26 July 2008

Kekuatan Ayat Suci Al-Qur'an

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

Philadelphia, 14 Mei 1994

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Suatu hari seorang laki-laki, murid Grandsyekh Syarafuddin QS tidak bisa menemukan Syekhnya, lalu dia menuju sebuah masjid, di mana ada seorang ulama di sana. Dia mengatakan pada ulama itu, “Syekh, tolong buatkan aku sebuah jimat/ta`wiz agar dapat melindungi aku.”

Di Arab, kita menyebutnya ruqya, dan di negara-negara Timur Jauh mereka menyebutnya ta’wiz atau azimat, sedangkan orang Amerika menyebutnya du’a. Ulama masa kini tidak percaya jimat, kata mereka, ‘Tidak! Haram! Bid’ah! Syirik! Karena tidak paham akan rahasia-rahasia huruf Qur’an, maka ulama itu tidak mau membuatkannya.

Murid itu lalu berkata, “Engkau harus membuatnya! Aku akan pergi ke medan perang, aku membutuhkannya untuk perlindungan diri!”

Ulama itu menjawab, “Perlindungan bagaimana? Tidak ada perlindungan di benda itu.” “Apa?! Tidakkah engkau percaya pada Qur’an? Bagaimana mungkin tidak ada perlindungan bagi al-Qur’an? Engkau harus percaya! Sekarang, buatkan aku jimat, kalau tidak, aku akan membunuhmu!” Ulama itu pun berkata dalam hati, ‘Orang ini gila. Jika aku tidak membuatnya, maka aku akan dibunuhnya.’ Maka diambilnya pena dan kertas, lalu ditulisnya 3 surat dalam Qur’an yaitu: al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Naas.

Ta'wiz Naqsybandi

Bismillaahir rahmaanir rahiim Laa ilaaha illallaah Muhammadar-rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam yaa Rahmaan yaa Rahiim yaa Musta’an yaa Allaah yaa Muhammad shallallaahu ta’aalaa ‘alayhi wa sallam yaa Abu Bakr yaa ‘Umar yaa ‘Utsmaan yaa ‘Alii yaa Hasan yaa Husayn yaa Yahya yaa Haliim yaa Allaah Wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyil ‘azhiim Syahaamatu Fardaanii Yuusufish Shiddiiq ‘Abdurrauuf al-Yamanii Imaamul ‘Aarifiin Amaanul Haqq Lisaanul Mutakallimiin ‘Awnullaah as-Sakhaawii ‘Aarif ath-Thayyaar al-Ma’ruuf Bimulhaan Burhaanul Kuramaa Ghawtsul Anaam yaa Shaahibaz Zamaan Muhammad al-Mahdii wa Shahibal ‘Ashri yaa Khidir ALLAHU HAQQ.


Kini ‘orang gila’ itu pun puas, “Sekarang, aku bisa pergi berperang dan kembali dengan selamat.” Itulah keyakinannya, dia mempercayai ta`wiz itu 100%. Sesuai apa yang dikatakan Nabi SAW, Allah SWT berfirman, “Innama-l-a’malu bi-n-niyyat.” Setiap perbuatan tergantung pada niat atau keimanan kalian. Jika niat dan iman kalian benar, Allah SWT akan melindungi. Murid itu percaya bahwa dia lebih terlindungi dengan memakai jimat/ta`wiz itu daripada berada di dalam sebuah tangki. Sang ulama juga puas karena dia selamat dan tidak akan lagi berurusan dengan si ‘murid gila’.

Tetapi murid itu berkata, “Sekarang, aku akan membuktikan padamu bahwa Alhamdulillah, apa yang telah kau berikan tadi merupakan ‘pelindung’ yang luar biasa. Ambil senjata ini dan tembaklah aku.” Sang ulama pun membatin, “Majenun (kegilaan) macam apakah ini? Sekarang dia ingin aku menembaknya? Jika aku yang menembaknya, maka dia pasti mati, dan aku menjadi pembunuh.”

Seperti itulah seorang ulama, dan mereka tidak percaya akan Qur’an. Dan yang satunya adalah orang awam, namun keyakinannya 100%. Tidak semua yang sedang duduk di sini punya keyakinan seperti tentara itu. Jika kalian membawa seluruh bagian dari kitab suci Qur’an, kalian masih tidak akan percaya bahwa diri kalian telah terlindungi. Siapa yang percaya bahwa peluru-peluru itu tidak akan menembus dadanya? Murid itu pun terus memaksa, ”Tembaklah aku!” Kata sang ulama, ”Jangan begitu…”
“Tembak aku!”
“Tetapi ini di dalam masjid.”
“Dan ini adalah Qur’an, jika Allah SWT tidak melindungi Qur’an-Nya, dan tidak ada rahasia di dalam Kalimat-kalimat-Nya, mengapa harus kupertahankan dalam hidupku? Tidak ada gunanya. Ayo tembaklah aku di dalam masjid ini, atau aku yang akan menembakmu.”

Ulama itu akhirnya mengambil senjata dan menembak sang murid. Begitu dia melepaskan tembakan, peluru itu mengenai kertas di mana ulama itu telah menuliskan ayat-ayat-Nya. Peluru itu seperti mengenai baja lalu terjatuh ke tanah.

Alhamdulillah, itulah Qur’an yang baik. Sekarang berikan senjata itu dan aku akan menembakmu. Kenakan ta`wiz itu. Aku akan mengajarimu bagaimana mempercayai Qur’an.” Ketika senjata itu ditembakkan, peluru pun memberi sedikit luka pada ulama itu. Hal itu memberikan bukti, perbedaan hasil pada siapa yang meyakini dan siapa yang tidak meyakininya.

Ketika kalian yakin, Tuhan akan mengirim segala macam perlindungan. Namun bila kalian tidak yakin, maka kalian juga akan menerima kurangnya perlindungan. Apa yang harus kalian yakini mengenai Syekh adalah bahwa beliau akan membimbing kalian menuju gerbang Nabi SAW, dan Nabi SAW akan menuntun kalian menuju Gerbang Ilahi.

Jadi mengapa harus menundanya? Serahkan diri dan kehendak kalian pada beliau. Tetapi bukan itu yang terjadi, kalian mengatakan, ”Kami mencintai Syekh, kami hidup, duduk, makan dan tidur bersama beliau.” Mungkin ada kepatuhan pada tindakan kalian, tetapi tidak di dalam hati kalian. Jika ada sesuatu yang kalian anggap tidak cocok, kalian pun bilang ’tidak’. Berapa banyak para Syekh menghadapi opini pengingkaran dari murid-muridnya, tidak ada yang namanya kepatuhan. Dan sampai sekarang Mawlana Syekh Nazim QS masih mendengar opini-opini yang bernada tidak setuju itu.


No comments: