14 May 2008

Cinta karena Allah SWT bersifat Permanen

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Hal terpenting bagi manusia baik dari segi syariat maupun tarekat adalah melakukan segala sesuatu karena Allah SWT tanpa mengharapkan balasan atau takut terhadap api neraka. Manusia harus melakukan segalanya secara cuma-cuma untuk Allah SWT tanpa memberi bagian untuk egonya.

Rasulullah SAW adalah guru terbesar bagi seluruh umat manusia yang mengajarkan syariat dan tarekat dari Al-Qur’an. Kadang-kadang pahala disebutkan untuk suatu tindakan, sehingga wajar orang-orang syariat mengerjakannya untuk mengharapkan berkah Allah SWT, mencari pahala yang telah dijanjikan. Tetapi tidak demikian dengan orang-orang tarekat, khususnya Tarekat Naqsybandi yang mulia. Para pengikutnya tidak perlu mengharapkan pahala atas salat dan ibadah yang mereka lakukan sebab itu adalah tugas seorang hamba yang harus dilaksanakan.

Seorang hamba Allah SWT harus menyadari bahwa ia sudah mendapat kemuliaan dengan menjadi hamba-Nya. Kemuliaan itu tidak akan berakhir dan memberikan cahaya serta berkah yang terus-menerus, selamanya.

Ciptaaan Allah SWT tidak pernah berakhir tetapi umat manusia dipilih untuk sesuatu yang lain. Tarekat mengajarkan perilaku terpuji yang paling tinggi, yaitu tidak pernah mengharapkan atau meminta balasan dari-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Ya Tuhanku, aku adalah hamba-Mu—Engkau menyandangkan kemuliaan tanpa akhir dan memberi pahala tanpa akhir.

Sebelum melakukan suatu tindakan, kita telah diberi kemuliaan. Jika kita mengetahui hal tersebut maka segalanya adalah untuk Allah SWT.

Salah satu tindakan yang penting adalah berhubungan dengan sesama manusia. Hal ini juga harus dilakukan karena Allah SWT dan dengan cinta untuk Allah SWT bukan dengan cinta untuk diri kalian, sebab jika kalian mencintai seseorang bukan karena Allah SWT, kadang-kadang cinta itu bisa rusak, tetapi jika cinta itu untuk Allah SWT, ia tidak akan meninggalkan kalian. Segala sesuatu untuk Allah SWT akan berlangsung terus-menerus, permanen sedangkan segala sesuatu untuk diri sendiri bersifat sementara. Oleh sebab itu ambillah yang permanen, jangan yang bersifat sementara. Cinta adalah anugerah yang paling berharga yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita melalui Rasulullah SAW. Pada saat kalian memberikan cinta kepada seseorang berarti kalian memberikan sesuatu yang paling berharga yang kalian miliki. Berikanlah cinta itu kepada Allah SWT agar menjadi permanen.

Jika kalian memberi cinta yang sifatnya sementara, itu berarti munafik, dan sesungguhnya Allah SWT akan menguji kalian dengan cinta kalian.

Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS berkata jika kalian mencintai seseorang dan orang itu memberi segala macam kesulitan dan menyakiti kalian, kemudian meletakkan tubuh kalian dalam mesin pemotong daging. Dan ketika keluar dari mesin tubuh kalian masih seperti sedia kala, kalian akan tetap mencintainya, berarti itu adalah cinta sejati dan itu adalah cinta untuk Allah SWT. Tetapi jika karena satu kata yang ia ucapkan membuat kalian marah dan tidak mencintainya lagi, berarti itu adalah cinta palsu yang tidak nyata. Tak seorang pun akan menerima cinta seperti itu.

Saat kalian berkata bahwa kalian mencintainya karena Allah SWT, kalian harus menerima segala hal yang berasal dari-Nya, kalau tidak kalian adalah orang yang munafik. Berikanlah cinta kalian demi Allah SWT sehingga pada saat ia mengganggu kalian, cinta kalian adalah untuk Allah SWT.

Hal ini sangat penting untuk diketahui dan dipelajari karena ini bisa membawa kalian ke posisi tertinggi. Semoga Allah SWT memberi kita cinta yang tidak pernah berubah karena sesuatu, yang bersifat permanen dalam segala kondisi.

No comments: