02 June 2008

MADAD: Memohon Dukungan dari Grandsyekh

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Grandsyekh kita adalah Syekh `Abdullah Al-Faiz Ad-Daghestani QS, semoga Allah SWT mensucikan rohnya yang penuh berkah dan mendekatkan beliau lebih dekat dan lebih dekat lagi ke Hadirat Ilahiah-Nya. Semoga Dia membuat kita dapat memperoleh manfaat dari barakah dan ajaran Grandsyekh, dan dari penjagaan spiritual beliau bagi kita, bahkan dari alam kubur sana. Kita memperoleh kekuatan spiritual kita dari pusat kalbunya. Jika beliau memutuskan diri kita darinya, kita pun akan terdampar. Setiap napas yang Grandsyekh kita hembuskan pada diri kita dari napas-napas spiritual beliau adalah bagaikan hembusan musim semi yang hangat, yang menghembus pada cabang-cabang kering pepohonan, untuk membuat tunas dan bunga baru menyembul dan tumbuh keluar.

Seperti hembusan musim semi yang membawa bangkitnya kehidupan di dalamnya, begitu pula hembusan-hembusan napas para Kekasih Allah SWT memberikan kehidupan pada pengikut-pengikut mereka, pada anak-anak dan cucu-cucu spiritual mereka. Hubungan dan ikatan itu lebih kuat daripada hubungan pada orang tua kita, sebab jangka waktu ketika orang tua adalah semua dan segalanya bagi anak-anak kecil mereka hanyalah berlangsung demikian singkatnya. Dan, sampailah suatu masa ketika menjadi sulit bagi mereka untuk dapat mempengaruhi anak-anak mereka agar mengikuti jalan hidup yang mereka inginkan bagi anak-anak mereka. Mungkin, anak-anak itu akan meninggalkan mereka dan pergi ke sudut-sudut yang jauh di bumi ini dan memilih suatu jalan hidup yang sama sekali berbeda dan tak terkait dengan jalan hidup orang tua mereka. Sedangkan seorang Grandsyekh sejati selalu memiliki mata yang awas dan waspada atas pengikut-pengikutnya, apakah ketika Grandsyekh tersebut masih hidup di dunia ini ataupun ketika telah wafat dan melanjutkan eksistensinya di luar dunia ini. Ia tak akan pernah meninggalkan pengikut-pengikutnya.

Ya, kita selalu meminta dukungan Grandsyekh kita, suatu dukungan yang akan menolong kita untuk bertindak sesuai dengan perintah-perintah Tuhan kita, dan mendukung kita untuk berdiri dengan kokoh dalam meghadapi musuh-musuh kita: ego yang rendah, setan, hawa nafsu dan keduniawian. Untuk kedua tujuan ini--yaitu kemajuan pada jalan yang benar dan penghindaran penyimpangan darinya secara total--kita membutuhkan dukungan beliau. Tanpa dukungan kuat seperti itu, seseorang akan kalah.

Karena itu, kita mencari dan memohon dukungan Grandsyekh kita dengan mengatakan: "Madad Ya Sayyidii", "Tolong, wahai Tuanku." Kalian mesti memanggil Grandsyekh kalian dengan cara seperti itu kapan saja kalian membutuhkan pertolongan dan dukungan, maka kemudian dukungan itu akan mencapai diri kalian. Semakin kalian merasa bahwa diri kalian adalah lemah dan membutuhkan dukungan, maka semakin besar pula pertolongan yang akan beliau berikan bagi kalian. Tetapi, semakin kalian mengandalkan hanya pada pengetahuan (ilmu) kalian sendiri dan kekuatan pikiran kalian, semakin sedikit pula dukungan yang akan kalian peroleh, karena Grandsyekh akan berkata: "Ia cukup bagi dirinya sendiri, maka mengapa mesti memberinya pertolongan? Biarkan dirinya di tangan egonya."

Saat Nabi suci SAW memohon Tuhannya, "Wahai Tuhanku, jangan tinggalkan hamba pada diri (ego) hamba sekalipun hanya sekejap (Allahumma laa takilnii ilaa nafsii tharfata 'ain)", beliau tengah memohon perlindungan dari dua kemungkinan yang tak diinginkan: 1) untuk ditinggalkan sendiri bersama keinginan-keinginan ego-nya, dan 2) ditinggalkan sendiri untuk membimbing dirinya sendiri hanya dengan akal dan pengetahuannya. Dalam kedua kemungkinan jalan ini, ego (diri) berusaha untuk memisahkan diri kita dari bimbingan (hidayah) yang sejati, dan dengan mengakui kelemahan diri kita dan memohon pertolongan atas tipuan ego inilah, kita dapat meraih dukungan dan pertolongan tersebut.

Sebagaimana Bimbingan dan pertolongan Ilahiah sampai kepada Nabi SAW kita melalui Malaikat utama Jibril AS yang bertindak sebagai wakil Allah SWT dalam membawa wahyu-Nya kepada para nabi, begitu pula Pertolongan Ilahiah itu sampai pada para wali (Awliya') melalui Nabi Suci SAW, yang bertindak sebagai wakil Allah SWT dalam membawa petunjuk bagi ummat beliau. Dan pada akhirnya, setelah masa hidup (duniawi) nabi, petunjuk dan bimbingan itu sampai pada kalbu-kalbu kita melalui para wali, para pewaris nabi, karena kita belum cukup membangun indera-indera kita untuk dapat mendengar langsung bimbingan Nabi kita SAW. Beberapa orang yang bodoh, bahkan di antara kaum Muslim, tak ada keraguan lagi mereka akan menyangkal hal ini. Mereka mengatakan bahwa apa yang tertinggal dari petunjuk dan bimbingan Nabi Suci SAW adalah hanya apa yang tertulis di buku-buku dan kitab-kitab. Pandangan seperti ini adalah amat jauh dari hakikat dan realitas yang sejati. Pandangan seperti ini adalah pandangan orang-orang yang buta, karena seandainya Nabi Suci kita SAW membawa pergi kekuatan-kekuatan spiritual itu bersamanya saat beliau wafat, tentu tak akan ada agama sama sekali, tak ada lagi iman dan kepercayaan, tak ada apa pun dari Islam ini yang tetap hidup tertinggal. Tidak demikian, kekuatan kenabian (nubuwwah) itu tak pernah meninggalkan bumi ini; kekuatan itu hanyalah berubah bentuk dan wujudnya serta dibagi-bagikan melalui kesadaran dari para pewaris Nabi Suci SAW

Karena itu, kalian harus mencari dukungan dari para wali dalam alam semesta ini, di mana diri kalian adalah lemah sama sekali. Jika kalian berhasil menjalin hubungan yang baik dengan orang seperti itu (dengan wali--red.) kalian akan selalu terhubung dengannya: suatu "kawat" akan membawa arus ke kalbu kalian dari sumber tenaga miliknya. Bantuan itu akan paling terasa di saat-saat kalian membutuhkannya. Kini adalah siang hari dan kalian pun tak perlu mencari obor, tak perlu; namun di tengah kegelapan malam, bahkan cahaya yang redup seperti itu pun akan mencegah diri kalian jatuh ke dalam suatu lubang.



No comments: