14 May 2008

Abu Bakar RA dan Benih Iman yang Tersembunyi

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Rasulullah SAW bersabda bahwa buku catatan (amal) setiap orang akan ditutup ketika ia sudah meninggal, kecuali untuk 3 golongan. Yang pertama adalah mereka yang mengajak orang lain ke jalan yang benar melalui tulisan atau bukunya. Selama ada yang memperoleh petunjuk lewat tulisannya, ia masih mendapat rahmat Allah SWT. Yang kedua adalah orang yang mengeluarkan sejumlah amal jariyah. Selama orang masih memanfaatkan pemberiannya itu, buku catatannya masih tetap ditulis setiap saat. Yang ketiga adalah orang yang meninggalkan anak yang saleh yang terus mendoakannya. Selama mereka masih berdoa, buku catatan orang tuanya tidak tertutup. Allah SWT Maha Mengetahui dan Dia membuat jalan bagi keimanan sesorang, orang tua dan leluhur kalian, bahkan pada saat terakhir. Kita harus bersyukur dengan rahmat Allah SWT tersebut. Jika Allah SWT memberikan izin perantaraan kepada saya, Saya akan meminta untuk semua leluhur kalian.

Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS bercerita tentang Abu Bakar ash-Shiddiq RA, sahabat Rasulullah SAW yang paling terkenal di antara sahabat lainnya. Rasulullah SAW mengagungkannya dengan mengatakan bahwa jika iman Abu Bakar RA dibandingkan dengan seluruh umat manusia, kepunyaannya masih lebih berat. Pada Hari Perjanjian setiap orang ditanya oleh Allah SWT, “Apakah Aku Tuhanmu?” kita semua menjawab, “Ya, Engkau adalah Tuhan kami.” Pada hari itu kalau bukan karena jasa Abu Bakar RA yang mengajarkan semua orang dengan kekuatan spiritualnya, tentu tidak ada seorang pun yang bisa menjawab benar. Grandsyekh melanjutkan bahwa setiap orang mempunyai satu bagian dari iman Abu Bakar RA, termasuk orang yang lemah imannya. Dari bagian itu begitu banyak orang akan masuk surga, tidak peduli orang itu salat atau tidak. Bagian iman itu menjaga setiap orang dari akhir yang buruk dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Kalimat “Laa ilaha ill-Allah Muhammadur Rasulullah” telah terukir dalam hati kita, hanya perlu satu kesempatan untuk menunjukkannya.

Suatu ketika Saya pergi ke Madinah bersama Grandsyekh, melewati gunung, lembah dan padang pasir yang gundul, tidak satu pun tanaman yang tampak. Ketika kami tiba di Madinah, hujan turun selama tiga hari kemudian berhenti. Dua bulan kemudian kami kembali ke Damaskus, melewati jalan yang sama namun kali ini terlihat berbeda. Seluruh permukaan tanah dipenuhi rumput dan beraneka ragam bunga. Saya berdoa, “Ya Allah, di mana benih-benih itu bersembunyi?” Allah SWT telah menjaga mereka. Ketika rahmat dan kasih-sayang-Nya turun dalam bentuk hujan, dengan cepat mereka tumbuh. Begitu banyak orang yang mempunyai benih keimanan dalam hatinya. Benih itu terpendam jauh dalam hatinya dan mereka menunggu datangnya hujan rahmat. Rahmat tersebut bisa saja tertunda sampai akhir hayatnya. Ketika seseorang yang terbaring di tempat tidur menjelang ajalnya mulai menangis, tangisan itu mengundang datangnya rahmat, bahkan walaupun hanya dengan setetes air mata. Allah SWT berfirman, “hamba-Ku menangis,” kemudian benih keimanan mulai terbuka, memenuhi hatinya sehingga hati menjadi hijau dengan cahaya keimanan yang sesungguhnya. Bagaikan gurun pasir yang ditumbuhi rerumputan, kemudian kematian datang kepadanya dan ia mulai menangis. Itulah tandanya bahwa rahmat telah datang kepadanya. Hanya jika nyawa telah sampai ke tenggorokan lalu orang itu bersendawa barulah pintu tobat tertutup. Bisakah kalian menemukan orang yang tidak menangis menjelang kematiannya? Allah SWT tidak pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya. Dia mempunyai rahmat yang tidak terhingga dan dalam samudera rahmat-Nya kita semua bukanlah apa-apa.

Setiap saat iman berkembang dan bertambah kuat, begitu juga dengan rahmat Allah SWT. Jika anda melihat orang yang tampaknya kurang mendapat rahmat, ketahuilah bahwa ia juga sebenarnya kurang beriman. Rasulullah SAW telah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Siapa pun yang ingin menjerumuskan orang lain ke dalam neraka berarti dia tidak bersama Rasulullah SAW. Ketika Nabi Musa AS marah kepada Karun karena yang bersangkutan dituduh berzina, beliau melakukan salat dua rakaat untuk memutuskan hukuman apa yang akan diberikan. Allah SWT berfirman kepadanya, “Lakukan apa yang kamu suka.” Nabi Musa AS memerintahkan bumi untuk menelannya. Ketika Karun mulai terbenam, ia memohon kepada Nabi Musa AS untuk memaafkannya, “Wahai Musa AS, demi hubungan saudara kita, maafkanlah aku.” Karun semakin dalam ditelan bumi. Kemudian ia memohon lagi, sampai 3 kali ketika akhirnya seluruh tubuhnya tenggelam dalam perut bumi. Allah SWT memperingatkan Nabi Musa AS, “Wahai Musa AS! Mengapa kamu tidak memaafkan Karun padahal ia sudah meminta maaf berkali-kali? Dengan Kebesaran dan Kemuliaanku, jika ia memanggil Nama-Ku sekali dan memohon, ‘Ya Tuhanku! Ampunilah aku’ Aku akan segera mengampuninya. Wahai Musa AS! Kamu bukanlah yang menciptakannya, jadi kamu tidak mengetahui apa-apa mengenai kasih-sayang. Akulah Sang Pencipta, dan Aku Maha Mengetahui (mengenai) kasih-sayang kepada ciptaanku.” Allah SWT ingin membawa orang-orang ke dalam Samudra Rahmat-Nya dengan bermacam-macam cara. Kita harus mempunyai harapan untuk memperoleh rahmat-Nya. Ini adalah salah satu atribut Ilahi dan Allah SWT senang melihat hamba-Nya mengenakan Atribut-Nya. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Wahai umatku, berikanlah rahmat dan kasih-sayang kepada segala sesuatu di Bumi, sehingga Dia yang berada di Surga akan memberi rahmat dan kasih-sayang-Nya kepadamu.”


No comments: