dapat mencapai yang terbaik. Kita pun demikian, bukannya mengajak orang untuk berperang. Apa yang dikatakan oleh Imam Nawawi ketika beliau ditanya tentang jihad? Beliau menjawab bahwa jihad adalah dakwah. Jihad berarti mengajak orang untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk, menyeru orang kepada Allah SWT. Imam ad-Dardir, salah seorang muhaddits di masanya, ketika ditanya mengenai jihad, beliau berkata bahwa jihad adalah membangun komunitas besar dalam industri, bisnis, ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu tentang Islam, ajaran Islam, membangun dialog yang baik antar sesama Muslim maupun dengan non-Muslim. Itulah jihad!

Allah SWT tidak membolehkan jihad dengan membunuh orang tanpa alasan yang jelas. Rasulullah SAW bersabda, “Jihad adalah pesan kita untuk mengajak orang lain ke dalam Islam.” Bahkan jika ada seorang non-Muslim yang datang kepadamu, lindungilah dia. Tetapi ketika orang merampas rumahmu, negrimu maka jihad harus diimplementasikan. Tetapi pada awalnya harus ada dialog yang diawali dengan argumen yang konstruktif, tanpa pertumpahan darah dari orang-orang yang bahkan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Jadi Muslim akan segera menghadapi masalah besar.

Kita harus mempunyai pikiran yang terbuka. Kalian adalah Muslim yang tinggal di negri ini. Negri ini telah membuka tangannya, telah membuka daerahnya bagi seluruh umat. Kalian dapat berkata apa saja yang kalian inginkan. Tetapi Saya tidak bisa berbuat demikian di negri asal Saya. Kalian pun tidak bisa mengatakan apa yang kalian inginkan di negri asal kalian. Ambilah contoh salah satu negri di Timur Jauh atau Timur Tengah. Dapatkah seseorang berkata seenaknya? Bisa jadi hari berikutnya kalian bisa berada di penjara. Di sini Allah SWT memberi kesempatan kepada kalian untuk membangun jembatan antara Muslim dan non-Muslim dan untuk menarik mereka agar mau masuk Islam. Inilah pesan yang kita bawa, inilah ajaran agama kita. Dan Allah SWT berfirman, “Biarkan di sana muncul sekelompok orang di antara kalian yang mengajak ke arah kebaikan dan tidak menyeru kepada kejahatan, menikmati apa yang benar dan melarang apa yang salah. Dan merekalah yang akan berhasil.” Dan Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW, “Ingatkan mereka, karena tugasmu hanyalah mengingatkan.” Dan Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW, “Patuhlah kepada Allah SWT, patuhlah kepada Rasulullah SAW, dan waspadalah kepada Setan. Jika kalian berpaling, mereka telah mengetahui bahwa itu adalah tugas Rasulullah SAW untuk membawakan pesannya dengan jalan yang paling jelas.” Dan Allah SWT berfirman, “Jika seorang yang tidak beriman meminta perlindungan kepadamu, berikanlah perlindungan kepadanya sehingga dia bisa mendengar kalimat Allah SWT, lalu bimbinglah dia agar bisa selamat. Hal tersebut dikarenakan mereka termasuk orang-orang yang tidak mengetahui.” Itu artinya mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang agama. Mereka tidak mengetahui betapa damainya agama Islam, jadi kalian tidak bisa mengkritik atau berpikiran negatif terhadap mereka. Sebaliknya kalian harus mengajari mereka, menasihati mereka dan menerangkan agama kalian kepada mereka. Lalu bimbinglah mereka, ke mana pun mereka suka.

Spiritualitas—Jantungnya Agama Islam

Wahai Muslim! Bila kalian berpaling kepada materialisme, semua perilaku baik dan segala macam bentuk dialog yang baik dan konstruktif akan dikaburkan dari mata kita, kemudian Setan akan bermain dengan kita. Oleh sebab itu iman kita harus dipeketat. Bukan hanya melakukan salat 5 waktu, kemudian juga salat Jumat, melakukan ibadah haji, dan membayar zakat. Itu adalah kewajiban. Tugas seorang Muslim adalah membangun kehidupan spiritualnya. Untuk membangun iman, membangun ihsan, suatu tingkatan yang sempurna yang telah disebutkan oleh Allah SWT melalui Sayyidina Jibril AS pada saat beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang agama. Rasulullah SAW menjawab bahwa agama terdiri atas 3 bagian, yang pertama adalah al-Islam, yaitu: Syahadatul ‘an la ilaha Illallah, wa iqamas Shalah wa ita’u zakah wa sawmu Ramadhan wa hajjul bayt man istata’a ilayhi sabiila, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji jika mampu. Kemudian dia bertanya tentang Iman, dan dijawab oleh Rasulullah SAW, “an tu’minu bil Lah wa mala’ikatihi wa kutubihi wa rusulihi wa bi yawmil akhiri wa bil qadri, khairihi wa syarrihi, percaya kepada Allah SWT, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhirat, dan Takdir baik dan buruk.

Kemudian Jibril AS bertanya tentang Ihsan! Tingkat kesempurnaan, tingkatan yang istimewa. Wahai Muslim! Di mana tingkatan yang istimewa itu pada umat Muslim sekarang? Tingkatan Spiritualitas?! Yaitu beribadah kepada Allah SWT seolah-olah kalian melihat-Nya dan jika kalian tidak melihat-Nya, maka Dia melihat kalian. Wahai Muslim! Bagaimana mungkin kalian pergi ke peperangan jika kalian sendiri tidak percaya kepada perang tersebut? Kalian bisa saja berperang untuk kepentingan pribadi atau untuk merebut kursi kepemimpinan. Kalian bisa mendukung ide-ide yang dikeluarkan oleh rezim politik, tetapi ide-ide mereka bisa saja salah! Kalian bisa saja ditipu atau diyakinkan mengenai semua itu sehingga kalian berpikir hal tersebut adalah benar, tetapi Allah SWT melihat kalian, dan bila kalian sadar mengenai hal itu, maka itulah tingkatan yang istimewa, Ihsan! Kalian harus mengetahui apa yang kalian lakukan karena Allah SWT melihat kalian. Kalian tidak dapat pergi begitu saja. Harus ada sesuatu dalam hatimu seperti ketika Sayyidina ‘Ali RA, KW ketika beliau meminta orang untuk mencabut giginya yang sakit. Beliau tidak merasakan sakit karena hatinya bersama Allah SWT, hatinya dalam Hadirat Ilahi.

Jagalah agar hati kalian tetap hidup dan penuh energi. Hidup tidak hanya untuk makan, minum, tidur dan bekerja, tetapi lebih dari itu. Allah SWT berfirman, “Anna jaliisu man dzakaranii, “ “Aku di samping orang yang mengingat-Ku.” Ingatlah Tuhanmu setiap saat! “Alladziina Yadzkuruun Allaha qiyaawman wa qu’uudan wa ‘ala junuubihim, wa yatafakkaruna fi khalq is-samawati wal ardh.” “Mereka yang mengingat Allah SWT di siang hari, (dalam keadaan) berdiri, duduk, atau berbaring.” Mereka ingat kepada Allah SWT, bukan kepada Setan. Tidak mengafiliasikan dirinya kepada yang lain, tetapi hanya kepada Allah SWT dan ajaran-Nya. Wahai Muslim! Bergabunglah dengan Rasulullah SAW, sebab beliau adalah Syafi’, sang perantara dan sang intervensi, beliau adalah orang yang melaluinya Allah SWT akan menyelamatkan umat manusia—demi dirinya—pada Hari Pembalasan nanti dengan syafa’atnya.

Allah SWT berfirman, “Wa Rahmati wasi’at kulla shay,” “Kasih sayang-Ku meliputi segalanya.” Jika Allah SWT tidak mencintai kita, mengapa kasih sayang-Nya melimpahi kita? Jika Allah SWT tidak mencintai kita, mengapa Dia mengampuni kita? Wattbi’us sayyi’at al-hasanata tamhuha. Rasulullah SAW bersabda, “Bila kalian melakukan sesuatu yang salah, lakukanlah sesuatu yang baik dengan segera, karena itu akan menghapus kesalahanmu.” Wahai Muslim! Kita mempunyai Sang Pencipta yang Maha Penyayang, yang telah menciptakan kita. Kita tidak tahu kapan kita akan meninggal dan bertemu dengan-Nya, dipanggil ke Hadirat-Nya. Mari kita bangun hati kita, mari kita bangun masa depan kita, mari kita bangun umat kita. Mari kita tunjukkan kecintaan Islam dan pesan spiritualitas Islam kepada anak-anak kita, sesama Muslim dan non-Muslim bahwa seluruh umat manusia telah diciptakan oleh Allah SWT dan Dia-lah yang bertindak sebagai Juri. Kita tidak berhak untuk memberi penilaian terhadap umat manusia, kita hanyalah hamba-Nya yang tulus dalam mengikuti pesan yang diberikan kepada Sayyidina Muhammad SAW.

Aqulu qawli hadza, wa astaghfir-Ullah al-Adzim wa lakum wa li sa’ir il-mustaghfirin fa ya fawza bil mustaghfirin. Astagfirullah.

Alhamdulillah. Hamd al kamilin wa salat wa salam ‘ala Sayyidina wa Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Alihi was Saahbihi ‘ajma’in.


Selawat kepada Rasulullah SAW adalah hal terpenting setelah salat karena itu akan memberi kalian ganjaran yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepada kita. Apa… siapa saja yang mengirim ucapan selamat kepada Rasulullah SAW sekali, Allah SWT akan berdoa dan memberi salam kepada kalian 10 kali. Wahai Muslim! Berdoalah untuk Rasulullah SAW. Shallu ‘ala an Nabi. Allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alayh. Jangan malu-malu. Jangan hanya di bibir saja, biarkan setiap orang mendengarnya! Sebab jika kalian mendengarnya, maka orang bisa menjadi saksi bahwa kalian telah melakukan selawat kepada Rasulullah SAW. Shallu ‘alan Nabi SAW.

Berikut adalah kutipan pernyataan yang dikeluarkan oleh Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS (Ketua, Islamic Supreme Council of America) dan Syekh Seraj Hendricks (Mufti, Cape Town, Afrika Selatan) dalam website ISCA.

Jihad adalah:

Kata “jihad” dalam bahasa Arab sering diterjemahkan sebagai “perang suci” tetapi dari segi linguistik yang murni, “jihad” berarti berjuang atau berusaha keras.

Bahasa Arab untuk kata “perang” adalah “al-harb”.

Dari segi agama, sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW, “jihad” mempunyai banyak arti. Dia bisa merujuk pada segala usaha baik eksternal maupun internal untuk menjadi Muslim atau Mukmin yang baik, begitu pula dengan berdakwah, memberi informasi mengenai ajaran Islam kepada khalayak.

Jika jihad militer perlu dilakukan untuk melindungi keimanan dari musuh, jihad dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara baik melalui perundingan hukum, hubungan diplomatik, ekonomi sampai politik. Jika tidak ada alternatif yang damai, Islam juga membolohkan menggunakan kekuatan tetapi dengan peraturan yang sangat ketat. Orang-orang yang tidak bersalah, termasuk wanita, anak-anak dan orang yang cacat tidak boleh dilukai, dan semua pihak yang mempunyai niat untuk berdamai harus diterima.

Oleh sebab itu aksi militer hanyalah salah satu jalan dalam berjihad dan ini sangat jarang dilakukan. Untuk menekankan hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Kita telah kembali dari jihad kecil (asghar) dan menuju jihad yang lebih besar (akbar),” yang beliau maksud adalah kembali dari peperangan bersenjata menuju pertempuran damai dalam mengontrol diri dan berusaha untuk menjadi lebih baik.

Dalam kasus aksi militer mutlak diperlukan, tidak setiap orang dapat mendeklarasikan jihad. Kampanye militer demi agama harus dideklarasikan oleh penguasa yang berwenang dan didukung dengan para ulama, menyatakan bahwa negara dan agama dalam keadaan terancam dan kekerasan mutlak diperlukan untuk mempertahankan diri. Dalam hal ini konsep mengenai “perang keadilan” sangat penting.

Konsep jihad telah dibajak oleh banyak kelompok politik dan keagamaan selama bertahun-tahun sebagai alasan untuk mentolerasi berbagai bentuk kekerasan. Dalam banyak kasus kelompok Islam minoritas meminta dukungan untuk melanggar perintah agama Islam yang telah mapan. Para ulama berkata bahwa penggunaan jihad yang salah ini berkontradiksi dengan Islam.

Contoh jihad militer yang dapat diterima adalah pertempuran membela diri antara Muslim dengan kelompok ekspedisi militer Kristen di abad pertengahan dan beberapa respons terhadap serangan pasukan dari Bizantium (sekarang Istanbul-red) dan bangsa Persia pada periode awal penaklukan Islam.

Yang bukan Jihad adalah:

Jihad bukan konsep kekerasan.

Jihad bukan suatu deklarasi perang terhadap agama lain. Al-Qur’an secara spesifik menyebutkan bahwa Yahudi dan Kristen sebagai “ahli kitab” yang seharusnya dilindungi dan dihormati. Ketiga agama tersebut menyembah satu Tuhan yang sama. “Allah” hanya sekedar bahasa Arab untuk “Tuhan” dan juga digunakan oleh umat Kristen Arab seperti halnya Muslim.

Dalam sejarah Islam, aksi militer atas nama agama Islam sangat tidak umum. Para ulama berkata bahwa sebagian besar seruan jihad kekerasan tidak disetujui dalam Islam.

Konflik atas nama Tuhan juga tidak khas dalam Islam, sementara kepercayaan lain di seluruh dunia telah melakukan perang dengan alasan keagamaan.


Wa min Allah at taufiq

No comments: