29 June 2008

Sebuah Mesin bernama Disiplin

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

Lefke, Siprus: April 2001

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Kita memerlukan disiplin. Kita memerlukannya untuk membawa diri kita dari level terendah menuju level tertinggi. Level terendah dalam al-Qur’an disebutkan, “tsumma radadnahu asfala safiliin” “kemudian Kami rendahkan mereka ke tempat paling rendah” [QS 95:5]. Arti dari asfala safiliin dapat ditemukan dalam hasrat fisik kita. Selama seseorang masih bersama hasrat kebinatangan yang tidak pernah berakhir itu, ia akan berada di level terendah. Karakter ini adalah milik binatang. Selama kita mengikuti bisikan ego dan keinginan fisik kita berada pada level yang sama dengan binatang. Tetapi kita telah dipanggil, kita telah diundang untuk bangkit dari asfal, level terendah menuju ahsan, level tertinggi. Dan kita telah diberikan sebuah mesin untuk perjalanan ini oleh Yang berada di Surga. Mesin itu adalah disiplin.

Tanpa disiplin yang kalian letakkan pada ego kalian, kalian tidak bisa beranjak dari asfal ke ahsan. Syariah membawa disiplin itu dengan dua sayap, satu sayap dengan perintah dan sayap lainnya dengan hal-hal yang dilarang. Satu sayap membawa apa yang harus kalian lakukan sementara sayap yang lain membawa apa-apa yang tidak boleh kalian lakukan. Dengan kedua sayap disiplin itu, kalian bisa terbang. Jika salah satu sayap patah atau jika bulu-bulunya rontok, kalian tidak bisa terbang.

Ketika kalian menyetir mobil, setiap bagian dalam mesin harus dalam kondisi baik. Jika salah satu skrup kecil hilang, bisa jadi mobil itu tidak bisa bergerak. Semuanya harus sempurna dan semuanya mempunyai kesempurnaan. Mobil yang tidak sempurna tidak bisa bergerak. Pesawat terbang harus mempunyai disiplin yang lebih tinggi daripada mobil. Syariah membawa kalian dari satu tempat ke tempat yang lain dalam level pertama seperti halnya sebuah mobil membawa kalian dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui sebuah jalan. Bergerak di jalan merupakan satu hal, terbang adalah hal lain. Kalian harus menggunakan disiplin pesawat terbang ketika menggunakannya. Dan itu lebih ketat dibandingkan dengan mobil. Syariah mempersiapkan manusia pada level pertama. Tarekat adalah untuk mengangkat manusia. Beberapa orang menghabiskan setengah jam dari waktunya mendiskusikan bagaimana kita harus mempersiapkan diri kita, bagaimana kita mesti duduk, bagaimana kita harus bersikap sopan-santun. Disiplin seperti itu bagaikan disiplin sebuah mobil. Pesawat terbang harus mempunyai disiplin yang lebih banyak lagi. Kekuatan mesinnya harus mencapai level tertinggi sebelum lepas landas. Pertama, pesawat berada di landasan pacu di permukaan bumi dengan kecepatan 30 mil per jam. Itu tidak cukup. Kemudian pada saat berjalan pelan kecepatannya meningkat ke 60, 70, 100, 300 mil, baru kemudian lepas landas. Kemudian kecepatan di udara mencapai 350, 400, 500 mil per jam dan lebih tinggi lagi.

Orang berpikir bahwa bahkan dengan kemalasan mereka bisa bergerak dari bumi ke surga. Mereka membayangkan bahwa mereka bisa terbang dengan ego mereka. Tidak, itu tidak bisa! Kalian harus menanamkan disiplin dengan syariah dan kemudian dengan tarekat. Tarekat berarti menjaga disiplin. Bila kalian meminta untuk pergi ke surga, kalian harus mempunyai disiplin itu.

Orang-orang bertanya kepada saya, “Wahai Syekh! Tanpa masuk Islam apakah mungkin untuk mengikuti Jalan Sufi?” Hal itu seperti bertanya, apakah kalian bisa men-starter mobil tanpa menggunakan baterai (aki). Atau terbang di udara dengan mobil. Tidak, itu tidak bisa! Kalian tidak bisa men-starter mobil tanpa baterai. Kalian tidak bisa terbang di udara dengan menggunakan mesin mobil. Jika kalian mencobanya, kalian akan bergerak seperti ini (Syekh membuat isyarat tangan menunjukkan gerakan oleng dan menyamping) dan akhirnya jatuh. Untuk men-starter mobil, kalian memerlukan baterai. Untuk terbang, kalian memerlukan mesin pesawat terbang. Orang-orang bertanya kepada saya mengenai hal ini. Mereka tidak senang jika kalian meminta mereka untuk berdisiplin. Mereka tidak ingin mengontrol ego mereka. Mereka adalah yang paling bodoh di hadapan Tuhan mereka.

Orang-orang bertanya tentang penyembahan terhadap berhala. Mereka membuat patung-patung tertentu lalu membungkuk di hadapannya. Ada banyak sekali patung. Setiap orang menurut imajinasi mereka menciptakan sebuah figur. Orang-orang ini menciptakan sendiri pencipta mereka. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Hanya ada satu Pencipta. Hanya Dia-lah Sang Pencipta.

Orang-orang menciptakan hijab terbesar antara hamba dengan Tuhannya. Setiap saat seseorang diminta untuk menyembah Tuhannya, egonya berkata, “Tidak! Jangan ucapkan la ilaha ill-Allah, ucapkanlah la ilaha illa ana (tidak ada tuhan selain diriku sendiri) atau ucapkan la ilaha illa nafsi (tidak ada tuhan selain egoku), dan jika Aku tidak memberimu izin, kamu tidak boleh menyembah Tuhanmu. 24 jam sehari harus untukku. Tetapi jika kamu mau melakuakan sesuatu untuk-Nya, 1 menit lebih dari cukup. Selama 24 jam kamu harus menjadi hambaku. Untuk-Nya 1 menit saja cukup. Atau mungkin 1 menit dalam 1 minggu atau 1 menit dalam 1 bulan. Kadang-kadang 1 menit dalam 1 tahun.”

Ego mencegah orang dari disiplin, untuk mi’raj mereka—Kenaikan mereka menuju ke Hadirat Ilahi. Setiap orang mempunyai suatu perjalanan yang harus ditempuh dari tempat di mana ia berasal menuju satu tempat di surga. Allah SWT telah memberikan satu tempat di surga bagi setiap orang. Surga menanti kalian. “Mari, mari (Syekh membuat isyarat ajakan).” Jika kalian menjaga disiplin, kalian bisa mencapai tempat yang istimewa itu, bangku yang istimewa diberikan kepada kalian di Hadirat Ilahi.

Tetapi orang-orang di abad 21 adalah budak terhadap ego mereka. Mereka menyembah ego mereka. Dan mereka berperang bukan untuk surga tetapi untuk ego mereka. Mereka memerangi Tuhan mereka seperti Namrud. Mereka telah menjadi hamba Setan dan budak tubuh fisik mereka. Inilah orang-orang di abad 21.

Di abad ini, jarang terdapat orang yang mengarahkan pandangannya ke Surga. Banyak cahaya di Surga. Namun mayoritas orang menjalani hidupnya tanpa mencari suatu cahaya. Orang-orang datang ke asosiasi (dan tarekat adalah asosiasi) ini untuk mengerti. Begitu banyak orang yang bertanya, “Apa itu tarekat? Tarekat adalah untuk mengetahui realitas. Orang yang ingin mengetahui realitas dari eksistensi mereka dan untuk mengetahui realitas hubungan mereka dengan Tuhannya harus mengikuti tarekat. Jika ia datang untuk menerima cahaya, ketahuilah bahwa cahaya telah dikirimkan kepada seluruh rasul dan cahaya terakhir diberikan kepada Rasul terakhir, Rasulullah SAW untuk seluruh umat manusia. Kami senang untuk mengambil cahaya itu dan meneruskannya kepada kalian.

Banyak orang akan pergi (ke kuburnya) dengan lilin yang padam. Ketika mereka bertemu Tuhan mereka, Allah SWT bertanya, “Wahai hamba-Ku! Berapa tahun kamu hidup di bumi? Aku memberimu begitu banyak lilin, begitu banyak cahaya dari Surga, begitu banyak rasul yang datang kepadamu dengan cahaya Surga, di mana cahayamu? Apakah kamu mengikuti cahaya itu?” Apa yang akan kalian katakan? Jadi, semua rasul harus diikuti. Kalian harus mencari cahaya yang telah diberikan dari Surga melalui semua Rasul. Cahaya itu selalu berada di sana. Tetapi ia membutuhkan sebuah transformer (sebuah receiver, penerima), kabel, dan sebuah bola lampu bagimu agar bisa terlihat. Cahaya Surga dikirimkan kepada semua rasul untuk membantu seluruh hamba Tuhan untuk melihat dan mengamati.

Kalian merasakan eksistensi Allah SWT melalui Samudra Kekuatan yang tanpa akhir, melalui Samudra Keindahan-Nya yang tanpa akhir, melalui Samudra Rahmat-Nya yang tanpa akhir. Jika kalian menerima cahaya dari seluruh rasul, maka eksistensi Tuhan pemilik Surga akan menjadi jelas bagi kalian.

Jika tidak ada cahaya Surga, kalian tidak dapat melihat apa-apa. Yang ada hanya kegelapan. Melalui kegelapan orang tidak dapat melihat, kecuali jika ada bintang, bulan atau matahari. Orang-orang yang tidak mendapat cahaya dari rasul menganggap bahwa Allah SWT tidak ada. Mereka tidak bisa melihat. Mereka mencintai Setan dan mempelajari ajaran Setan. Mereka menolak untuk membawa cahaya kerasulan ke pusat-pusat pendidikan agar orang-orang menjadi tahu, kemudian bertanya, mengamati, belajar dan mengajar. Bila kalian membawa cahaya Surga ke universitas, mereka akan berkata, “Tidak! Kami tidak menerimanya.” Mereka bertekad untuk menjadi buta, berada dalam kegelapan, menjadi teman seluruh Setan dan untuk menempatkan kekuatan di tangan Setan.

Kita berbicara kepada orang-orang ini, “Sekarang waktu kalian telah habis. Periode kalian telah berakhir. Kesultanan kalian akan lenyap dan cahaya Surga akan tampak bagi setiap orang.” Semoga Allah SWT memberkahi Shahib uz-Zaman, Imam Mahdi AS. Semoga Dia segera mengirimkannya begitu pula dengan Nabi ‘Isa AS yang akan menyingkirkan kesultanan Setan tersebut. Kita memohon dengan kerendahan hati kepada Allah SWT agar bisa mencapai hari-hari yang penuh kedamaian, hari-hari yang diberkahi, Hari Akhir, untuk hidup hanya untuk Allah SWT, dan untuk bekerja hanya untuk Allah SWT. Semoga Allah SWT memberkahi kalian.

Wa min Allah at tawfiq

No comments: