14 May 2008

Mengingat Mati adalah Jalan Menuju Aspirasi yang Tinggi

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS berkata, seseorang mengganggap dirinya berada dalam tarekat, menanyakan bagaimana jalan menuju Allah SWT (begitu banyak orang yang tidak berpengetahuan mengkritik tarekat, padahal tarekat hanya suatu jalan menuju Hadirat Ilahi, Anda harus bisa masuk ke dalam barisannya, jika tidak Anda tidak akan sampai ke sana). Berpikir tentang kematian adalah sangat penting. Kita harus menjaganya sebagai suatu perintah yang harus dilaksanakan, minimal empat kali dalam sehari kita harus mengingatnya. Kematian adalah jalan bagi setiap orang untuk bisa berhubungan dengan alam Surgawi. Empat kali sehari kita harus membayangkan bagaimana kita akan meninggalkan tubuh ini dan pergi menuju alam Surgawi. Ini merupakan suatu latihan, jadi jika kematian datang, orang-orang sudah siap dan tidak terkejut lagi. Kematian adalah jalan satu-satunya untuk menuju Tuhan. Rasulullah SAW bersabda, “Jika orang tidak menyukai kematian, Tuhan tidak akan menyukainya. Jika dia senang bertemu Tuhannya, Tuhan akan senang bertemu dengannya.”

Tarekat adalah jalan yang lebih kuat dari syari’at, misalnya seseorang bisa saja berwudu sekali untuk 5 kali salat fardu, tetapi jika orang bewudu setiap ia mau melakukan salat berarti ia menjaga syari’at dengan kuat. Sama halnya dengan dibolehkannya salat di rumah atau di toko, tetapi untuk salat berjamaah berarti menjaga syari’at dengan kuat. Ini adalah persoalan kemampuan individu setiap orang. Beberapa orang mempunyai, himma, aspirasi yang tinggi untuk beribadah, tepai yang lain malas atau mendekati malas. Anda tidak bisa bilang kepada mereka, “Ayo bagun, ulangi wudumu, “ mereka akan bilang, “Saya masih punya wudu!” meskipun pada kenyataannya lebih banyak wudu berarti lebih banyak cahaya, nur ala nur, cahaya di atas cahaya.

Grandsyekh berkata bahwa orang yang mengingat kematiannya 4 kali sehari membuat para awliya menjaganya. Penting sekali agar Cahaya Ilahiah yang dimiliki para awliya itu masuk ke dalam hati seseorang sehingga ia akan memperoleh kesenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Kita harus memohon agar selalu dijaga oleh mereka. Dengan mengingat kematian, seseorang juga bisa diterima dalam tarekat. Tindakan ini juga berarti menjaga syari’at dengan kuat karena dengan mengingat kematian seseorang akan terhindar dari perbuatan yang tidak senonoh seperti minum minuman keras, merokok, mengkonsumsi obat terlarang, dan berzina. Orang yang sudah terlanjur jatuh tidak mempunyai pikiran sehat lagi. Mereka tidak bisa berpikir, tetapi seperti binatang yang dikuasai ego mereka. Atau jika mereka bisa berpikir, mereka tidak bisa menghentikan dirinya dan tidak mempunyai daya untuk keluar dari dunianya. Mengingat mati juga bisa menjaga seseorang dari kejahatan dan dari kejatuhan ke tangan Setan.

No comments: