14 June 2008

Kelima Rukun Islam terkandung dalam Salat

Khotbah Jumat Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

Fenton MI, 3 Januari 1999/Ramadan 1419

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Alhamdulillah, kita bersyukur atas nikmat Islam yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita. Kita telah dimuliakan dengan menjadi Muslim. Menjadi Muslim sudah cukup bagi kita sebagai jalur menuju Surga; paling tidak untuk meletakkan langkah pertama kita di Surga.

Kalimat Syahadat
Adalah cukup untuk mengatakan bahwa kalian telah mencapai sisi yang aman. Ketika seseorang menyatakan, “Saya seorang Muslim,” itu berarti ia menerima dan mengakui Kalimat at-Tawhid, Kalimat asy-Syahadah, “Asyhadu an laa ilaha illa Allah SWT wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah SAW.”

Menjadi seorang Muslim berarti mau menerima syahadah, kalau tidak kalian bukanlah seorang Muslim. Dengan menyatakan, “Aku seorang Muslim,” kalian harus melewati level petama. Kemudian kalian akan menuju level kedua. Itu artinya kalian harus mengucapkan, “Ya Allah SWT, Aku mengakui bahwa Engkau adalah Khalik, dan aku adalah budak-Mu.” Budak—bukannya hamba.

Seorang hamba berbeda dengan seorang budak: hamba mempunyai kedudukan lebih tinggi. Itu adalah level yang tidak dianugerahkan Allah SWT kepada orang selain Rasulullah . Ketika Dia berfirman, “Subhanal-ladzii asraa bi `abdihii laylam-minal masjidil haraami ilal masjidil aqshaal-ladzii baarakna hawlahuu…” “Maha Suci Allah SWT, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya…” [QS 17:1]

Dia menyebut Rasulullah SAW dengan sebutan `Abd. Dia mengkhususkan beliau dengan gelar tersebut. Menjadi budak adalah level yang lebih rendah, karena Islam kita belum sempurna. Kita menerima untuk mengucapkan Kalimat Syahadat, kita menerima Allah SWT sebagai Tuhan kita dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Allah SWT; tetapi kita masih belum melakukan apa yang seharusnya kita lakukan. Melakukan apa yang seharusnya dilakukan adalah aspek yang sangat penting dalam Islam, bahkan itu adalah yang terpenting… Ketika kalian mengucapkan syahadat, ketika kalian mendeklarasikan Kalimat Tawhid—berapa banyak kewajiban kalian untuk mengucapkannya dalam sehari, seminggu, sebulan, setahun, atau seumur hidup—berapa banyak? Kalian dapat mengucapkan Kalimat Tawhid sekali, itu saja sudah cukup—tidak perlu mengucapkannya setiap saat. Kalian tidak perlu mengucapkannya setiap saat, setiap waktu—sekali saja sudah cukup untuk menjadikan diri kalian masuk dalam lingkaran Islam. Jadi Kalimat Tawhid, Rukun Islam yang pertama, dapat diucapkan sekali saja seumur hidup—itulah yang menjadi keharusannya.

Rukun Islam yang kedua adalah mendirikan salat, iqamu shalat. Kita akan sampai pada pembahasan mengenai hal ini nanti.


Zakat
Rukun Islam ketiga adalah ita`uz-zakat. Barangsiapa yang mampu, wajib mengeluarkannya sekali dalam setahun. Dan kalian tidak dapat melaksanakannya jika kalian tidak mempunyai uang. Jika kalian miskin dan tidak mempunyai keuntungan yang cukup—sejumlah uang yang terus beredar dari tahun ke tahun—kalian tidak diwajibkan untuk mengeluarkannya. Adalah suatu kewajiban bagi mereka yang mampu untuk mengeluarkannya sekali dalam setahun karena keuangan mereka telah mencukupi—minal hawli il al-hawli. Tetapi bila tidak, kalian tidak wajib untuk mengeluarkannya. Jika ada seseorang yang miskin, yang tidak dapat mendapatkan makanannya sehari-hari, kalian tidak dapat mengharapkannya untuk menyimpan uangnya. Hal ini berarti sebagian orang diwajibkan untuk melakukannya setiap tahun dan sebagian lagi tidak melakukannya. Barang siapa yang tidak sanggup, tidak ada kewajiban bagi mereka.

Puasa, Siyam
Wa sawmu Ramadhan. Puasa, kalian diwajibkan untuk melakukannya sekali dalam setahun, selama satu bulan. Dan alhamdulillah, Allah SWT mengaruniakan kita bulan ini untuk mengingat-Nya. Dan biasanya Rasulullah SAW menganjurkan para Sahabat untuk melakukan itikaf pada 10 hari terakhir di bulan tersebut. Dan banyak Muslim di seluruh dunia yang melaksanakan itikaf dan mereka berusaha melakukan yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan agar Allah SWT rida terhadap kita, agar kita dekat dengan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. “Fa man kaana minkum mariidhan aw `alaa safarin fa`iddatum min ayyamin ukhar.” “(Puasa) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain [QS 2:184].” Pada kasus ini, Allah SWT memberi izin agar kalian memenuhinya di kemudian hari. Jika seseorang secara terus-menerus sikit, maka dia dimaklumi. Itu berarti kalian harus melakukannya sekali dalam setahun, tetapi sebagian orang—jika mereka tidak bisa berpuasa—mereka tidak harus melaksanakannya. Allah SWT membebaskan mereka, memaklumi mereka.

Haji
Rukun kelima, wa hajj al-bayt li man istata`a ilahi sabiila. Barangsiapa yang sanggup untuk melakukan haji baik secara fisik, mental maupun finansial maka ia harus melakukannya paling tidak sekali seumur hidup.

Salat
Jadi di lain pihak kita melihat bahwa salat, rukun kedua dalam Islam tidak dapat kalian tinggalkan. 5 kali sehari kalian diwajibkan untuk melaksanakannya dan kalian tidak dapat meninggalkannya atas alasan apapun. Tak ada kecuali. Akan ada hukuman keras bagi mereka yang meninggalkannya. Jika kalian sakit dan kalian tidak berpuasa, tak ada hukuman bagi kalian. Jika kalian miskin dan kalian tidak membayar zakat, tidak ada hukuman bagi kalian. Jika kalian tidak mampu menunaikan ibadah haji, tidak ada hukuman bagi kalian. Tetapi bila kalian meninggalkan salat, hukumannya sangat berat, api neraka! Ma baynal kufr wal iman tarkal salah,” “Yang membedakan antara kafir dengan iman adalah meninggalkan salat. Jadi tak ada lain, tak ada alasan bagi orang yang sehat, bagi orang yang punya uang atau tidak, ia harus melakukan salat. 5 kali sehari. Orang sakit yang tidak dapat melakukan salat berdiri, ia bisa duduk dan salat; yang tidak dapat duduk, dapat berbaring; yang tidak dapat berbaring, bisa melakukan salat dengan matanya. Salat harus tetap dilakukan. Wahai Muslim, jangalah kalian melupakannya. Salat sangat penting!


Ibadah 24x7
Adalah sangat-sangat penting bagi Allah SWT sehingga Dia memerintahkan dan mewajibkan kita untuk melakukan salat 50 kali sehari, bukannya sekali. Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk melakukan salat 50 kali, artinya ibadah terus-menerus. “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya`buduun.” “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. [QS 51-56].” Jika terdapat 50 dan masih tetap 50, kita tidak akan mempunyai waktu, bahkan hanya untuk mengangkat kepala kita. 50 salat, setiap salat jika kalian melakukannya dengan benar akan memakan waktu 15 menit. 50 salat dikalikan 15 menit adalah 750 menit, ditambah wudu untuk 50 salat, jadi apa yang tersisa? Itulah makna dari ayat “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya`buduun [QS 51:56].”

Allah SWT mengatakan 50 salat, tetapi bagaimana dengan kayfiyya ash-shalat, bagaimana tata cara melakukannya, apa saja arkan ash-shalat, prosedurnya? Kita tahu bahwa Salat Subuh mempunyai 2 rakaat sunnah; Dzuhur mempunyai 8 atau 4, 4 sunnah sebelumnya; Ashar mempunyai 2 atau 4 sunnah; Maghrib mempunyai 2 dan 11 rakaat untuk ‘Isya. Sementara itu, kalian juga mempunyai Salat Dhuha, Awwabin, Salat Isyraq, Najat, Tahajjud. Lalu ke-50 salat tadi juga mempunyai sunnahnya masing-masing!

Sehingga seluruh waktu kalian, 24 jam akan dipenuhi dengan salat.

Itulah ayat “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya`buduun/maa uriidu minhum mir-rizqiw-wa maa uriidu ay yuth`imuun/innallaaha huwar-razzaaqu dzul-quwwatil matiin.” “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah SWT, Dia-lah Maha Pemberi Rezeki yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kukuh [QS 51:56-58].” Allah SWT dapat memberi kalian, kalian tidak dapat memberi apapun. Jangan berpikir bahwa kalian bekerja untuk anak-anak kalian, untuk membawa uang bagi mereka. Jika Allah SWT ingin menutupnya—habislah—tak ada apa-apa lagi! Pasrahlah. Allah SWT memberi, Allah SWT menyediakan. Jadi selama 24 jam, kalian akan berada dalam kondisi beribadah terus-menerus melalui salat.

Allah SWT memberi Sayyidina Muhammad SAW 50 salat, tetapi kemudian dengan Kemurahan-Nya, Dia menguranginya menjadi 5. Tetapi dalam mizan—timbangan, kelima salat itu dipertimbangkan sebagai 50 salat. Jika kita melakukan 5 salat dengan benar, dengan kepasrahan penuh kepada Allah SWT, khusyuk maka itu bagaikan kita melakukan salat 24 jam sehari, sama halnya dengan 50 kali salat, yang kemudian akan dituliskan bagi kita dalam mizan, “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya`buduun.” Kalian akan berada di bawah tajjali dari ayat tersebut.

Kunci kepada rahmat dan berkah dari ayat ini, agar Allah SWT menghiasi kalian dengan berkah dari ayat ini adalah melalui salat 5 waktu yang akan mengantarkan kalian kepada 50 salat dan mengantarkan kalian kepada ayat al-Quran Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya`buduun.

Salat, Gabungan dari Seluruh Ibadah
Tambahan lagi, salat sangat penting karena di dalamnya terkandung seluruh ibadah. Pertama, dalam salat kalian mengucapkan syahadat, menyatakan Keesaan Allah SWT dalam at-Tahiyyat, “Asyhadu an laa ilaha illa Allah SWT wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah SAW.” Untuk menjadi Muslim, kalian cukup mengucapkan syahadat satu kali seumur hidup. Dalam salat, kalian mengucapkannya setiap hari, setiap dua rakaat. Jadi dalam salat terkandung rukun pertama dalam Islam, Kalimat at-Tawhid.


Salat sebagai Zakat
Dalam salat terkandung zakat kalian, bukan 2.5% tetapi 100% karena ketika kalian bekerja dan menghasilkan uang; lalu dari satu tahun ke tahun berikutnya kalian hanya diwajibkan membayar 2.5% dari profit—bukannya modal. Kalian akan mengeluarkannya dari keuntungan kalian, di luar modal kalian dan besarnya hanya 2.5%. Perhiasan apapun yang kalian miliki, emas atau apapun bentuk simpanan kalian, kalian harus mengeluarkannya sebanyak 2.5% dari satu tahun ke tahun berikutnya. Tetapi dalam salat kalian tidak hanya memberikan itu. Dalam bekerja, kalian menghabiskan waktu 5, 6, atau 8 jam sehari untuk mencari uang, menabungnya lalu kalian membayar 2.5%. Dalam salat kalian memberi seluruh waktu kalian untuk Allah SWT.

Jika kalian memperoleh 10 dollar dalam satu jam, dan jika kalian menghabiskan 1 jam itu untuk shalat, seolah-olah kalian memberikan seluruh 10 dollar itu, bukannya hanya 2.5%. Dan uang 10 dollar itu mungkin bisa dibelanjakan dan tidak akan bertahan selama 1 tahun sehingga kalian tidak membayar zakat atasnya, tetapi dalam shalat, kalian memberikan seluruhnya, sehingga dia akan berada dalam penggandaan geometris yang meningkat dari 2.5% menjadi 100%. Itulah zakat yang sesungguhnya! Kalian memberikan segala sesuatu yang kalian miliki. Dan hal terpenting yang kalian miliki adalah ketika Allah SWT mengaruniakan tubuh dan roh pada kalian lalu kalian mempersembahkannya kepada Allah SWT, kalian menyerahkannya pada Kehendak Allah SWT.


Salat sebagai Puasa
Yang kedua dalam salat, kalian menahan lidah dari makan, minum, ghibah, berbicara. Tidak hanya lidah, tetapi menahan seluruh tubuh kalian untuk menyentuhnya. Dalam puasa seseorang tidak diperbolehkan untuk mendekati istrinya, begitu pula sebaliknya karena hal itu tidak diperbolehkan. Makan tidak diperbolehkan. Dalam salat, kalian juga tidak bisa melakukan hal tersebut. Dalam puasa, kalian bisa berpuasa tetapi kalian masih bisa berbicara. Dalam salat, lebih dari itu—kalian tidak dapat berbicara dan mendekati pasangan kalian. Jadi yang terkandung dalam salat adalah suatu puasa berlevel tinggi.


Mengunjungi Ka’bah
Rukun terakhir dari Rukun Islam adalah haji. Dalam salat, seolah-olah kalian melakukan ibadah haji 5 kali sehari, yaitu ketika kalian mengarahkan diri kalian ke arah qiblat, segera setelah kalian mengucapkan, “Allaahu Akbar!”

Bahkan di Mekah, di penghujung masa renovasi al-Haram asy-syarif, kalian tidak bisa melihat Ka’bah. Dari luar kota Mekah, kalian pun tidak bisa melihat Ka’bah. Bahkan di sembarang tempat di kota Mekah, kalian tidak dapat melihat Ka’bah. Dari luar kota Mekah kalian dapat menghadap Ka’bah (tanpa melihatnya) dan di kota Mekah dan di dalam Masjidil Haram, kalian bisa saja menghadap Ka’bah tanpa melihatnya.

Seolah-olah kalian pergi dalam suatu perjalanan melalui salat kalian; karena haji berarti mengunjungi Ka’bah yang suci, ziyarat al-Ka’bah al-musyarrafa.

Rukun Hajji yang paling penting adalah untuk berada di Baytul Haram. Jadi hal terpenting bagi kita pada saat kita mengucapkan, “Allaahu Akbar,” adalah melihatnya melalui hati kita, melalui pikiran kita, melalui setiap sel dari tubuh kita dan setiap tetes darah kita. SEGALA SESUATU mengucapkan takbir, “Allaahu Akbar,” di hadirat Ka’bah, Rumah Allah SWT di bumi, di mana Allah SWT menginginkan agar semua orang menghadapkan wajahnya dan mengarahkan dirinya ke sana. Allah SWT mengetahui rahasia-rahasia dan tajjali apa yang ada di sana. Jadi dalam salat, seolah-olah kaliah mengarahkan diri kalian dengan memutuskan hubungan dengan dunia dan menghadap Ka’bah. Jadi seolah-olah kalian sedang datang ke sana untuk berhaji.

Jadi dalam salat, kalian menemukan kelima Rukun Islam. Itulah sebabnya tidak ada alasan untuk meninggalkannya. Akan ada hukuman yang berat bagi yang meninggalkannya. Jika kalian menginginkan hukuman itu, terserah pada kalian. Jika kalian ingin menyelamatkan diri kalian, maka wahai Muslim, marilah kita menjaga hubungan kita dengan Islam secara kokoh.


Membungkus Semua!
Islam mempunyai 5 rukun atau pilar. Rasulullah SAW membungkus semuanya: syahadah, shalat, zakat, puasa dan haji dengan dua kata kunci: Iman bil ghayb—percaya kepada yang ghaib dan level Ihsan—karakter yang sempurna. Kelima rukun yang dilakukan oleh umat Muslim ini tidak dapat disempurnakan tanpa menyempurnakan salat terlebih dahulu; karena salat mengandung kelima rukun tersebut. Orang tidak dapat melakukan salatnya dengan baik bila hatinya kotor dan rusak—yaitu ketika Imannya tengah rusak. Salat itu harus dibungkus seperti halnya sebuah bingkisan. Ketika kalian melihat sebuah bingkisan yang dibungkus dengan rapi dari luar, maka ia akan terlihat indah dan menyenangkan. Jadi bagaimana kalian menghadirkan salat kalian kepada Allah SWT bila hati kalian tidak bersih? Kebersihan hati dengan jalan meraih level Iman, kemudian Ihsan adalah hal yang paling utama.

Kita akan melanjutkan hal ini di kemudian hari, insya Allah.

© as-Sunna Foundation of America

No comments: