26 February 2009

Menjadi Nomor Satu di Hadapan Allah SWT

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Semua nabi dan umatnya menghormati hari-hari suci dengan berpuasa. Nabi suci SAW pernah mengatakan, “Jika aku mencapai tahun depan, aku akan berpuasa pada hari itu.” Masyarakat Yahudi juga berpuasa sehari saja pada hari tertentu, dan Rasulullah SAW mengatakan, “Kita jangan melakukan seperti apa yang orang Yahudi lakukan. Kita harus merayakan dan beribadah pada Tuhan dengan cara lain. Jika mereka puasa satu hari, kita harus berpuasa dua atau tiga hari.”

Nabi SAW tidak suka mengikuti cara agama lain beribadah. Segalanya dalam Islam adalah orisinal, tidak diambil dari sini atau sana. Tidak dari kitab Taurat dan Musa AS, Injil dan Yesus AS. Tidak perlu mengekor agama lain seperti Yahudi dan Kristen karena mereka terbatas.

Nabi-nabi mereka dikirim bagi orang-orang Israel, bukan bagi yang lain. Namun nabi penutup SAW dikirim bagi seluruh bangsa, seluruh umat manusia. Islam sangat orisinal dan tidak terbatas. Aturan Sayyidina Muhammad SAW—syariat, adalah baru dan orisinal. Untuk itu beliau tidak pernah suka mengikuti masyarakat alkitab, seperti penganut Yahudi dan penganut Kristen.

Namun sekarang umat Muslim sedang meninggalkan keorisinalannya dan mengikuti Kristen dan Yahudi, dan sungguh memalukan jika mereka mengubah cara mereka, cara islami. Jika kalian mempunyai kesempatan menjadi nomor 1 di antara yang lain atau di Hadirat Allah SWT – jangan lewatkan hal itu sehingga menjadi nomor 2. Islam adalah nomor satu. Jangan pernah mengubah itu, jangan ikuti aturan Kristen dan Yahudi. Jangan! Kita memiliki kehormatan penuh dalam Hadirat Allah SWT, dan kita memiliki aturan-aturan yang penuh dengan orisinal.

Namun masyarakat sekarang menerima menjadi nomor ke-sejuta, bukan nomor satu, dua atau tiga. Ini juga karakteristik dari ego. Ego kita yang mewakili kemalasan... tidak seorang pun mau mengatasi kemalasan ego kita. Sehingga kita mengatakan, “Tidak apa-apa, kami baik-baik saja, tidak perlu menjadi nomor satu atau menjadi pemenang. Ini pun sudah cukup, kami bahagia menjadi menjadi nomor terakhir, hingga tak seorang pun mengejar kami atau mengikuti kami dan kami bebas menjadi para sultan bagi mereka yang malas.“

Inilah opini bagi ego kita, dan menjadikan umat muslim tidak terhormat. Tidak ada kehormatan dalam diri mereka. Muslim abad ke-20 tidak mengikuti aturan-aturan Islam, karena jika mereka mengikutinya, mereka akan menjadi nomor satu. Dan mereka mengatakan, “Kami ini orang yang sangat rendah hati dengan menjadi nomor terakhir, daripada menjadi nomor satu.” Untuk itulah Allah SWT membuat mereka menjadi tidak terhormat.

Di mana pun saat ini, nonmuslim tidak mau menerima umat muslim berada dalam tingkatan mereka. Mereka mengatakan, “Mereka harus jadi yang terakhir, dan kita menjadi yang pertama. Kita bisa menggunakan mereka seperti kita menggunakan binatang, dan mereka bahagia menjadi hewan.” Dan saya prihatin mendengarnya, namun umat muslim bahagia menjadi pelayan-pelayan para nonmuslim, bekerja pada mereka. Dan pekerjaan mereka kadang pekerjaan yang paling kotor. Masyarakat muslim yang peniru amat senang mengikuti masyarakat barat. Dengan opini seperti ini, tidak ada kesempatan bagi dunia muslim menjadi nomor satu di bumi ini. Selalu Kristen yang menjadi nomor satu, karena Muslim mengejar peradaban barat dan meminta untuk membaratkan dunia Muslim. Kalian pasti meninggalkan Islam pada sisi ini, jika kalian diminta untuk menjadi barat dan meloncat ke sisi barat bersama mereka.

Nabi suci kita SAW meminta kita agar tidak mengikuti dunia non muslim, Kristen atau Yahudi, orang-orang alkitab – kalau tidak kalian akan hilang kehormatan di Hadirat Tuhan. Kalian tidak akan dihormati di antara bangsa-bangsa dan di Hadirat Tuhan. Namun sekarang masyarakat mengejar negara-negara barat, meninggalkan syariat dan meminta agar pemerintahannya di westernisasi: Malaysia, Indonesia, Pakistan, India, Sri Lanka, Afghanistan, Iran, Saudi, Turki, Suriah, Mesir, Sudan, Libia, Tunisia, Algeria, Moroko...

Mereka berpikir bahwa jika tidak di-westernisasi, pemerintahan dan bangsa-bangsa barat tidak akan menerima mereka. Ya, memang benar, tetapi Allah SWT menerima kita… namun bangsa Islam membuang kehormatan itu dan mengatakan, “Kami memilih kehormatan kami di hadapan negara-negara barat, bukan di Hadirat Ilahi.”

Semoga Allah SWT mengampuni kita dan memberkahi kalian... Fatiha.

Wa min Allah at tawfiq

No comments: