15 June 2008

Awliya Allah Masa Lampau dan Masa Kini

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
Rue Abel 14 Paris, 20 Maret 2006


A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Allah Allah Allah Allah Allah Allah ‘Aziiz Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Kariim Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Subhana Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Sulthana Allah

Fa’lam annahuu Laa ilaaha illaLlah [zikir]

A'uudzu billaahi minas-syaythaanir-rajiim
Bismillahir-rahmanir-rahiim

Nawaytul Arba’in Nawaytul I’tikaf, Nawaytul Khalwah, Nawaytul ‘Uzlah, Nawaytur Riyadhah Nawaytus suluuk lillahi ta’ala l-‘Azhiim fii hadzal masjid.

Athi’uLlah wa Athiurrasuul wa ulil Amri minkum

Taatilah Allah SWT, taatilah Nabi-Nya Sayyidina Muhammad SAW dan taatilah mereka yang memiliki otoritas. Saat kita mematuhi apa yang Allah SWT perintahkan pada kita, kita pun akan selamat. Saat kita tidak patuh, kita pun akan memiliki masalah ke mana pun kita pergi. Dia berfirman, “Taatilah Diri-Ku, taatilah Rasul, dan taatilah otoritas di antara kalian.” Jadi, ketaatan dan kepatuhan merupakan kewajiban bagi kita, merupakan suatu disiplin bagi diri kita di setiap saat dalam kehidupan kita.

Begitu banyak orang di dunia ini, mereka tengah mencari hakikat dan kebenaran. Ada sejumlah enam miliar manusia, saat ini. Setiap orang di antara mereka, mencari hakikat dan kebenaran itu, bergantung pada ide-ide dan pikiran yang ada dalam diri mereka. Padahal pikiran itu berukuran lebih kecil dari sebiji kacang. Otak yang kita miliki, otak penggerak itu, adalah berukuran seperti ini [Mawlana memperagakan suatu ukuran kecil dengan tangan beliau], tak lebih besar daripada itu. Tetapi, seperti yang kita pahami dari ilmu pengetahuan dan penemuan saat ini, bahwa dalam otak kita, terdapat sebuah ‘biji’ kecil, seperti sebuah chip/keping, sangat kecil yang ditanam di situ, lebih kecil dari biji kacang lentil, yang memiliki fungsi lebih banyak daripada apa pun lainnya dalam alam semesta ini.

Di zaman ini, jika kalian ingin membuat suatu piranti lunak untuk suatu komputer, kalian mesti mengumpulkan ratusan dan ratusan insinyur untuk membuat bagi kalian suatu piranti lunak khusus untuk keperluan yang khusus pula. Sebagaimana kalian sekarang dapat menjumpai ratusan piranti lunak, yang untuk membuatnya, diperlukan ratusan, ribuan, bahkan jutaan insinyur dari segenap penjuru dunia, maka bagaimana pendapat kalian untuk membuat suatu piranti keras? Tentu saja serupa dengan itu, diperlukan jutaan dan jutaan insinyur. Namun, tetap saja hingga saat ini, mereka belum mampu meraih level tertinggi dalam teknologi.

Demikianlah, jutaan insinyur diperlukan untuk sekedar merancang sesuatu yang dapat kalian pahami, untuk sekedar merancang suatu program dan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Maka, bagaimana pula pendapat kalian tentang Sang Insinyur [jika kita dapat menyebut-Nya seperti itu], Sang Pencipta atau Sang Insinyur itu yang merancang keseluruhan sistem diri kalian untuk dapat dikendalikan oleh sebiji chip berukuran tak lebih besar dari ukuran biji kacang kecil. Sebiji chip yang mengendalikan keseluruhan tubuh kalian, membuat rencana, dan mengirimkan informasi dan sinyal ke setiap sel dalam tubuh kalian untuk bergerak. Ya, untuk setiap sel di tubuh kalian untuk dapat bergerak. Sel-sel tersebut tak dapat memerintah chip kecil di otak tersebut. Sel tubuh hanya memiliki otoritas atas dirinya sendiri. Sel tersebut bergerak saat ia diperintah oleh chip kecil yang ada dalam otak kita tersebut.

Tolong, coba kalian redupkan cahaya lampunya sedikit. Lihat ke atas, ke langit-langit! [Mawlana menunjuk ke hiasan lukisan bintang-bintang di atas/langit-langit restoran] Dapatkah kalian menghitung [lukisan] bintang-bintang tersebut? Terangkan lagi cahaya lampunya.

Kita kembali sebentar ke apa yang telah kita bicarakan sebelumnya, yaitu setelah kita tunjukkan Keagungan Sang Pencipta, bahwa setiap orang tengah mencari hakikat dan kebenaran tersebut. Kita tengah berada dalam suatu perjalanan mencari, dan kita akan bahagia bila perjalanan tersebut telah mencapai sesuatu hakikat kebenaran yang membuat kita bahagia. Setiap orang di sini berbahagia ketika mendengar musik. Musik tadi dibuat dan diciptakan oleh manusia. Setiap orang di sini amat bahagia mendengarnya, dan musik itu mempersiapkan kita untuk mendengar lebih lanjut dan untuk merasakan Keagungan Tuhan kita dalam mengingat Hadirat Ilahiah. Maka kemudian, saat kita meredupkan cahaya lampu, semua bintang-bintang [di langit-langit] menunjukkan keberadaan mereka. Pemilik restoran ini telah menghiasi segenap penjuru atap atau langit-langitnya dengan bintang-bintang ini, sehingga jika kalian mematikan cahaya lampu, kalian dapat melihat bintang-gemintang di mana-mana. Kini, saya menantang siapa pun untuk menghitung jumlah mereka. Sekalipun, lukisan bintang-bintang ini dibuat oleh manusia, saya bertanya pada siapa pun yang hadir di sini, “Dapatkah kalian menghitung jumlahnya?” Syekh Amanullah! Anda tahu berapa jumlah bintang-bintang ini? Syekh ‘Abdallah, ada berapa? Syekh Jamaluddin, berapa banyak? Kalian dapat menghitung bintang-bintang ini? Saya dapat menghitungnya. Saya tahu ada berapa banyak jumlah mereka. Bintang-bintang ini berjumlah 1.271.000. Jika kalian tak percaya, silakan hitung jumlah mereka! Artinya, kita tak dapat menghitung jumlah mereka. Coba bayangkan, bahwa saat ini, para astronom, para fisikawan, mereka menemukan bahwa setidaknya ada sekitar 6 milliar galaksi, dan setiap galaksi memiliki 80 milliar bintang-bintang.

Jadi, ketika kita melihat ke langit di malam hari, kita melihat bintang-bintang. Kenapa di malam hari? Karena, di saat malam hari berarti kalian telah mengisolasi diri kalian sendiri dari kehidupan dunia ini. Saat itulah, kalian mulai dapat melihat cahaya yang telah diciptakan Allah SWT di alam semesta ini. Saat diri kalian tidak lagi memandang keinginan-keinginan dan kenikmatan-kenikmatan dunia ini, dan kalian hanya memfokuskan keseluruhan hati dan pikiran kalian untuk bermeditasi pada Hadirat Ilahi, maka cahaya dari berbagai manifestasi berbeda bintang-bintang ini akan muncul pada diri kalian, dan kalian akan mulai melihatnya dan mengidentifikasi mereka. Saat kalian meninggalkan dunia, akhirat pun terbuka. Saat kalian memasuki akhirat, cahaya itu yang kalian manifestasikan, akan menghilang, dan cahaya lain pun akan datang. Sebagaimana saat kita melewatkan akhir waktu malam, pagi pun datang menjelang, dan bintang-gemintang kecil ini pun pergi menghilang, lalu sang matahari, cahaya dari energi itu membuat seluruh langit terang. Artinya, saat diri kalian meninggalkan hubbud dunya [kecintaan pada dunia, red.], hubbul akhirah [cinta pada akhirat] pun muncul, sebagaimana bintang-bintang ini muncul di malam hari. Saat kecintaan pada akhirat itu meningkat dalam diri kalian, dan kalian pun mulai lebih banyak melihat dan melihat serta bertafakkur akan akhirat, cahaya [bintang] yang hanya muncul setitik demi titik itu pun akan lenyap, dan kemudian sang matahari akan bersinar. Dan hati kalian pun akan terbuka. Cahaya Allah SWT pun, Allahu Nuurus samaawaati wal Ardh, “Allah SWT cahaya langit dan bumi” [QS An-Nuur 24:35], akan masuk, sebagaimana Nabi SAW pernah bersabda, “Maa wasiátii fii samaa-i wal ardhi wa lakin wasi’anii qalba ‘abdiyal Mu’min” ‘Langit dan Bumi tak dapat melingkupi-Ku, melainkan kalbu seorang hamba-Ku yang beriman’.

[Syekh Farhat, “Takbir!” Hadirin, “Allahu Akbar…”]

Jangan berteriak “Takbir” di hadapan Mawlana Syekh, beliau akan meneriaki kalian, karena ini gaya Wahhabi.

Jadi, setiap orang tengah mencari hakikat itu lewat perjalanan mereka menuju akhirat. Seseorang mungkin akan menemukan bintang-bintang ini. Bintang-bintang dalam jumlah yang terbatas, cahaya dalam jumlah yang terbatas. Beberapa yang lain mungkin akan menemukan Bulan, dengan intensitas cahaya yang lebih besar. Tetapi, mereka yang meminta suatu bimbingan, mencari seorang pembimbing, Sang Pembimbing akan membawa mereka. Seperti halnya fisikawan zaman sekarang yang mencoba melihat ujung dari galaksi kita. Mereka tak mampu melihat ujung galaksi itu kecuali dengan menggunakan instrumen khusus yang memungkinkan mereka melihat lebih jauh. Instrumen itu adalah Teleskop Hubble. Artinya, seperti itu pula, Sang Pembimbing, Sang Pemandu adalah layaknya sebuah “Teleskop Hubble”, bukan Hubble dalam arti sebuah teleskop, melainkan dengan basirah-nya, dengan penglihatan kalbunya, ia dapat memandu kalian melewati kegelapan dunia ini untuk membawa diri kalian tidak hanya untuk melihat bintang-gemintang, tetapi untuk membawa diri kalian lebih jauh lagi untuk berada pada level pencerahan yang lebih tinggi, dengan membawa kalian ke cahaya sejati dari sang matahari yang tak pernah tenggelam, yang bersinar tanpa henti.

Sang Pemandu yang membimbing diri kalian, ia menggunakan kalbunya, penglihatan hatinya, yang selalu berada di hadirat Ilahiah. Ia tahu bagaimana cara membimbing kalian, ia tak akan meninggalkan diri kalian dengan bintang-bintang, tapi, ia akan membawa kalian menuju level pencerahan yang lebih tinggi, dengan membawa kalian menuju sang matahari yang tak pernah turun tenggelam, selalu bersinar dengan terangnya di langit. Saat matahari itu tak pernah tenggelam, selalu di atas, artinya, selalu diri kalian berada di bawah tajalli [manifestasi] dari cahaya-cahaya ini yang berasal dari Sayyidina Muhammad SAW, yang Allah SWT telah memanifestasikan Cahaya-Nya pada Nabi SAW, dan Nabi SAW memanifestasikan cahaya beliau pada kemanusiaan. Allah SWT memanifestasikan Diri-Nya melalui Nama-Nama dan Sifat-Sifat Mulia pada Muhammad SAW. Dan Sayyidina Muhammad SAW memanifestasikan nama-nama dan sifat-sifat indah yang beliau miliki kini, yang telah dikaruniakan Allah SWT pada beliau, beliau manifestasikan pada kemanusiaan. Dan, karena itulah, kalian pun akan bergembira dalam keindahan cahaya itu yang datang dari sayyidina Muhammad SAW, yang setiap orang akan beroleh bagiannya. Ini semua bergantung seberapa jauh diri kalian menerima bimbingan Sang Syekh atau Sang Guru, seberapa jauh kalian mengizinkan diri kalian sendiri untuk menerima dan mengikuti orang tersebut.

Beberapa orang mungkin menggunakan pikiran mereka. Maka, mereka pun akan jatuh gagal. Jika kalian ingin pergi ke suatu hotel, atau suatu restoran, atau ke suatu tempat, kalian pun bertanya ratusan kali pada orang-orang untuk memberikan pada kalian arah yang benar. Kini, mereka menggunakan peta [di komputer?] untuk menemukan ke arah mana mereka mesti pergi. Di zaman ini, mereka menciptakan pula peralatan navigasi [dengan GPS dan GIS, red.], untuk memberitahu, “Belok kiri, belok kanan”, dan suara dalam peralatan itu pun mungkin tak pernah berubah. Suara yang sama di setiap mobil. Mengapakah diri kalian begitu mempercayai [suara] wanita atau laki-laki yang memandu kalian dalam peralatan navigasi tersebut? Kalian mengikutinya secara buta, kalian tak pernah mengajukan suatu pertanyaan. “Belok Kiri!” Kalian pun belok kiri. “Belok kanan!” Kalian pun belok kanan. Dan jika kalian mengajukan pertanyaan, mereka tak pernah menjawabnya, karena mereka tahu kalian gila, kalian salah. Dan jika kalian tidak mendengar atau tidak taat pada mereka, serta mengambil arah yang salah, mereka akan berkata, “Ok, berputarlah kembali”, atau mereka akan mengganti rutenya bagi kalian. Ini karena mereka memiliki otak, mereka menggunakan akal pikiran mereka. Seorang Pemandu Spiritual, menggunakan pikiran pada level yang lebih tinggi, mereka menggunakan kalbu. Jika mereka mengatakan pada kalian untuk pergi ke arah tertentu, kalian tidak senang. Kalian mulai berkata, “Tidaaak....., jalan ini lebih baik, arah itu lebih baik”. Hal yang terpenting adalah untuk mendengarkan. Dan mematuhi! Jika kalian mendengar, “Ismaú wa ‘au, isma’u wa ‘uu, fa un wa’aitu, fantashiruu. Isma’ wa áthi’”. Nabi SAW dan juga nabi-nabi lainnya, saat Jibril AS datang, mereka pun mendengar dan mematuhi. Tak pernah dalam Alquran suci disebut-sebut Nabi SAW mengajukan pertanyaan pada Jibril AS. Selalu beliau mendengar dan mematuhi. Beliau adalah sang teladan, beliau manusia sempurna, Penutup Para Rasul, Insan Kamil, Manusia yang Sempurna.

Sang Pembimbing dilatih oleh Pembimbingnya, dan Pembimbingnya juga dilatih di bawah Pembimbingnya, dan yang terakhir ini juga dilatih di bawah Pembimbingnya, demikian seterusnya melalui suatu jalur hingga Nabi SAW, dalam suatu rantai bersambung yang tak terputus. Dalam jalan tarekat Naqsybandi Haqqani kita, antara Nabi SAW dan Syekh kita, ada 38 pribadi, untuk mencapai Nabi SAW melalui Sayyidina Abu Bakar RA. Dan dari satu pribadi memberikan bimbingan ke pribadi lainnya tanpa terputus.

Dan pengetahuan yang mereka berikan pada kita, di luar jangkauan akal pikiran, dan di luar deskripsi mana pun. Saat kalian mendengarkan pada apa yang mereka buka, dalam satu sesi, dua sesi, tiga sesi, adalah tak mungkin untuk menjelaskan setiap kali, pengetahuan yang tengah datang bagi hadirin yang ada. Hal ini karena Nabi SAW selalu dalam keadaan Mi’raj (naik), dalam setiap saat beliau mi’raj, dan seiring dengan mi’raj-nya beliau, beliau pun memperoleh pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu baru, yang kemudian beliau berikan kepada umat melalui para pewaris Nabi SAW tersebut, dari pengetahuan-pengetahuan baru yang mereka terima itu. Dan karena itu pulalah, pengetahuan-pengetahuan ini tak dapat kalian jumpai di buku mana pun, ke mana pun kalian berusaha mencarinya.

Jadi, apa yang telah ditulis sebelum ini, adalah untuk masa sebelum ini. Apa yang tengah mereka terapkan [dari pengetahuan lampau] di hari ini, adalah baik, tetapi, itu tidak akan membawa kalian menuju matahari, itu mungkin hanya membawa kalian menuju bintang-bintang. Karena sang matahari selalu mutajaddidah [lit. Selalu diperbaharui, red.], dalam keadaan ledakan pengetahuan yang terus-menerus. Sang bintang mungkin telah berakhir, dan kalian masih melihat cahayanya. Tetapi, hakikatnya, cahaya itu sudah tidak ada lagi, sudah mati. Bintang-bintang yang cahayanya kalian lihat itu sudah mati, tetapi karena cahaya itu bergerak dalam suatu kerangka ruang-waktu, suatu ruang yang harus ditempuh dalam waktu tertentu, dengan kecepatan kira-kira 300.000 km/detik, maka cahaya itu perlu waktu untuk mencapai diri kita. Jadi, sekalipun cahaya tersebut masih datang dan terlihat, namun bintang sumbernya sudah tak ada lagi, sudah mati, sang pembimbing sudah pergi. Tetapi, sang Matahari [yang berjarak dekat, red.] selalu dalam keadaan mutajaddidah, selalu dalam reaksi nuklir mengeluarkan energi, suatu pembentukan sumber baru energi yang kontinyu tanpa henti. Seperti itulah Awliya’Ullah, mereka selalu dalam keadaan pembentukan atau evolusi pengetahuan yang berkesinambungan tanpa henti, yang datang pada mereka, seiring dengan mi’rajnya Nabi SAW, mereka pun turut mi’raj bersama beliau dan mengambil [dari beliau] serta memberikannya pada pengikut-pengikut mereka.

Buah kurma ini, setiap orang ingin memakannya, ooh, dengan senang hati. Namun, jika kalian membiarkannya di sini selama satu tahun, tak seorang pun ingin menyentuhnya. Orang akan berkata, “Ooh, ini sudah tua, sudah membusuk, dari waktu lampau, satu tahun yang lalu. Kita butuh yang baru, yang segar.” Awliya’Allah seperti itu pula. Mereka memberikan pada kalian pengetahuan yang segar. Mereka yang mencari hakikat dengan cara yang lain, ok, mungkin akan mereka temukan. Tetapi, hakikat itu adalah untuk waktu itu, bukan untuk waktu kini di mana dan saat mana kalian tengah hidup sekarang. Karena itulah, Nabi SAW bersabda, “Ana hayyun thariyyun fii qabrii” “Aku hidup dengan segar di kuburku”. Beliau mencapai umat dengan segera. Beliau hidup. “Man shalla ‘alayya, raddAllahu ‘azza wa jalla ‘alayya ruuhii hatta ushalli ‘alayh”. “Barangsiapa berselawat atasku, Allah SWT akan mengembalikan padaku rohku agar aku dapat menjawab salam orang tersebut.” Artinya, menurut Imam Suyuti, roh Nabi SAW tidaklah pernah meninggalkan tubuh beliau.”

Ini adalah suatu Tape Recorder [Mawlana menunjuk ke suatu tape recorder kuno]. Mungkin berasal dari suatu zaman batu. Mungkin, beberapa orang ingin menggunakan [peralatan] zaman batu. Ok, boleh-boleh saja. Tetapi, itu berarti kalian dari zaman batu. Beberapa orang yang lain mungkin menggunakan alat seperti ini [Mawlana menunjuk ke peralatan rekam yang lebih modern], yang dapat merekam ribuan dan ribuan jam. Seperti sekarang, ada iPod yang dapat menyimpan ratusan ceramah/shuhba, dan orang-orang pun dapat mendengarkan dan menikmatinya. Dengan yang ini, tidak bisa. Awliya’Allah di Hari Kemarin, adalah OK, di atas kepala saya. Tetapi, pengetahuan hari ini yang diberikan pada Awliya’Allah yang hidup di zaman ini jauh lebih cepat daripada apa yang ada sebelumnya. Jadi, untuk siapa saja yang menggunakan teknologi Awliya’Allah yang kuno, [ketahuilah] bahwa ada teknologi baru yang lebih modern yang dimiliki Awliya’Allah hari ini, yang lebih baik untuk digunakan daripada teknologi yang kuno.

Ini adalah suatu gelas. Berapa ml kalian dapat mengisinya? Sangat sedikit. Ukurannya tidaklah cukup besar untuk dapat diisi banyak air. Botol ini…berapa banyak dapat diisi? Satu liter atau satu setengah liter? Satu setengah liter. Jika saya punya sebuah botol, apa gunanya sebuah gelas (?) Jadi, jika kalian pergi ke seorang Syekh yang ia cuma memiliki pengetahuan sebanyak satu gelas, kalian pun cuma mendapat satu gelas, karena dulu tak ada teknologi untuk membuat botol, sebagaimana saat ini ada botol plastik. Kalian dulu tak punya botol plastik. Bagi Awliya’Allah masa sekarang, Allah SWT memberikan pada mereka kekuatan yang dahsyat untuk dapat memperluas kalbu kalian, cukup dengan selintas pandangan mereka ke kalbu kalian, untuk membuatnya seluas alam semesta ini dan mengisinya dengan pengetahuan Langit, dengan pengetahuan Surgawi. Awliya’Allah masa lalu tak memiliki kekuatan sebesar itu, mereka tak dapat memperluas sebagaimana Awliya’Allah zaman ini dapat memperluas [kalbu]. Dan jangan kalian katakan, “Oh, Syekh, apa yang Anda katakan? Kita memiliki banyak sekali Wali-Wali besar.” Dengan segenap hormat saya, tentu saja, kita memiliki Wali-wali yang besar. Tetapi, Wali besar di masa lalu berbeda dengan Wali besar di hari ini. Di masa lalu, tak ada mobil. Mereka menggunakan unta dan kuda, ya bukan? Mereka selalu melakukan perjalanan dengan kecepatan seperti itu. Mereka pun tidak memiliki pesawat atau pun roket. Dan kini, kalian memliki sains yang lebih tinggi yang Nabi SAW tidak menyebutkannya dulu, tapi tetap tersimpan sebagai suatu rahasia dalam Quran Suci dan Hadis Suci, karena bukanlah saatnya untuk dibuka, di saat itu, dahulu. Kini, pengetahuan itu dibuka bagi Awliya’Allah. Karena itu, kini kalian dapat menjumpai berbagai penemuan dalam Quran dan Hadis suci yang ditemukan oleh para ilmuwan. Apa yang dikatakan oleh Nabi SAW 1400 tahun lampau, ditemukan saat ini. Tetapi, beliau tidaklah menyebutkannya pada Sahabat atau Awliya’Allah sebelum ini. Beliau baru menyebutkannya pada Awliya’Allah di zaman sekarang.

Ada hal-hal yang Mawlana izinkan, Mawlana Syekh Muhammad Nazim ‘Adil al-Haqqani QS, semoga Allah SWT memberikan pada beliau umur panjang, yang beliau izinkan bagi kita untuk membicarakannya. Tetapi, ada pula hal-hal yang tidak beliau izinkan. Grandsyekh, Syekh ‘Abdullah al-Faiz ad-Daghestani QS, semoga Allah SWT merahmati roh beliau, beliau mengizinkan Mawlana Syekh Nazim QS saat itu, yang kami sendiri dapat melihatnya saat itu, Alhamdulillah, kami berada bersama mereka saat itu, bahwa beliau mengizinkan Mawlana Syekh Nazim QS untuk mengatakan hal-hal tertentu, dan tidak mengizinkan untuk mengatakan hal-hal lain, yang beliau [Mawlana Syekh Nazim QS] tak diizinkan untuk mengatakannya. Karena, orang-orang tak mampu, hati mereka tak mampu diisi lebih dari satu gelas. Dan karena itulah kalian tak dapat memberikan lebih banyak lagi, atau orang-orang tak akan mampu memahaminya, menjadi terlalu banyak buat mereka.

Katakanlah, sebagai contohnya, pengetahuan di Asia Tengah. Pernah ada seorang guru bernama Gurdjieff. Dan ia berusaha mencari hakikat, dan ia pun mengembangkan suatu sistem yang disebut Enneagram. Dan karena beliau mengunjungi banyak dari Awliya’ di Asia Tengah, dan mampu mempelajari berdasarkan kapasitas dirinya. Ia pun muncul dengan ide akan deretan sembilan titik. Dan sembilan titik yang ia berhasil menemukannya, sebenarnya mereka adalah .... Tetapi, ia tidak mengatakannya, ia tidak tahu, saat itu, sekitar 80 tahun yang lalu, dari mana Sembilan titik ini muncul. Tetapi, ia mengkategorikan mereka menjadi tingkatan-tingkatan spiritualitas yang berbeda untuk dicapai; hingga mereka dapat mencapai level disiplin tertinggi, dan keseimbangan, equilibrium. Ia pun menggambarkannya dalam dimensi yang linear, di mana ia mulai berbicara bahwa segala sesuatunya dapat diraih berdasarkan levelnya yang berbeda. Tetapi, apakah itu yang dinamakan ‘linear’? Jika Gurdjieff masih hidup saat ini, saya akan bertanya padanya, bagaimanakah garis linear itu muncul dan ada? Apakah asal usul garis yang linear itu? Suatu TITIK! Jika kalian melihat suatu titik, dengan kedua mata kalian, kalian melihat suatu titik. Jika kalian melihatnya dengan suatu kaca pembesar, kalian melihat suatu titik yang lebih besar. Jika kalian melihatnya di bawah suatu mikroskop, titik itu pun menjadi sebuah alam semesta. Artinya, segala sesuatunya berasal dari suatu lingkaran, suatu sirkular. Karena titik itu adalah suatu lingkaran. Jadi, Enneagram pada hakikatnya bukanlah suatu garis linear. Enneagram adalah suatu lingkaran. Jadi, jika kalian menaruhnya pada suatu garis melingkar, dan dalam suatu lingkaran kita akan mengerti hubungan di antara titik-titik pada circumference pada lingkaran tersebut, yang kesemuanya adalah 9 titik, dan pusat dari lingkaran tersebut, adalah pusat dari penjuru-penjuru yang mengeluarkan energi.

Jadi, dari manakah kesembilan garis ini muncul? Datang dari mana? Dari sini [Mawlana menunjuk ke tangan beliau]. Jika kalian melihat pada tangan-tangan kalian, kalian akan melihat dua angka di kedua belah tangan. Yang satu merefleksikan yang lain. Kalian memiliki angka 8 dan angka 1, dalam bahasa Arab. Jika kalian melihat ke tangan yang lain, adalah cerminnya, dimulai dengan 1, lalu 8. Nah, dalam numerologi, jika kita tambahkan 8 dengan 1, menjadi apa? Akan menjadi angka 9. Dan 1 dengan 8 di sisi yang lain, bila ditambahkan juga sama dengan 9. Jika kalian taruh seperti ini, yaitu 9 dengan 9, adalah 99. Jika kalian mengatakan, “Ok, saya tak ingin seperti itu, saya ingin menambahkan 18 dan 81”, itu pun 99. Tambahkan 9 dan 9, apa yang terjadi? 18, 1 dan 8, bila ditambahkan, menjadi 9. Asal-usul Enneagram adalah dari penyandian [enkripsi] yang ada di kedua tangan kita. Karena hakikat diri kalian di sini, semua ada di kedua tangan. Kita akan jelaskan ini di lain waktu.

Seluruh hakikat dan pengetahuan yang kalian ingin ketahui tentang kepribadian diri kalian berada di kedua tangan kalian. Karena itulah, orang-orang dapat membaca tangan.

Jadi, bila kita melihat pada angka-angka. Apakah angka-angka itu? Dari bahasa apa? Ada yang tahu… [Hadirin: Bahasa Arab!] … Aha…. Itu salah. Angka-angka itu dari bahasa Hindi, dari India. Dan numeral Arab adalah angka-angka yang kita gunakan di sini, di bahasa Prancis, juga di Bahasa Inggris. Angka 1, angka 2, dan seterusnya. Saya cukupkan sampai di sini, dan kita akan jelaskan di lain waktu.

Wa min Allah at-Tawfiq. Bihurmatil Habib Al-Fatihah.


No comments: