30 June 2008

Percayalah pada Syekhmu!

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

[Di Sekolah Menengah] Saya pernah memiliki seorang guru sejarah yang biasa menulis pertanyaan-pertanyaan yang ia ambil dari seluruh isi buku sejarah. Ia kemudian akan menaruh pertanyaan-pertanyaan itu, satu pertanyaan pada secarik kertas, dan menaruh kertas-kertas itu dalam sebuah kotak. Kemudian pada hari tertentu, seorang siswa diharuskan untuk mengambil tiga dari kertas-kertas itu. Apa pun pertanyaan yang muncul, ia pun mesti menjawabnya. Giliran saya tiba pada hari berikutnya, maka saya pun pergi menemui Mawlana Syekh Nazim QS dan mengatakan padanya, “Guru ini melakukan hal ini, dapatkah engkau memeriksa bagi saya pertanyaan-pertanyaan apa yang akan ia tanyakan dan apa jawaban-jawabannya?” Beliau pun menjawab, “Ya.”

Kemudian Mawlana Syekh QS melakukan istikharah dan membuka sebuah buku Kitab al-Haywaan [Kitab tentang Hewan: Zoologi]. Beliau membuka buku itu [berdasarkan hasil salat istikharah, suatu salat memohon petunjuk]; dan dari halaman di mana beliau membukanya, beliau pun memberikan pada saya jawaban atas pertanyaan pertama. Kemudian beliau pun membuka buku itu untuk pertanyaan kedua dan memberikan pada saya jawabannya.

Kemudian beliau membukanya lagi untuk pertanyaan ketiga dan memberikan pada saya jawabannya. Buku yang beliau buka itu adalah Kitaab al-Haywaan (Zoologi), padahal pertanyaan-pertanyaannya adalah tentang sejarah—bidang pengetahuan yang sama sekali berbeda. Sekalipun demikian, saya tetap mempelajari jawaban-jawaban itu, saya memiliki keyakinan penuh pada apa yang Mawlana katakan.

Kemudian, saya pun pergi ke sekolah. Saat itu saya demikian “gila” - Saya demikian bahagia dan senang (karena saya telah memperoleh jawaban-jawabannya) sampai-sampai saya menceritakan semua itu pada para siswa. Mereka pun pergi dan bercerita pada sang guru sejarah.

Sang guru, ketika ia mendengar hal ini, bukannya membawa 300 kertas [dengan pertanyaan-pertanyaan tertulis di atasnya], ia malah membawa 500 carik kertas.
Ia pun berkata, “Ambil yang kau inginkan.” Saya pun mengambil: pertanyaan pertama, pertanyaan kedua, dan pertanyaan ketiga. Ia berkata, “Tunjukkan padaku apa yang kau punya.” [yaitu jawaban-jawaban yang telah diberikan oleh Mawlana Syekh QS].

Saya pun berkata, “Tidak, Anda-lah yang mesti menunjukkan dulu apa yang Anda punya." [yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diambil dari kotak tadi].

Ia pun membuka kertas pertama dan membacanya—isinya persis sama dengan pertanyaan yang saya dapatkan dari Mawlana Syekh Nazim QS; pertanyaan kedua pun sama dengan pertanyaan yang telah diberikan oleh Mawlana; yang ketiga pun sama dengan pertanyaan yang telah diberikan Mawlana. Setelah ia melihat hal itu, guru kami tersebut berlari untuk menemui Mawlana—ia menjadi seorang murid setelah peristiwa tadi.

Al-imaan bil ghayb. Apa yang tengah saya katakan ini mungkin kalian percaya atau mungkin tidak. Namun, ketika ia datang menjadi suatu kenyataan, jangan merasa menyesal.

Wa min Allah at tawfiq

No comments: