05 January 2009

Antara Ibadah dan Pekerjaan

Shuhba  Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

Lefke, Siprus: 3 Februari 2002 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir ra
hmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Mu
hammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin 


Setan selalu mencoba untuk memisahkan manusia dari ibadahnya, membuat mereka menunda ibadah karena sibuk dengan pekerjaan yang satu dan disusul pekerjaan lainnya.  Manusia zaman sekarang selalu menginginkan makanan yang masih segar.  Gaya hidup manusia yang sombong tidak mau makan dari makanan yang telah tersedia.  Bagaimana dengan Allah SWT?  Kepada-Nya, kalian berani mengirim ‘makanan lama.’  Begitu terdengar azan, kalian harus langsung salat dan tinggalkan segala hal.  Siapa pun yang membuat Allah SWT murka pasti akan berakhir masanya.

Jangan mempekerjakan orang yang tidak salat.  Sebelum membangun sebuah pabrik, kalian harus membangun masjid di sana.  Siapa pun yang tidak salat dan yang tidak menyeru orang untuk salat, kata Allah SWT, “Mereka adalah musuh-Ku.”  Nanti di Shirath al-Mustaqim, ada tujuh pertanyaan, satu di antaranya adalah apakah kalian telah menyeru orang agar beribadah.  Tak ada yang membicarakan hal ini sekarang, karena setiap orang disibukkan oleh gaji bulanan.

Ketika Abu Yazid Bistami QS bepergian, beliau tiba di sebuah desa yang masih asing.  Beliau salat di belakang imam. Selesai salat, sang imam menyapanya, “Siapa dirimu?”  “Seorang hamba Allah SWT.”  ”Apa pekerjaanmu?  Di kebun, toko, atau pabrik?  Punya gaji bulanan?”  “Aku pikir engkau seorang muslim, seorang imam, oleh sebab itu aku salat di belakangmu.  Tetapi sekarang kau meragukan dari mana makananku berasal, berarti kau meragukan Allah SWT.  Sebelum menjawabnya, aku harus mengulang salatku dulu.”

Setelah salat, Abu Yazid QS berkata pada imam, Mengapa kau tidak menanyakan kucing dan anjing, bagaimana cara mereka hidup?  Dia yang menyediakan makanan bagi mereka, Dia juga yang menyediakan makan bagi Abu Yazid QS.”

Manusia telah kehilangan keimanannya.  Selama 60 tahun orang-orang datang ke sini  (kediaman Syekh Nazim QS-- penerj) selalu tersedia roti dan sup, dan melalui berkah yang mereka bawa, saya pun bisa hidup.  Namun manusia selalu terikat pada perutnya, sehingga mereka kebingungan.

Salah satu tamu yang berkunjung hari ini berasal dari Turki dan sering bersedekah untuk kaum muslim.  Ia mempunyai sebuah pabrik peralatan dari baja, dan buatannya adalah nomor satu di dunia.  Ia mengirimi saya banyak sekali dan saya berdoa baginya serta memberi nasihat yang ia patuhi.  Banyak pabrik bangkrut dan hanya dia yang masih eksis. Dengan 300 pekerja, ia menjaga dan meminta mereka agar selalu beribadah.  Saya tekankan agar tidak memberi toleransi bagi mereka yang tidak beribadah.  Ketika terdengar azan, mereka harus berhenti bekerja dan mengatakan, ‘Matikan listrik, mari kita salat.’

Setelah mengirim peralatan rumah tangga, ia juga mengirim apa yang kami perlukan: kacang, gula, beras, minyak, dan segala yang kami masak di sini.  Ia adalah Shahibu-l khayrat wa hasanat.  Ia yang menolong Fuqara, maka Allah SWT akan menolongnya.  Jika ia kirim satu, Allah SWT kirim sepuluh.  Jika ia kirim 100, akan datang 1000 baginya.  Sedekah di bulan Muharram adalah 10 kali lebih berharga dibanding bulan-bulan lain.  Siapa yang memberi, maka bahan pangannya tidak akan habis.  Fatiha

Wa min Allah at tawfiq

No comments: