24 January 2008

Ziyarah ke Makam Nabi Yusya (Joshua) AS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Salah satu dari penduduk asli yang mengikuti Musa AS dan Harun AS keluar dari Mesir adalah Yusya AS. Ia masih kanak-kanak ketika menjadi pengikut dan pelayan Musa AS. Yusya AS melayani Musa AS dalam seluruh peristiwa yang terjadi di Mesir. Ia berdiri di samping ketika Nabi Musa AS dan Harun AS berusaha menyeru Firaun. Ia menyaksikan mukjizat dan juga wabah yang melanda Mesir. Ke mana pun Musa AS pergi, Yusya AS mengikutinya.

Suatu hari ia mengikuti Nabi Musa AS pergi ke selatan di sepanjang sungai Nil untuk menemui seorang yang bijak, Khidr AS, yang darinya Musa AS berharap dapat mempelajari sesuatu. Musa AS dipesankan untuk membawa seekor ikan kering untuk makan siangnya dan ketika ikan itu menjadi hidup dan menyelam ke dalam sungai, ia menyadari bahwa Khidr AS sudah dekat. Adalah Yusya AS yang membawa makan siang Musa AS dan yang melihat mukjizat ikan tersebut. Musa AS kemudian pergi sendiri bersama Khidr AS untuk belajar dan diuji, sementara Yusya AS menunggunya dengan sabar.

Musa AS dan Khidr AS menyebrangi sungai dengan menggunakan perahu kecil. Pemilik perahu itu sangat baik sehingga ia tidak meminta ongkos untuk perjalanan mereka. Namun demikian, ketika mereka telah sampai di tepi sungai, Khidr AS melubangi bagian bawah perahu itu. Musa AS terkejut.

Ketika mereka melanjutkan perjalanannya, mereka melihat sekelompok anak kecil bermain di lumpur. Salah satu anak menarik perhatian mereka karena senyumnya yang ramah dan tatapannya yang bersahabat. Khidr AS memukul anak itu hingga tewas. Musa AS tidak dapat lagi menahan kengeriannya.

Malam itu mereka beristirahat di sebuah desa di mana tak seorang pun menawarkan mereka makanan atau tempat untuk menginap. Para penduduk di desa itu tidak ramah dan pelit. Di pagi hari Khidr AS meminta Musa AS untuk membantu membangun kembali tembok desa yang mulai hancur.

Musa AS tidak tahan lagi. Ia menanyakan alasan dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Khidr AS. “Mengapa engkau menghancurkan perahu orang yang baik itu? Mengapa engkau membunuh anak kecil yang tak berdosa itu? Mengapa kita bekerja demi orang yang bahkan tidak mau memberi kita air minum?”

“Kita tidak dapat melanjutkan perjalanan bersama lagi. Engkau tidak dapat belajar dariku,” jawab Khidr AS. “Seorang raja yang serakah akan merampas seluruh perahu yang masih dalam kondisi baik. Aku membuat lubang di perahu itu sehingga raja itu tidak akan mengambilnya dan pemilik perahu tidak kehilangan perahunya dan ia dapat memperbaiki lubang itu.”

“Anak kecil yang aku bunuh adalah anak dari keluarga yang beriman. Ia ditakdirkan untuk menjadi seorang penjahat yang kejam dan mengakibatkan orang tuanya menderita. Aku menghabisinya ketika ia masih tak berdosa dan Allah SWT akan memberi orang tuanya anak-anak yang saleh sebagai penggantinya.”

“Sementara bagi dinding yang kita bangun, itu adalah milik anak-anak yatim. Di bawahnya terdapat harta karun dari ayah mereka yang beriman yang ditinggalkan untuk mereka. Jika tembok itu runtuh sebelum anak-anak dewasa, para penduduk desa yang serakah akan mencuri harta mereka dan mereka tidak akan mendapat apa-apa.”

Jadi Khidr AS menerangkan kepada Musa AS hikmah di balik tindakannya yang misterius. Khidr AS bertindak atas pengetahuan yang diberikan Allah SWT kepadanya. Tiga pelajaran dan tiga ujian ia berikan kepada Nabi Musa AS. Dan Musa AS gagal total. Maksud dari ujian itu adalah mengajarkan kepada kita bahwa betapa pun kita mengetahui sesuatu akan ada seseorang yang mengetahui lebih banyak. Dan betapa pun banyaknya pengetahuan yang kita miliki atau bahkan oleh nabi sekalipun, namun apa yang tidak diketahui dari ciptaan Allah SWT yang tak terhingga masih jauh, jauh lebih banyak lagi.

Di lain waktu, ketika Musa AS pergi ke gunung untuk berbicara dengan Allah SWT, Yusya AS menunggunya di bawah. Ketika orang-orang membuat sapi emas, Yusya AS memprotesnya dan kemudian melindungi dan menolong Harun AS. Ia selalu menjadi abdi yang patuh. Sebelum meninggal, Musa AS diminta Allah SWT untuk menginformasikan kepada Bani Israil bahwa Yusya AS akan menjadi nabi mereka selanjutnya. Ia akan menjadi pemimpin bagi Bani Israil menuju tanah yang dijanjikan Allah SWT bagi mereka.

Yusya AS berusia delapan puluh dua ketika Allah SWT menjadikannya seorang nabi. Selama dua puluh delapan tahun, ia memimpin Bani Israil mengembangkan negri mereka, hidup dengan Hukum Allah SWT sebagaimana yang tertulis dalam Taurat. Meskipun ia semakin tua, ia masih tetap kuat dan menjadi seorang pejuang yang gagah perkasa. Ia memimpin pasukannya menyebrangi sungai Jordan dan menaklukan kerajaan demi kerajaan hingga ia menjadi penguasa penuh bagi tanah di sepanjang Damaskus hingga ke laut. Setelah pengepungan yang lama, mereka akhirnya menguasai Jerusalem juga.

Bani Israil hidup di tanah mereka sendiri. Ya`qub AS mempunyai dua belas anak, Yusuf AS dan Benyamin AS dari Rahiil RA dan sepuluh anak dari istri pertama Leah RA. Allah SWT memerintahkan bahwa keturanan dari masing-masing anak ini akan diberi daerah sendiri dan sumber air masing-masing. Jadi tanah Israil, sebagaimana negri ini kelak disebut dibagi menjadi dua belas bagian yang sama.

Pada awalnya segala sesuatu berjalan dengan baik. Bani Israil menghormati nabi-nabi mereka dan mematuhi Allah SWT. Orang-orang yang ditaklukkan juga bahagia dengan penguasa mereka yang baru, yang memperlakukan mereka dengan kasih sayang dan adil. Tetapi sedikit demi sedikit mereka mulai korup dengan praktik-praktik yang dilakukan oleh tetangga mereka. Mereka tidak lagi mematuhi Hukum Allah SWT. Mereka suka berpesta dan berjudi. Mereka mulai berselisih di antara mereka sendiri. Mereka lupa akan penderitan nenek moyangnya semasa Firaun di Mesir, dan mereka sendiri mulai memperlakukan diri mereka seperti Firaun dan memperlakukan jajahan mereka dengan tidak adil. Mereka mengambil apa yang mereka inginkan tetapi tanpa meminta dan dengan segera mereka menjadi tiran di negeri mereka.

Yusya AS dengan rasa jijik mengasingkan diri ke pegunungan untuk berdoa dan beribadah kepada Allah SWT sendiri. Ia masih tetap sering pergi ke kota untuk mengingatkan dan memperbaiki para pengikutnya tetapi korupsi dan kesombongan mereka membuatnya sedih. Untuk terakhir kalinya ia mengingatkan para pengikutnya untuk mematuhi Allah SWT dan memperlakukan semua orang dengan adil dan penuh hormat. Untuk terakhir kalinya Bani Israil mendengar nabi mereka, mereka menyesal dan memohon ampun. Ketika ia meninggalkan mereka untuk kembali ke gunung, ia mendengar mereka terisak dan berjanji untuk mematuhi Hukum Allah SWT. Yusya AS wafat dengan damai pada usia 110 tahun di pengasingannya di sebuah gunung (di Tripoli, Lebanon) dan di sanalah ia dimakamkan.

Semoga Allah SWT memberkati Yusya AS dan memberinya kedamaian.


Sumber:
My Little Lore of Light (Hajjah Amina Adil, Editor Karima Sperling)
© Naqshbandi-Haqqani Sufi Order of America, 2005
diterjemahkan oleh Yayasan Haqqani Indonesia
Lihat juga Ziyarah Syekh Hisyam Kabbani qs dan Syekh Adnan Kabbani qs ke Makam Nabi Yusya AS di Tripoli, Lebanon.

http://www.sufilive.com/rnd.cfm?m=995

No comments: