14 May 2008

Setiap Tindakan Seolah-olah itu yang Terakhir

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Dalam hidup ini setiap orang melakukan suatu pekerjaan. Sebagian besar mereka bekerja seperti robot, tidak berpikir, dan hanya bertujuan agar bisa makan, minum, bergoyang dan segala hal yang menyenangkan bagi egonya. Hanya sebagian kecil saja orang yang bekerja untuk dirinya dan untuk keyakinannya terhadap Tuhan dan Hari Kemudian. Mereka berjuang demi penghargaan dan kehormatan dari Tuhannya. Ini adalah jalan yang benar bagi umat manusia. Jalan ini memberi kedamaian dan kepuasan dalam hati. Di antara sekian banyak pekerjaan dan ibadah yang kita lakukan, kita juga harus mengetahui mana yang paling berharga.

Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS pernah bertanya, “Apa yang membuat ibadah kita paling disukai oleh Allah SWT?” Kita harus mengetahuinya lalu mengikuti dan harus bisa senang melakukannya, karena jika kita senang, Allah SWT akan senang terhadap kita. Grandsyekh berkata, “Seorang yang beribadah harus mempunyai pikiran bahwa ‘Ini adalah ibadahku yang terakhir’ dan ia harus menyatakan pikirannya itu kepada egonya. Dengan berpikir seperti itu ibadahnya menjadi sangat berharga, karena setiap indra akan terlibat dalam hatinya. Ia tidak berpikir tentang kehidupan ini, melainkan hanya kehidupan setelah mati. Siapa yang malakukannya akan mendapatkan hatinya hadir dalam Hadirat Ilahi dan menjadikan setiap ibadahnya bernilai tinggi. Jika hati tidak hadir ketika seseorang melakukan sesuatu, maka tindakan tersebut tidak baik. Dengan berpikir bahwa kematian selalu mendampingi kita, maka hati kita akan hadir dalam melakukan ibadah. Ini merupakan perilaku baik yang sangat penting. Bahkan untuk pekerjaan menulis sebuah buku, jika ia berkata, “Ini adalah pekerjaan terakhirku,” itu berarti ia akan melakukannya dengan sepenuh hati.

No comments: