14 May 2008

Iman kepada Hari Kemudian

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS berkata bahwa setiap orang harus mengetahui bahwa ia berada dalam kehidupan yang bersifat sementara. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, kita menyakini adanya Hari Kemudian sebagai salah satu rukun Iman. Seluruh rasul diutus untuk memberi petunjuk kepada semua orang mengenai adanya kehidupan di Hari Kemudian. Grandsyekh kemudian menyampaikan sebuah cerita berkaitan dengan hal ini.

Pada suatu hari seorang Syekh agung yang terpelajar kedatangan sekelompok tamu yang mengaku sebagai orang modern. Mereka bermaksud untuk berbuat iseng terhadap Syekh yang menurutnya sangat kuno dan ketinggalan zaman. Mereka berkata, “Wahai Syekh apakah engkau percaya kepada Surga dan Neraka dan Hari Kemudian?” “Ya!” “Yakin?” “Ya!” “Bagaimana engkau bisa percaya tanpa melihatnya?” “Mudah saja! Apakah kalian tidak percaya bila tidak melihatnya?” “Tidak!” “Apa kalian yakin?” “Ya!” “Kalau begitu Saya akan mengajukan satu pertanyaan,” kata Syekh. Katakanlah kalian bertujuh berada di suatu tempat lalu tuan rumah membawakan sepoci besar susu. Orang itu berkata, ‘Silakan diminum!’ Kemudian ada seseorang di luar yang memanggil kalian, kalian semua pergi menemuinya kecuali satu orang yang menunggu di dalam. Orang yang tetap tinggal di dalam adalah orang asing dan bukan seagama dengan kalian. Ketika kalian kembali, ia berkata, ‘Jangan minum susu itu! Saya melihat seekor ular datang dan meletakkan mulut dan bisanya ke dalam bejana itu.’ Nah, sekarang bisakah kalian meminumnya?” mereka menjawab, “Tidak!” “Mengapa? Apakah kalian melihat ular itu?” “Tidak!” “Berarti kalian percaya kepada satu orang walaupun ia orang asing? Bisa saja setelah kalian pergi ia akan meminum semua susu tersebut.” Mereka berkata, “Wahai Syekh, hidup ini tidak murah, kami harus waspada.” “Wahai anakku, kalian sungguh bodoh! Kalian percaya kepada satu orang untuk hal tadi tetapi tidak percaya kepada 124.000 nabi yang semuanya datang dan mengatakan hal yang sama, ‘Wahai manusia berhati-hatilah dengan kehidupan di dunia dan di Hari Kemudian’ Apakah mungkin 124.000 nabi percaya kepada suatu kebohongan? Saya tidak melihat adanya akal sehat di diri kalian. Bagaimana kalian bisa mengaku sebagai orang yang modern?” “Oh Syekh! Engkau benar, itu adalah suatu hikmah dan kami percaya terhadap apa yang engkau katakan.”

Pernahkan seseorang melihat Surga? Ya! Ayah Adam AS dan Ibu Hawa RA diciptakan dan tinggal di sana. Beliau berkata kepada kita dan setiap nabi dan keturunannya juga berkata tentang hal yang sama. Wahai anakku, jagalah iman kepada Tuhanmu dan jangan tertipu oleh kehidupan di dunia ini. Ini bukanlah hidup yang sebenarnya, hidup yang sebenarnya adalah di Hari Kemudian.

(kemudian ada yang bertanya tentang asal-usul dosa) Nabi Adam AS membawa benih seluruh anaknya dalam ruas-ruas tulang belakangnya. Beberapa di antara mereka adalah orang yang beriman sedangkan yang lainnya kafir. Seolah-olah ada angin yang kuat yang mendorongnya untuk memakan buah dari pohon itu. Anak-anak yang kafir dalam tulang belakangnyalah yang mendorongnya untuk makan buah dari pohon itu. Kebijaksanaan Allah SWT yang mengirim mereka ke Bumi untuk memisahkan mana yang beriman dan mana yang kafir. Orang yang beriman akan kembali ke Surga dan yang tidak beriman kembali ke tempatnya. Ketika Nabi Adam AS memohon tobat, beliau memohon untuk seluruh anak-anaknya, beliau sendiri yang menanggung dosa-dosa mereka. Tetapi bukan berarti beliau yang melakukan dosa-dosa tersebut, beliau adalah seorang nabi dan para anbiya bersifat ma’sum, terpelihara dari dosa. Tetapi sebagai seorang Ayah, beliau memohon tobat atas nama anak-anaknya. Ini adalah suatu rahasia dari takdir Allah SWT. Kita hanya mengetahui bahwa Nabi Adam AS memakan buah itu dan bertobat, sebagaimana seorang Ayah memohon ampun atas dosa-dosa anak-anaknya dan Nabi Adam AS adalah Ayah dari seluruh umat manusia. Allah SWT memberi kasih-sayang dan ampunan kepada semua anak Nabi Adam AS. Kita semua hidup dalam kasih-sayang ar-Rahmaan.

Kita yakin dan berhak untuk yakin, karena banyak nabi dan awliya yang telah melihat Surga dan Neraka. Banyak pula orang-orang beriman yang telah melihatnya dalam mimpinya. Tak satu pun yang bisa membuktikan bahwa tidak ada kehidupan di Hari Kemudian nanti. Kalian bisa bertemu dengan bermacam-macam golongan. Jika kalian menemukan salah seorang dari mereka mengajak untuk kepentingan hidup di Hari Kemudian, jagalah silaturahim dengan mereka, sebanyak mungkin yang kalian bisa. Manfaat yang bisa diambil dari kebersamaan itu adalah semua atribut dan karakter baik akan terhimpun dalam Iman yang kuat di Hari Kemudian. Dengan demikian semua hal yang baik ikut berkembang. Kalian bisa melihat semua hal buruk berkembang di antara mereka yang tidak beriman, yang tidak terikat dengan segala macam hal, mereka bebas. Siapa pun yang percaya dengan Hari Kemudian mempunyai tanggung jawab bagi dirinya dan bagi orang lain. Orang yang tidak beriman tidak mempunyai tanggung jawab seperti itu. Siapa pun yang mengajak untuk kebaikan, jadikanlah dia teman kalian. Siapa yang tidak mengajak kepada Hari Kemudian adalah Setan atau Ular, maka jauhilah mereka.

No comments: