15 August 2011

Keajaiban dari Syah Naqsyband

Mawlana Syah Naqsybandi, Imam al-Thariqat wa Hujat Allahi Shaykh al-
Akbar


Keajaiban dari Syah Naqsyband

Audzu billahi min asy-Syaythan ir-rajiim. Bismillah ir-rahman ir-
rahiim. Dastuur ya sayyidi madad. Nawaytul arba`iin, nawaytul ‘itikaf,
nawaytul khalwa, nawaytul `uzla, nawatul riyaadha, nawaytus suluk, fii
hadzal masjid lillahi ta`ala al-`azhiim.

oleh Mawlana Syekh Hisyam Al-Kabbani


Kini saya akan meriwayatkan salah satu kisah dari Sayyidina Syah Naqsyband {q}, yang merupakan Imam Tarekat Naqsybandi dan seorang `alim di masanya.
Beliau adalah seorang ulama yang langka, baik dalam ilmu syariah maupun ilmu hakikat. Beliau dikenal dengan sebutan dzu-janahayn, pemilik dua sayap, menguasai dua cabang ilmu pengetahuan: yang pertama beliau bagikan kepada semua orang, dan yang kedua beliau berikan kepada para pengikutnya. Beliau juga dikenal sebagai Sultan al-`Arifiin, Sultan orang-orang yang arif.

Sayyidina Syekh Syarafuddin meriwayatkan hadis inda dzikr as-sulaha
tanzal ar-rahma; yang artinya, setiap kali nama awliya disebutkan, rahmat Allah akan turun pada kelompok tersebut, karena mereka menyebutkan para awliya-Nya. Turunnya rahmat itu merupakan rahasia yang dibukakan oleh Sayyidina Grandsyekh Syarafuddin dan Grandsyekh AbdAllah al-Faiz selama khalwat mereka, ketika mereka menerima rahasia dari syekh-syekh mereka dan dari Nabi (s).

Grandsyekh Syarafuddin ad-Daghestani berkata, “Ketika kisah dari para awliya dan detail kehidupan mereka disebutkan, dosa-dosa para pendengarnya akan hancur berkeping-keping seperti pecahan kaca.”

Menjadi seorang ulama besar di masanya, beliau menyebutkan bahwa Ibn Hajar al-Haytami sering menempuh satu atau dua hari perjalanan (dahulu mereka mengukur jarak dalam jam atau hari), untuk mendengarkan uraian yang disampaikan oleh syekh Naqsybandi. Salah satu kisah yang disampaikan adalah mengenai Muhammad Bahauddin an-Naqshband (Syah Naqsyband) dari Bukhara, yang kini dikenal sebagai Uzbekistan.

Ketika beliau mencapai usia tujuh tahun, Syah Naqsyband dibawa untuk bertemu dengan semua ruh anbiyaullah dan rasul-rasul-Nya dalam hadirat Sayyidina Muhammad {s}. Di hadirat Nabi {s}, usia tidaklah signifikan, hanya ruh yang signifikan.

Jadi Syah Naqshband telah sampai di hadirat suci tersebut pada usia tujuh tahun: beliau adalah orang yang unik, tak seorang pun di antara seluruh pengikut Naqsybandi di masa itu yang dapat menyamai levelnya.

Di hadirat Nabi {s} tersebut, Sayyidina Musa {as} bertanya pada Syah Naqsyband, {{{{{{{{{{{{{{{{ Ya Fard al-`Alam, }}}}}}}}}}}}}}} “Kapan kau ditunjuk sebagai mursyid bagi umat manusia?” Syah Naqsyband {q} menjawab, “Aku adalah seorang Mursyid ketika para Awliya belum ada sepenuhnya.” (Artinya, “Aku adalah Mursyid sebelum Allah menciptakan para Awliya.”) Beliau tidak berbicara tentang dirinya sendiri, tetapi mengenai rahasia yang diberikan oleh Nabi (s) kepadanya, pada level itu, di dalam keadaan ekstasi yang unik.

Kemudian Sayyidina Musa berkata, “Jelaskan, kami ingin tahu.” Sayyidina Syah Naqsyband {q} menerima dari jalur Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq {r}, jadi karena adab terhadap Sayyidina Musa {as}, Abu Bakr as-Siddiq menjawab, “Wahai Musa! Ketika Syah Naqsyband berbicara kepadamu, itu berasal dari level yang ia wariskan dari Nabi Muhammad {s}, dan dari level itu, itu adalah satu dari empat puluh sembilan bagian dari nubuwwat. Dari rahasia level itu, ia menjawabmu.” Kemudian Abu Bakr melihat pada Sayyidina Syah Naqsyband, memberi tanda untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Syah Naqsyband {q} menjawab, “Aku adalah seorang Mursyid ketika belum ada Awliya, sebelum mereka dianugerahkan posisinya di Hari Perjanjian, yawma alastu birabbikum. Sejak saat itu aku sudah menjadi Mursyid, dan Allah mengizinkan aku untuk menjaga para pengikutku dan rezeki mereka, dan membimbing mereka ketika para Awliya belum benar-benar ada.”

Sayyidina Musa mengulangi lagi, “Jelaskan.”

Sayyidina Syah Naqsyband melanjutkan, “Aku diberikan maqam kewalianku sebelum seluruh wali diberikan maqam kewaliannya dari Tarekat Naqsybandi. Dan aku menerimanya ketika aku masih di dalam alam atom. Allah menciptakan aku dua puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan para awliya Naqsybandi, dan aku berada dalam tarbiyah dan inayah Nabi {s}. Kemudian Allah menciptakan seluruh awliya yang lain dan mereka muncul setelah 17,000 tahun. Ada perbedaan waktu selama 10.000 tahun antara realitas perwujudanku dengan mereka. Itulah yang kumaksud.”

Hal itu terjadi ketika Syah Naqsyband berusia tujuh tahun, ada itu adalah irsyad beliau yang pertama dalam kehadiran para anbiya, awliya-ullah dan sahaba.

Allah menganugerahkan Syah Naqsyband 12.000 keistimewaan. Salah satu dari keistimewaan ini, untuk memberikan gambaran kepada kalian mengenai keistimewaan yang lain (dan ini adalah salah satu keistimewaan yang biasa) adalah kekuatan untuk memfokuskan pandangannya ke seluruh alam semesta ini 363 kali dalam dua puluh empat jam, mencakup seluruh alam semesta.

Beliau mampu melihat 363 kali setiap hari pada setiap makhluk, setiap manusia, melihat apa yang mereka lakukan, termasuk kondisi rezekinya, keadaan urusan mereka, masalah dan kesulitan mereka. Tidak hanya itu, beliau juga mampu melihat setiap bayi yang masih berada di dalam rahim ibunya.

Inilah salah satu dari keistimewaan dasarnya.

{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{ Pada kesempatan kunjungan pertamanya itu, beliau berdoa, “Wahai Tuhanku, jangan biarkan seseorang yang menjadikan aku sebagai mursyidnya dan orang yang muncul setelah aku atau sebelum aku hidup tanpa memperoleh dukungan-Mu.” }}}}}}}}}}}}}}

Seluruh malaikat di langit berkata, “Amiin.”

Grandsyekh mengatakan bahwa berkah dari doa itu muncul empat kali dalam setahun dan perlindungannya dikirimkan kepada para pengikut Syah Naqsyband empat kali dalam setahun. {Sayyid Shalawat} Yang pertama adalah pada tanggal 14 Muharram, hari kelahiran Syah Naqsyband; kemudian pada hari pertama bulan Ramadan, hari kelima belas bulan Ramadan, dan pada saat Laylat al-Qadr.

Pada hari-hari yang istimewa dalam setahun ini, Allah mengirimkan perlindungan khusus kepada para pengikut Syah Naqsyband. Siapa pun yang memasuki Tarekat Naqsybandi, ia akan dilindungi dari semua sisi.

Ketika Allah menciptakan Awliya, setelah 17.000 tahun (10.000 tahun setelah penciptaan Syah Naqsyband), mereka muncul ke Alam Hakikat, berbicara kepada hakikat dari Syah Naqsyband, dan meminta beliau agar diterima di Tarekat Naqsybandi demi Nabi Muhammad {s}.

Beliau menerima 7007 di antara mereka untuk menjadi wali, dan masing-masing diberikan 12,000 ilmu dari setiap huruf Al-Qur`an yang mereka baca.

Syah Naqsyband mencari perbedaan ini demi Nabi Muhammad {s}, dan ketika beliau memintanya, Nabi {s} memandangnya dan mengangkatnya untuk setiap huruf Qur’an dikalikan dengan 12.000 ilmu yang diberikan pada setiap huruf kepada awliya ini. Untuk setiap 7007 awliya ini level Syah Naqsyband diangkat sebanyak itu.

Kita katakan bahwa ada 70.000 hijab kegelapan antara kita dengan hadirat Nabi {s}. Semakin kalian dekat dengan Nabi {s}, hijab terakhir membuat kalian merasa sangat jauh dari realitas Nabi {s}. Karena untuk berada dekat dengan hadirat Nabi {s}, isyq kalian akan membuat kalian merasa sangat jauh darinya.

Dari maqam ilmu tersebut, Syah Naqsyband {q} mengungkapkan, “Ketika awliya-ullah menghancurkan hijab-hijab tersebut dan mendekati hadirat Nabi {s}, ada lebih dari 700.000 hijab yang harus dilewati untuk mencapai hakikat dari Hadirat Nabi {s}. Aku telah melewati tempat di mana tidak ada orang yang pernah mencapainya sebelumnya.”
Hal itu serupa dengan kisah Sayyidina Bayazid al-Bistami. Ketika beliau dilempari batu dan disiksa oleh sukunya, beliau pergi ke laut, menaiki kapal dan berdoa, “Wahai Tuhanku! Bawalah aku ke tempat di mana aku merasa bahagia.” Setelah itu, kapal mulai terombang-ambing dalam gelombang tinggi. Kapten kapal berkata, “Pasti ada seorang pendosa besar yang menaiki kapal dan menyebabkan bencana besar ini!” Sayyidina Bayazid al-Bistami berkata, “Akulah orang itu, lemparkan aku ke laut.”

Beliau berkata kepada dirinya sendiri, “Aku akan memasuki samudra itu dan Aku akan mencari Hadirat Allah.” Segera setelah beliau dilemparkan ke laut, air laut berhenti bergejolak, dan Sayyidina Bayazid, tanpa memikirkan tujuan lain dan menggunakan kekuatan spiritualnya yang maksimal, mulai terjun ke dalam Samudra (realitas?) itu pada kecepatan yang di atas kecepatan cahaya, hingga beliau mencapai sebuah tempat yang sungguh gelap dan kosong. Kemudian beliau mendengar sebuah suara yang Grandsyekh gambarkan sebagai, “Huuuuuuuuuuuuuuuuuuu.”

Sayyidina Bayazid telah dikaruniai kekuatan spiritual yang istimewa, serupa dengan yang dimiliki oleh Syah Naqsyband, kekuatan yang beliau gunakan untuk menghitung jumlah semua orang yang ada di lokasi itu yang mengucapkan bunyi, “Huuuu…”

Namun meskipun telah menggunakan seluruh kekuatannya, beliau tidak bisa menghitungnya. Grandsyekh berkata bahwa Sayyidina Bayazid kemudian menyadari bahwa ini adalah suatu hadirat yang tidak bisa beliau raih, dan beliau tahu itu adalah Syah Naqsyband dan para pengikutnya yang mengucapkan, “Huuuu…”

Meskipun Syah Naqsyband muncul berabad-abad setelah Sayyidina Bayazid al-
Bistami, beliau dapat mencapai hadirat spiritual Syah Naqshband bersama murid-murinya. Dan Sayyidina Bayazid al-Bistami merasa khawatir, mengantisipasi apakah Syah Naqsyband akan menanyainya, “Mengapa kau ada di sini?” dan kemudian mengusirnya pergi, karena awliya menjaga pengikut mereka dan tidak menginginkan wali lain berada di dalam teritori mereka.

Bihurmat al habiib wa bi hurmat al-Fatiha. Demi kehormatan al-Habib, kita bacakan Surat al-Fatiha.

http://nurmuhammad.com/NaqshbandiSecrets/miraclesofshahnaqshband.htm



No comments: