08 July 2010

Hakikat dari Kebersamaan dengan Shaykh & Pesan Penting bagi Jema’ah UK!

Hakikat dari Kebersamaan dengan Shaykh & Pesan Penting bagi Jema’ah UK!

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani | Sabtu, 26 September 2009 | Fenton, Michigan , US

A`udzu billaahi min asy-Syaythan ir-rajiim

Bismil-Lahi’ r-Rahmani ‘r-Rahim.

Nawaytu ‘l-arba`in, nawaytu ‘l-`itikaf, nawaytu’l-khalwa, nawaytu ‘l-`uzla, nawaytu ‘r-riyadha,

nawaytu ‘s-suluuk, lillāhi ta`ala fī hadza ‘l-masjid.
Ati` Allah, wa ati` ar-Rasul, wa uli 'l-amri minkum.

Taatilah Allah, taatilah Rasulullah, dan taatilah orang-orang yang punya otoritas. (4:59)

Besok insya Allah ‘Eid al-Abraar’; hari Ied bagi yang telah menyelesaikan puasa pada 6 hari di bulan Syawal, setelah Ramadan. Hari ini adalah hari terakhir, Sabtu, tanggal 7 Syawal, atau hari keenam puasa setelah Ramadan. Bagi yang telah berpuasa, Allah (swt) memberikan kehormatan bagi mereka untuk merayakan ‘Eid al-Abraar’ besok. Itu sebabnya kita merayakan Eid tersebut besok di sini dan juga di London. Di London insya Allah akan ada perayaan besar dan saya insya Allah, dengan ijin dan barakah dari Mawlana , akan berbicara di depan jema’ah di sana pada pukul 5 sore waktu London, bertempat di perkantoran dari Sufi Muslim Council (Dewan Sufi Muslim). Dan insya Allah saya juga akan meresmikan tempat tersebut. Siapapun di Inggris ingin datang, boleh datang.

Mengapa saya katakan itu yang paling penting adalah karena suhbah. Suhbah itu penting. Suhbah itu bagaikan kereta atau mesin atau roket yang paling kuat, yang mengantarkankan para murid ke tujuannya lebih cepat. Jika hanya dengan zikir, zikir hanya mengantarkan kita sampai ke tingkat tertentu. Zikir itu untuk memoles kalian. Zikir itu untuk menjaga lidahmu, sebagaimana Mawlana katakan hari ini, karena Mawlana Shaykh selalu berada bersamamu. Kalau kalian melihat ke kanan atau ke kiri, atau ke depan atau ke belakang kalian, Mawlana pasti ada di sana; dan kalian akan melihat beliau jika kalian tidak terhijab. Kalian akan dapat melihat kehadirannya, dan kalian dapat mengambil langsung dari kehadirannya. Kita bersama beliau. Itu sebabnya kita katakan suhbah itu sangat penting. Shah Naqshband mengatakan, “Jalur (tariqah) kita didasarkan atas suhbah, kebersamaan (dengan yang lain).“ Karena tidak segalanya zikrullah. Selama zikir, awliyaullah melakukan suhbah. Suhbah merupakan kombinasi dari zikir dan nasihat; itulah suhbah. Dan kalian tidak akan dapat mencapai tingkatan tersebut, kalian tidak akan memperolehnya dengan hanya berzikir.

Pada suatu hari Shaykh Sayyidina Abu Yazid al-Bistami , sebagaimana diceritakan oleh Mawlana Shaykh Nazim dan Grandshaykh ‘Abd Allah ad-Daghestani dulu, memohon pada Allah , “Ya Rabbi, berikan padaku pengetahuan tentang ma’rifatullah, untuk mengetahui sesuatu tentang Nama-Nama dan Sifat-Sifat IndahMu.” Sebab tidak seorang pun yang dapat mengetahui hakikat dari Zatullah; itu mustahil. Tidak ada yang dapat mengetahui Zatullah, dan tidak ada seorang pun mengetahui hakikat dari Rasulullah sebagai hamba Allah yang paling tinggi; tidak seorang pun tahu; itu mustahil. Rasulullah tidak mengetahui hakikat dari Zatullah; itu mustahil. Demikian pula, tidak seorang pun mengetahui hakikat dari Rasulullah; itu mustahil. Jadi untuk mengetahui Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah yang indah, untuk mengetahui pengetahuan-pengetahuan dan rahasia-rahasia di bawah ‘Arsh, sebagaimana yang kita maksudkan dengan Qubbat al-Arzaaq, bahwa Rasulullah adalah Kubah (Dome) tersebut, dan itu sebabnya Mawlana selalu berkata “dome, dome”, beliau ingin mendapatkan lebih dari Kubah tersebut. Artinya Rasulullah adalah Kubah dari Seluruh Alam Semesta ini, Rasulullah adalah Kubah dari langit dan bumi. Beliau (s.a.w.) adalah bagaikan mercu suar tertinggi bagi kapal-kapal yang berlayar di lautan. Ada suar di pantai, ketika kapal-kapal mendekat, kapal-kapal itu harus melihat suar ini, kalau tidak kapal-kapal itu akan mendapat masalah. Jadi Rasulullah adalah suar tersebut dan suar itu ada di atas Kubah. Cahaya itu ada di puncak Kubah, tidak bisa di bagian bawah dari Kubah. Cahaya itu ada di puncak mercu suar, dan mercu suar tersebut ada di puncak Kubah. Dan di puncak Kubah itu ada cahaya (suar) tersebut. Jadi Rasulullah , dari Kubah itu (Qubbat al-Arzaaq, atau di bawah ‘Arsh tersebut), cahayanya bersinar ke segala penjuru. Jadi awliyaullah mereka pergi ke sana, mereka ingin memperoleh pengetahuan dari sana, mereka ingin mengerti dari suar tersebut yang bersinar dan memberikan pengetahuan-pengetahuan tersebut; mereka ingin mendapatkan itu, mereka ingin belajar tentang itu. Jadi mereka meminta, mereka meminta agar mereka dapat memperoleh pengetahuan yang tinggi tersebut. Jadi Abu Abu Yazid al-Bistami memohon, “Ya Rabbi, bukakan.” Semua orang ingin meminta, tetapi ketika kita meminta, permintaan tersebut tidak naik karena mulut kita kotor.

Seperti hari ini cerita Mawlana ketika Grandshaykh bertanya pada Mawlana Shaykh Nazim untuk mencium bau macam apa yang tercium dari orang itu. Dan Mawlana menjawab bau yang tercium sangatlah harum, seperti bunga mawar keluar dari mulutnya. Grandshaykh menjelaskan bahwa sepanjang hidupnya (orang tersebut), siang dan malam, bahkan ketika ia tidur, ia tiada henti melafaskan la ilaha ill-Allah. Jadi zikir itu penting, mengucapkan la ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah itu penting. Zikrullah harus memberi kalian bau yang harum, tetapi kalian juga harus memperolah gambaran. Untuk mendapatkan gambaran, kalian butuh suhbah. Dan suhbah itu, dengan siapapun, kalian mungkin punya berton-ton dari orang-orang semacam itu, memberikan kuliah, tetapi tidak berarti apa-apa. Mungkin itu adalah suhbah dari egonya. Orang yang memberi suhbah harus seseorang yang telah membuang egonya dari dirinya, kalau tidak suhbahnya tidak mencapai kemana pun selain di mulutnya, tidak ada manfaatnya, tidak ada bau harumnya, tidak ada gambaran. Jadi gambaran membutuhkan suhbah. Kalian harus berada di suhbah seseorang. Abu Yazid al-Bistami mengetahui hakikat tersebut (hakikat suhbah), rahasia tersebut, yang Allah berikan ke Rasulullah .

Sahaba. Mengapa mereka (sahabat Rasulullah) disebut sahaba? Sahaba dalam bahasa Arab adalah Ashaab an-Nabi , artinya orang-orang yang sangat dekat, kawan-kawan dan sahabat-sahabat, yang senantiasa menyertai Rasulullah . Allah menyebutkannya di dalam Al-Qur’an, “idz yaquulu lishahibihi” (9:40), katakanlah pada sahabatmu, orang yang sedang menyertainya (menyertai Rasulullah ). Artinya kalau kalian ingin menjadi shahib seseorang, kalian harus menyertainya sepanjang waktu. Kalian tidak boleh jauh darinya bahkan dalam sekejap mata. Itu bukan suhbah yang sempurna, bukan kebersamaan yang sempurna. Contohnya seseorang berkata, “Saya akan pergi ke Mekah.” Siapa yang pergi bersamamu? Siapa yang menemanimu? “Si ini, si ini, si ini... “ Dan mereka pergi dan kembali, dan sudah, setiap orang berpisah ke tujuan masing-masing, tidak ada suhbah. Arti sebenarnya dari suhbah menurut awliyaullah adalah kalian harus selalu bersama dengan orang itu sepanjang waktu; kalian harus mengukuhkannya.

Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq mengukuhkannya (mengukuhkan suhbah tersebut) dengan Rasulullah . Itu sebabnya Allah menyebutnya dalam Al-Qur’an “idz yaquulu lishahibihi” (9:40), Rasulullah berkata pada sahabatnya, yang menyertai beliau dari alam al-zarrah, bukan hanya di dunia ini; ia menemani beliau dari hari alastu bi Rabbikum, “Qolu balaa!” Sejak saat itu, dia (Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq) shahib, selalu. Dan kalian harus gembira dan kalian mendapatkan kehormatan, kalian harus memuji Allah siang dan malam karena Allah telah menempatkan kalian di jalur yang bersumber dari tariqah Abu Bakr as-Siddiq. Karena kita tahu bahwa Tariqah Naqshbandi bersumber dari Sayyidina Abu Bakr dan dari Sayyidina ‘Ali. Jadi koneksi (hubungan) kalian ada, bersumber dari orang-orang yang menyertai Rasulullah. Hanya dua orang tersebut – Allah memperdengarkan suara Sayyidina Abu Bakr kepada Rasulullah , ketika laylatul isra’ wa mi’raj, pada malam Mi’raj, agar Rasulullah merasa damai, merasa bahagia. Karena beliau (Rasulullah) mengalami luapan perasaan ketika ditampakkan Keagungan Allah. Kemudian Rasulullah melihat Sayyidina ‘Ali, sebagai seekor singa yang berjaya. Jadi kedua orang ini adalah yang Rasulullah lihat pada malam Mi’raj. Kalian harus gembira karena tariqah ini bersumber dari mereka berdua. Tariqah lain bersumber dari Sayyidina ‘Ali, tidak ada yang bersumber dari Abu Bakr; kecuali Naqshbandi bersumber dari kedua pihak, tergabung di Sayyidina Ja’far as-Saadiq. Jadi suhbah itu penting dan kalian belajar dari mana sumbernya.

Sayyidina Abu Yazid al-Bistami ingin mencapai ma’rifatullah (pengetahuan akan Allah) lebih dan lebih lagi. Ma’rifatullah artinya untuk mengetahui pengetahuan-pengetahuan yang Allah telah ajarkan pada Sayyidina Adam , wa ‘allama ‘aadama’ asmaa a kullah (2:31). Allah mengajarkan pada Adam semua pengetahuan, semua nama. Tsumma ‘aradhahum ‘alal malaaikah fa qaala ambi uu nii bi asmaa i haaulaa (2:31), lalu Allah menunjukkan ciptaan-ciptaan tersebut kepada malaikat dan berkata, “Katakan padaKu apa nama-nama ciptaan ini dan nama-nama dari pengetahuan-pengetahuan ini.” Laa ‘ilma lanaa illaa maa ‘allamtanaa (2:32) “Kami tidak memiliki pengetahuan selain dari yang telah Engkau ajarkan pada kami, Ya Rabbi” Tetapi Allah mengajarkannya pada Adam , Allah memberikan pengetahuan tersebut. Jadi awliyaullah selalu mengambil pengetahuan-pengetahuan dari Sumber Itu. Menurutmu, bagaimana ketika mereka mengambil pengetahuan dari Rasulullah ? Yang ini dari Adam.

Jadi Abu Yazid al-Bistami ingin memperoleh pengetahuan-pengetahuan ini. Dia mendengar suara di telinganya, “Ya Abu Yazid, apakah kamu mau pengetahuan-pengetahuan ini? Temuilah salah satu hamba-Ku. Duduk dengannya. Buatlah suhbah dengannya.” Duduk dengannya artinya untuk membuat suhbah dengannya (menyertainya). Itu sebabnya semua sahaba disebut sahaba, karena mereka menyertai Rasulullah . Bahkan jika seseorang menyertai Rasulullah hanya satu menit pun, cukup untuk menjadikannya seorang ashaab an-Nabi . Bahkan jika kalian menyertai seorang wali, akan menjadikan kalian teman wali tersebut, sahabat wali tersebut; karena mereka mewarisi dari Rasulullah. Menurutmu, bagaimana jika kalian menyertai seorang Sultan al-Awliya? Jadi kalian akan mendapatkan lebih, tetapi melalui hati kalian.

Dan, masya Allah, Mawlana Shaykh kita gembira karena beliau berbicara kepada ratusan ribu orang melalui Internet. Itu bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika saya berbicara dengan beliau setelah suhbah hari ini, beliau sangat gembira. Beliau bertanya, “Apakah kamu menyukainya?”, tetapi lebih dari itu, “Apakah kamu tercengang dengan itu?” Tentu saja! Ia bertanya karena ketika beliau membawakan suhbah, beliau tidak di sana; beliau tidak di kursinya. Kalian melihat beliau di kursinya, tetapi sebenarnya beliau tidak di sana. Beliau tidak melihat dirinya sendiri. Jika beliau melihat dirinya sendiri, tidak ada barakah dari suhbah tersebut. Awliyaullah, mereka tidak melihat diri mereka sendiri. Karena itu, manifestasi (perwujudan) dari kata-kata yang beliau ucapkan bersumber langsung dari hati Shaykhnya, Sayyidina Sultan al-Awliya Shaykh ‘Abd Allah Faiz Daghestani, dari hati Rasulullah . Beliau menyampaikannya langsung. Mereka (awliyaullah) tidak dapat melihat diri mereka sendiri karena mereka berada bersama Rasulullah . Mereka tidak bersama kita. Kita tidak dapat lebih dari melihat wujud mereka, karena lebih dari itu, kita akan pingsan. Karena itu kita melihat mereka dalam wujud normal mereka. Jika mereka bukakan untuk kalian agar dapat melihat di mana mereka, kalian akan pingsan; kalian tidak akan tahan; kalian akan mati.

Seperti Rabi’a al-‘Adawiyya ketika ia berusaha mencegah suaminya melihat ke dalam kamarnya karena suaminya ingin melihat Cahaya Rasulullah yang ada di kamarnya. Suaminya mempersulitnya; ia terus memaksa Rabi’a untuk memperlihatkan kamarnya. Rabi’a dengan sabarnya, berulang kali, berusaha mencegah suaminya untuk melihat. Suatu hari, Allah ingin memberi hidayah. Suaminya akhirnya dapat melihat Cahaya tersebut di kamar istrinya. Suaminya belum pernah melihat Cahaya tersebut sebelumnya; padahal Cahaya itu selalu ada di sana, Cahaya itu adalah ruhaniyat un-Nabi, kehadiran Rasulullah di hadapan Rabi’a al-‘Adawiyya karena ia berdedikasi (mempersembahkan hidupnya untuk Allah), ia adalah wali wanita. Suaminya terus memaksa untuk melihat, Rabi’a berkata, “Jangan lihat!” Tetapi suaminya terus memaksa. Akhirnya suaminya mengintip lewat lubang pintu. Dan suaminya mati karena keindahan Cahaya tersebut, ia tidak dapat lagi menerima dunia; itu karena ia (suami Rabi’a) tidak terlatih, tidak dapat menerima. Karena itu awliyaullah tidak dapat membukakan pada kalian, karena kalian tidak terlatih. Jika mereka membukakannya, kalian akan mati. Karena itu mereka membawa kalian melalui awraad, perlahan-lahan, dan melalui suhbah mereka, perlahan-lahan, kombinasi, agar kalian dapat menerima tingkatan tersebut. Karena itu banyak pengikut atau murid akan mendapatkannya ketika mereka mati, bukan sekarang.

(Kembali ke cerita tentang Abu Yazid al-Bistami) Abu Yazid al-Bistami memohon, “Ya Rabbi, aku ingin mencapai ma’rifatMu.” “OK, bukan masalah,” sebuah suara terdengar dalam hatinya, sebuah inspirasi, “Sertailah orang itu, salah satu dari lima wali kutubku.” Inspirasi itu adalah dari Rasulullah ke hatinya (hati Abu Yazid). Abu Yazid meminta pada Allah, dan Rasulullah pasti adalah perantaraNya. Wa maa arsalnaa ka illaa rahmatal lil ‘aalamiin (21:107) Allah mengutus Rasulullah sebagai rahmat. Jadi dari rahmat tersebut Rasulullah menjadi perantara dan berkata pada Abu Yazid melalui hatinya, “Pergilah untuk menyertai orang itu.” Abu Yazid berpikir, “Dimana mencari orang itu?” Dan tanpa ia sadari, ia sudah sampai di pusat kota di Persia, dimana ia berada. Ia terus mencari dan mencari. Kemudian ia melewati sebuah tempat yang harum, tetapi tidak seorang pun di sana yang menjual wangi-wangian, parfum, attar; tidak ada seorang pun yang menjual aneka wangi-wangian alamiah di sana.

Sebagaimana Mawlana bercerita hari ini tentang Shaykh Sa’d ad-Din Jibawi di Damaskus. Setelah makam Sayyidina Bilal di pusat kota Damaskus, kalau kalian berjalan terus akan ada sebuah jalanan panjang di mana banyak ahlul-bayt dimakamkan. Pemerintah memutuskan untuk melebarkan jalan tersebut, padahal ada beberapa makam di tengah-tengah jalan tersebut. Bukan di tengah-tengah jalan itu, tetapi di sebelah dinding pemakaman tersebut. Sebagian dari pemakaman tersebut akan dijadikan jalan raya. Jadi mereka mencoba untuk memindahkan makam-makam tersebut dari sana. Salah satu makam tersebut adalah makam Shaykh Sa’d ad-Din Jibawi, salah satu cucu dari Rasulullah sekitar 400 atau 500 tahun lalu, bukan baru-baru ini. Beliau adalah salah satu awliya dari tariqah Jabawiyah di Damaskus. Jadi mereka mencoba memindahkannya, tetapi tidak bisa; mereka menggunakan buldoser dan berbagai macam peralatan, tetapi tetap saja tidak bisa. Mawlana memotong pendek ceritanya hari ini, tidak menceritakan seluruh kisahnya hari ini. Tetapi mereka tetap tidak bisa. Jadi mereka mengunjungi Grandshaykh, Shaykh Abd ‘Allah Faiz Daghestani, dan bertanya, “Shaykh, apa yang harus kami lakukan?” Yang berkunjung waktu itu adalah mufti agung Syria masa itu, bukan Shaykh Ahmad Koftaro, tetapi ayahnya, Shaykh Amin Koftaro. Jadi ia bertanya pada Grandshaykh, “Apa yang harus kami dilakukan?” Mereka tahu bahwa pada masa itu banyak ‘ulama datang untuk mendengarkan Grandshaykh dalam jema’ahnya (suhbahnya). Grandshaykh berkata, “Lakukanlah zikir sampai pagi dan hari berikutnya ia akan mengijinkanmu. Tanpa zikir, kalian tidak akan bisa. Kalian harus memberinya hadiah, dan hadiah terbaik untuk mereka adalah laa ilaha ill-Allah Muhammadur Rasulullah.” Jadi mereka mematuhi ucapan Grandshaykh dan mereka mulai zikir. Dan Grandshaykh mengirim Mawlana Shaykh Nazim ke sana. Karena itu Mawlana bisa menceritakan hari ini bahwa ketika mereka membuka (makam tersebut), bau yang sangat harum tercium. Setelah mereka berzikir sepanjang malam, pada pagi harinya mereka menggunakan buldoser untuk mengangkat dindingnya dan perlahan-lahan (dengan hati-hati), dengan menggunakan kedua tangan, dan dalam keadaan memiliki wudhu, mengangkat bata demi bata, batu demi batu, sampai mereka mencapai kafan-nya, jasadnya, jasad sucinya, dan ternyata jasad tersebut masih segar, seolah-olah baru dikuburkan hari itu. Dan harum bunga mawar tercium dari jasad tersebut. Lalu mereka memindahkannya (jasad dari Shaykh Sa’d ad-Din Jibawi) ke seberang jalan. Makam Shaykh tersebut dipindahkan ke seberang jalan dan mereka membangun sebuah bangunan dan masjid di sana, setelah mereka membangun jalan raya itu. Dan dia (Mawlana) berkata bahwa seorang anak kemudian berlari ke arahnya, memberikannya sekantung tanah dari makam tersebut. Anak laki-laki itu memberikan tanah tersebut pada Shaykh Nazim dan berkata, “Ciumlah!” Bau mawar yang sangat harum tercium dari tanah tersebut. Siapa anak kecil itu hanya Allah yang tahu. Mungkin seorang wali, seorang wali tersembunyi.

Beliau (Mawlana) berkata bahwa orang-orang yang berzikir mengeluarkan bau yang harum. Karena itu beliau memerintahkan setiap orang (untuk berzikir). Saya duduk bersama Mawlana sepanjang waktu, duduk di samping beliau siang dan malam, dan kalian bisa melihat mereka ada zikir di sini, misalnya di jalan ini, di distrik ini, 10 km or 7 km or 5 mil jauhnya ada tempat zikir, jika seseorang (orang baru) datang ke jalan itu, Mawlana berkata, “OK, kamu juga buat zikir.” Mawlana memberikannya (orang baru itu) ijin untuk melakukan zikir. Saya di Cyprus, ada beberapa orang melakukan zikir bersama di tempat yang sama. Beliau (Mawlana) bertanya pada seorang wanita, “Dimana kamu melakukan zikir?” Wanita itu menjawab, “Di sini, di tempat ini.” Meskipun rumah wanita itu hanya 5 menit jauhnya dari sebuah dergah (zawiyah) di Montreal, beliau (Mawlana) berkata pada wanita itu, “Kamu lakukan zikir di rumahmu untuk para wanita.” Wanita itu menjawab, “Mawlana, sudah ada yang melakukan zikir.” Mawlana membalas, “Kamu lakukanlah! Lebih banyak barakah.”

Di setiap jalan, selenggarakanlah zikir. Di setiap jalan di London mereka dapat menyelenggarakan zikir. Tidak hanya di tempat tertentu. Mereka memonopoli untuk keuntungan mereka sendiri, di London, di Amerika, di Eropa. Siapapun yang ingin menyelenggarakan zikir biarkan mereka melakukannya. Apa ruginya bagimu? Lebih banyak orang dari lingkungan sekitar akan datang, mungkin orang-orang baru akan datang.

Dewan Sufi Muslim (Sufi Muslim Council) memiliki perkantoran di London, bertujuan untuk de-redikalisasi umat muslim (menciptakan kehidupan muslim yang tidak radikal). Mereka membuka perkantoran. Saya menyarankan pada mereka untuk menyelenggarakan zikir, karena orang-orang menyukai zikir, orang-orang baru. Itu (zikir) bukan untuk dimonopoli oleh satu tempat, atau dua tempat, atau tiga tempat, atau lima tempat. Mawlana mengijinkan setiap orang untuk menyelenggarakan zikir karena barakah dari zikir tersebut. Karena sebagaimana Grandshaykh berkata, “majlis dhikr yakoonu kafaaratan li-saba`een alf majlis suuw” – untuk satu majlis zikir yang kalian selenggarakan, Allah akan menghapus dosa dari 70 perkumpulan dimana orang-orangnya berbuat dosa di sana. Dengan barakah dari satu tempat zikir, Allah akan menghapus dosa dari 70 tempat dimana perbuatan dosa dilakukan. Meskipun mereka hanya muslim di mulut saja dan mereka berbuat banyak dosa, Allah akan mengampuni mereka dengan barakah dari tempat (zikir) itu. Jadi kalau kalian bisa menyelenggarakan zikir di banyak tempat itu lebih baik.

PESAN PENTING UNTUK MURID-MURID DI LONDON

Bukan seperti yang mereka katakan pada solat Jum’at minggu lalu di Priory (bekas Gereja St. Ann di London), “Oh, ini fitnah.” Ini bukanlah fitnah. Kalian harus mengerti batas. Kalian tidak dapat menghakimi orang tanpa mengetahui hikmahnya, tanpa kebijaksanaan. Pelajarilah kebijaksanaan dan hikmah. Jangan mengangkat kepala (seolah-olah tahu) pada yang lebih tinggi (lebih tahu) darimu. Ada orang-orang senior yang mungkin lebih tahu darimu.

Mawlana memberikan ijin bagi setiap jalan, setiap rumah di setiap jalan, untuk menyelenggarakan zikir jika mereka bisa, untuk mengajak tiga atau empat keluarga dan melakukan zikir untuk barakah dari zikir itu. Dan tempatnya (tempat zikir itu) akan menjadi tempat yang berkah. Jadi jangan cegah barakah tersebut. Tidak seorang pun yang berkata tidak ada barakah di Priory, atau di Peckham, atau Shackwell Lane, dimana Mawlana meresmikan tempat-tempat ini. Atau ketika Mawlana pergi ke rumah siapa saja, memimpin zikir di sana, atau makan di sana, barakah pasti ada. Tetapi kalian tidak dapat mencegah tempat-tempat lain untuk menyelenggarakan zikir juga. Kalian harusnya gembira jika di setiap jalan ada sebuah masjid dibuka, atau sebuah tempat zikir (dergah/zawiyah) dibuka, untuk barakahnya Naqshbandi. Kalian tidak boleh mengikat mereka. Mawlana memberikan kesempatan itu pada setiap orang yang ingin menyelenggarakan zikir. Beberapa orang datang, mereka bahkan tidak solat, mereka tidak tahu zikir apapun; mereka datang ke Mawlana dan belajar bagaimana cara solat. Mawlana bertanya pada mereka apa mereka ingin melakukan zikir. Mereka menjawab bahwa mereka mau dan bahwa banyak orang seperti mereka yang juga tidak tahu. Mawlana berkata, “Selenggarakanlah zikir setelah kamu belajar bagaimana cara solat dan bagaimana melakukan zikir!” Mereke masuk Islam dan Mawlana memberikan mereka ijin. Mereka datang, tiga.. empat keluarga. Saya melihat mereka di mana-mana ketika saya berpergian ke Eropa, atau Timur Jauh, atau Timur Tengah.

Ada berapa tempat zikir di London? Hanya di Priory? Atau Peckham? Orang-orang dapat menyelenggarakan/melakukan zikir di mana saja. Jadi jangan coba untuk menciptakan fitnah! Orang dapat menyukai orang tertentu, dan tidak menyukai yang lain. Biarkan mereka dengan masalah mereka sendiri. Kalau kalian ikut zikir di Priory, pergilah ke Priory. Kalau orang lain mau melakukan zikir di rumah mereka, biarkan mereka melakukan zikir di rumah mereka. Jangan pedulikan mereka.

(Kembali ke cerita Mawlana tentang Shaykh Sa’d ad-Din Jibawi) Anak kecil itu memberi Mawlana kantung berisi tanah yang harum baunya. Kalian mengerti barakah dari zikir? Barakahnya zikir itu adalah Shaykh Sa’d ad-Din Jibawi mengijinkan mereka untuk membuka makamnya. Tanpa zikir mereka tidak akan dapat membuka makamnya.

Jadi jika kita melakukan zikir di pegunungan Himalaya, kalian tidak boleh menghentikan kami. Kalian tidak boleh menghentikan siapapun untuk melakukan zikir di manapun. Bahkan jika mereka melakukan zikir di Priory dan seseorang yang lain melakukan zikir di seberang jalan, biarkan dia melakukan zikir. Mungkin empat atau lima orang akan bergabung dengannya. Apa salahnya?!

Jangan terlalu memusingkan masalah-masalah di pikiranmu. Apa yang Allah telah takdirkan akan terjadi. Jadi jika Allah ingin mengirimkan orang-orang tertentu untuk melakukan zikir di tempat tertentu, kalian tidak akan dapat mencegah mereka. Jika Allah mengirim orang-orang baru untuk memimpin zikir, tidak akan ada yang dapat mencegah mereka. Jadi jangan khawatir! Jatahmu akan masuk ke mulutmu, tidak ada seorang pun yang dapat mengambilnya dari mulutmu. O Muslim, terutama Naqshbandi, mengertilah bahwa tidak seorang pun dapat mengambil jatahmu dari mulutmu kalau itu telah dituliskan (ditakdirkan) untukmu. Jika itu tidak dituliskan (ditakdirkan) untukmu, bahkan jika itu ada di dalam mulutmu, mereka akan bisa mengambilnya (dari mulutmu). Seperti burung yang sedang memberi makan anak-anaknya, bagaimana mereka memberi makan anak-anaknya tersebut? Mereka (induk burung tersebut) mengambil dari mulutnya (paruhnya sendiri) dan memberikannya pada anak-anaknya. Jika telah ditulis (ditakdirkan) bahwa jatah yang akan kalian makan ada di mulut orang lain, kalian tetap akan mendapatkannya. Dan jika tidak ditulis (tidak ditakdirkan), kalian tidak akan mendapatkannya. Jadi serahkan semuanya pada Allah . Jangan pedulikan yang lain!

Setan sedang mempermainkan mereka, orang-orang ini di London. Tidak semuanya; dua, tiga, empat dari mereka. Mereka pikir mereka adalah burung merak. Satu hari mereka tidak akan dapat bergerak karena kaki mereka dilumpuhkan oleh karena kecurangan mereka. Mereka menipu orang-orang dengan berkata bahwa Mawlana berkata begini, Mawlana berkata begitu. Mereka menipu orang-orang di sana.

(Kembali ke cerita Sayyidina Abu Yazid al-Bistami) Sayyidina Abu Yazid al-Bistami berjalan di jalan itu, mencium bau harum. Ia mencari-cari, tidak seorang pun menjual wangi-wangian.

Ini adalah pentingnya suhbah. Hari ini juga suhbah. Jadi apapun yang saya bicarakan, saya bicara tentang ketidaksenangan saya pada orang-orang tertentu di London, itu akan mengangkat masalah mereka, itu akan mengangkat dosa-dosa mereka. Dengan barakah dari Mawlana, kami punya kekuatan itu yang beliau berikan pada kami. Ketika kami meneriaki (memberi teguran keras) kepada seseorang, dosa-dosanya akan dihapus. Grandshaykh berkata, “Kalau saya berteriak pada seseorang, jangan kira saya berteriak padanya karena saya suka berteriak padanya. Bukan! Saya membebaskan dia dari dosa-dosanya dan dari hal-hal buruk yang mengotori hatinya. Hatinya bersih sekarang.” Jadi sekarang mereka (orang-orang London yang diberi peringatan oleh Mawlana tadi) telah bersih. Kalian sudah bersih, dengan barakah dari Mawlana. Kalian suka, kalian suka. Kalian tidak suka, kalian tetap sudah bersih. Semoga Allah mengampuni kalian dan mengampuni kami.

(Kembali ke cerita Sayyidina Abu Yazid) Sayyidina Abu Yazid mendengar suara di hati, “Kalau kamu ingin mencapai ma’rifatullah, temui orang itu. Dengarkan dia. Adakan suhbah dengannya. Dia wali kutubku.” Abu Yazid terus mencarinya dan akhirnya menemukannya. Beliau (Abu Yazid) melewati sebuah jalan dan mencium bau yang harum. Beliau mengikuti bau tersebut sampai beliau melihat orang tersebut di ujung jalan (beliau mencium dari jarak sekitar 1 km, 1 mil jauhnya; begitulah awliyaullah). Kemudian beliau mendekati orang itu dan orang itu berkata, “Abu Yazid, kemari!” “Bagaimana anda bisa tahu nama saya?” tanya Abu Yazid. Orang itu menjawab, “Aku adalah Sultan al-Awliya.” Karena Abu Yazid al-Bistami adalah seorang wali besar, beliau penasaran mengapa orang tersebut bisa tahu namanya padahal beliau tidak pernah mendengar tentang orang itu, bahkan tidak pernah melihatnya.

Jika Allah ingin menyembunyikan awliya-Nya, Dia akan menyembunyikannya, bahkan dari awliya-Nya yang sempurna, Dia akan menyembunyikannya. Biarkan mereka (awliya tersebut) saling menguji satu sama lain. Semua awliya diuji sampai hari ini. Kalian tidak melihat bagaimana Mawlana diuji oleh semua orang di sekitarnya, mempersulit beliau? Siang malam beliau ada di kursinya, sudah 9 tahun sejak 2001? Sebelum itu beliau menghadapi ratusan orang mengantri untuk bertanya setiap harinya. Itu tidaklah mudah; mengangkat beban tidaklah mudah. Ketika mereka bertanya padamu, kamu mengangkat beban mereka. Mereka pikir ketika mereka bertanya padamu mereka meminta nasihat. Bukan nasihat! Ketika kamu meletakkan tanganmu dan membaca mereka, kamu mengangkat beban mereka. Beban mereka akan dibuang padamu. Dan apa yang kamu lakukan? Buang beban itu pada Shaykhmu. Buang pada wali yang tertinggi maqamnya. Kirimkan pada Mawlana. Apa yang dapat kamu lakukan? Kamu tidak dapat mengangkatnya (mengangkat beban itu).

(Kembali ke cerita Abu Yazid) Orang itu melihat Abu Yazid dan berkata, “Kemari!” Dia (orang tersebut) adalah seorang pembuat sepatu. Ia memperbaiki sepatu. Duduk di tempatnya; pada masa itu mereka memiliki kayu bulat dengan batangan besi yang menyembul ke atas, memiliki ma’quf. Bentuknya kurva dan sepatu-sepatu diletakkan di dalamnya dan dipaku. Ketika saya masih muda, orang memperbaiki sepatunya; tidak seperti sekarang (penawaran iklan), “Beli satu, dapat sepuluh gratis!” Mereka menaikkan harga dan berkata, “Beli satu, dapat satu!” Apa ini? Kalian mencurangi kami! Jadi mereka meletakkan sepatu-sepatu secara terbalik di batangan besi tersebut dan memaku sekelilingnya; dan jika ada lubang, mereka tambal dengan kulit. Setelah satu tahun sol sepatumu tebalnya menjadi tiga inci! Zaman sekarang orang-orang membuang-buang uang. Lihat bagaimana pada zaman dulu orang menghemat; Allah menyelamatkan mereka. Sekarang mereka boros dalam segalanya; ini masalah besar. Allah tidak suka itu!

(Kembali lagi ke cerita Abu Yazid tadi) Pembuat sepatu itu sedang duduk sambil memaku sepatu-sepatu, dan mulai berbicara, dan Abu Yazid al-Bistami mendengarkan. Grandshaykh berkata itu (Abu Yazid mendengarkan) sekitar tiga sampai empat jam, tiga setengah jam, kuliah tanpa henti. Inilah pentingnya suhbah. Dia (Rasulullah ) menyuruh Abu Yazid untuk “dengarkan orang itu,” meskipun Abu Yazid adalah seorang Sultan al-Awliya pada zamannya. Seperti Sayyidina Musa merupakan salah satu dari lima ulul ‘azmi (lima nabi teragung), tetapi Allah memerintahkan beliau untuk mendengarkan Sayyidina Khidr. Itu bukan untuk menjatuhkan maqam atau kehormatan Sayyidina Musa, bukan! Sekali rasul tetap rasul; tidak seorang pun yang dapat mencapai maqam (tingkatan) tersebut. Tetapi Allah menghendaki beliau (Nabi Musa) untuk mengetahui bahwa pengetahuan ini berbeda; pengetahuan Sayyidina Khidr berbeda. Itu sebabnya Sayyidina Khidr berkata, “Kamu tidak dapat bersabar denganku.”

Kalian tidak dapat bersabar dengan awliyaullah. Sangatlah sulit untuk bersabar dengan awliyaullah karena mereka memperoleh kekuatan mereka dari Kekuatan Ilahi, Samudera Kekuatan Ilahi. Mereka tidak kenal lelah. Kalian bisa menjadi lelah; mereka tidak. Mereka akan membuat kalian bingung, bingung, bingung, mengujimu, sangat mengujimu, sangat memolesmu, memolesmu, memolesmu jika kalian sabar...

Catatan penerjemah:

Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau ada kesalahan dalam menterjemahkan suhbah ini.

No comments: