09 June 2008

Membedakan Inspirasi dari Khayalan

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Pertanyaan: “Bagaimana kita membedakan apa yang datang ke dalam hati melalui inspirasi dari Allah SWT, Rasulullah SAW atau Syekh kita, dan apa yang menyerang hati dari ‘bisikan setan’?

Syekh: Grandsyekh mengajarkan kepada kita suatu metode yang dapat digunakan secara langsung sejak awal kita terjun ke dalam tarekat untuk membedakan inspirasi yang berasal dari pikiran sesat dan bisikan setan. Metode itu adalah dengan menunggu dan melihat apakah inspirasi tersebut muncul kembali atau tidak. Jika hal itu datang ke dalam hati kalian secara berulang-ulang, boleh jadi itu merupakan inspirasi yang benar. Grandsyekh membandingkannya dengan rasa sakit pada saat melahirkan anak. Jika kontraksi ibu hamil dirasakan terjadi berulang-ulang dan intervalnya semakin menurun, maka itu merupakan suatu tanda bahwa kelahiran akan segera terjadi. Inspirasi yang benar terjadi dengan cara yang sama. Sekali ia datang kepada seorang murid, berikutnya akan datang secara berulang-ulang, tetapi jika itu adalah suatu pikiran yang sesat, maka ia tidak akan bertahan lama, dan jika itu adalah bisikan setan, walaupun berlangsung lama, lama-kelamaan akan menjadi jelas bahwa hal itu tidak baik dan akan timbul perasaan tidak enak dalam hatinya. Dalam hal ini seorang pemula pun dapat membedakan inspirasi yang benar yang dikirimkan kepada mereka oleh Rasulullah SAW melalui Syekh mereka dengan segala macam pikiran lainnya.

Sejauh menyangkut penglihatan spiritual, hal itu tidak perlu dan juga tidak patut diidamkan oleh seorang pemula dalam Tarekat Naqsybandi. Dalam jalan kita, penglihatan spiritual hanya diberikan ketika telah sampai di tujuan, sementara di tarekat lain boleh jadi itu memegang peranan utama sejak awal. Adanya perbedaan dalam metode ini adalah karena kita sangat berhati-hati dalam menjaga para pengikut agar tidak jatuh ke dalam jebakan yang berbahaya. Jika seorang murid dapat dengan mudah melihat suatu pandangan spiritual, ia mungkin akan merasa puas dengan pengalaman itu sehingga lupa untuk mencari peningkatan. Kebanggaan dan perasaan palsu tentang apa yang telah dicapainya itu juga akan merusaknya. Ia bisa mengatakan, “Ini hebat! Aku tidak pernah melihat yang seperti ini di dunia.” Ia menjadi tertambat pada tempatnya itu. Ia bisa merasa puas dengan posisinya sekarang dan berpikir bahwa ia telah mencapai tujuannya. Hal itu juga mungkin bisa sangat menyesatkannya, padahal yang lebih sempurna masih belum datang.

Agar tidak keluar dari relnya, para guru Tarekat Naqsybandi membimbing para pengikutnya menuju kesempurnaan tanpa penglihatan spiritual semacam itu, jadi para pengikut dapat berkonsentrasi pada pemurnian dirinya hanya demi Allah SWT semata, tidak untuk hal-hal lain, termasuk mencari pandangan atau kekuatan spiritual tertentu.

Kita beribadah kepada Allah SWT hanya untuk–Nya, untuk mencapai Hadirat-Nya, dan sama sekali bukan untuk tujuan lainnya, dan sudah jelas bukan untuk mendapatkan akses ke penglihatan spiritual tertentu. Jika seorang darwis Naqsybandi berpikir bahwa ia melakukan sesuatu untuk mencari penglihatan supranatural, maka ia harus menganggap dirinya sudah tidak murni dalam konteks keagamaan dan ia harus segera mandi (penyucian secara menyeluruh untuk menghilangkan pengotor dalam konteks ritual, dinamakan juga, “ghusl”) untuk menghindarkan dirinya dari pengotor spiritual yang membuatnya tidak bisa mendekati Hadirat Ilahi. Pikiran seperti itu menunjukkan bahwa seorang murid telah menyerah dalam mendekati Hadirat Ilahi—tujuan utama dari Tarekat—dan lebih menyukai bermain dan menyenangkan dirinya sepanjang jalan.

Ya, para pemula dan mereka yang telah menjalani tareat dilindungi dari penglihatan spiritual. Penghalang hanya akan disingkap ketika murid telah mencapai posisi yang aman. Seperti halnya al-Qur’an yang diturunkan di Mekah sebagai tempat yang aman (pembunuhan dan perkelahian dilarang di daerah yang dianggap suci). Jadi ada maqam spiritual yang dinamakan maqam yang aman. Dan untuk menuju ke sana terdapat suatu perjalanan panjang yang sangat berat dari maqam kita sekarang ini; kenyataannya mereka yang bisa sampai di sana hanya sedikit.

Tetapi siapapun yang mencapai maqam tersebut akan mengalami penglihatan spiritual yang lain, dan semuanya bersifat khas bagi setiap murid. Jika kalian berdua sampai pada posisi itu, penglihatan kalian akan sama sekali berbeda, baik warna, wangi, dan perwujudannya tidak pernah sama. Tetapi untuk sekarang yang harus dilakukan adalah melanjutkan tugas dan bergerak dengan sabar menuju keridaan Allah SWT.


Wa min Allah at tawfiq

No comments: