03 September 2008

Segala Sesuatu Bertasbih kepada Allah SWT

Lefke, Siprus: 18 November 2001

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Segala sesuatu berubah setiap saat, mereka selalu berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu manifestasi, tajali, ke tajali yang lain. Siapakah yang melakukannya? Untuk tetap ada (memiliki eksistensi) segala sesuatu membutuhkan dukungan Tuhan. Dan selalu ada timbal balik—barang siapa yang mengambil sesuatu, maka dia harus memberi sesuatu. Setiap makhluk berterima kasih kepada Allah SWT atas keberadaan mereka dengan selalu mengucapkan, ‘Subhanallah!’, bertasbih dan bersyukur kepada Allah SWT. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini memiliki kehidupan—jika tidak, maka dia akan mati dan menjadi musnah.

Daun-daun pada suatu pohon melakukan shuhba (asosiasi) antara satu dengan lainnya, pohon-pohon di suatu taman juga melakukan shuhba di antara mereka—segala sesuatu melakukan shuhba dan berkomunikasi. Manusia dengan manusia lainnya, pohon dengan pohon lainnya, binatang dengan binatang lainnya—ada tingkatan dalam komunikasi. Siapa yang mengetahui hal ini tidak akan mengatakan bahwa dirinya berasal dari kera… Hal ini (shuhba dan komunikasi) bertambah terus hingga akhir zaman, sedangkan apa pun yang diberikan kepada manusia selalu berada dalam batas-batas tertentu, seperti suatu kontainer dalam suatu samudra. Komputer hanya bisa bekerja bila manusia menekan tombol-tombolnya, dan seorang anak pun bisa menekan tombol. Allah SWT berfirman, “Kami telah menyerahkan segala sesuatu di langit dan bumi bagimu. Pergunakanlah!”

Aritmetika adalah sains yang paling terhormat, ibu dari segala sains, dasar dari berbagai sains… Tetapi, orang menggantikan yang asli dengan plastik, dengan imitasi. Orang-orang sudah seperti aktor…

Angka 19 memiliki banyak rahasia. Angka 19 adalah sembilan ditambah sepuluh. Dengan angka sembilan, berarti ada batas atau limit, dan setelah itu kembali ke angka satu, bukan angka lainnya. Kalian dapat mengurangkan satu dari sembilan, sehingga menjadi delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu—tetapi setelah satu, kalian tidak dapat mengurangkan lagi, tidak ada angka lagi… Tidak setiap orang dapat memahami Aritmetika—yang memang membutuhkan pemahaman khusus. Karena itu, di waktu lampau, tidak setiap murid diajari pengetahuan yang sama, tidak seperti sekarang… Kita berada dalam periode kebodohan atau jahiliyah kedua. Ketika Nabi SAW menasihati istri-istrinya, beliau memperingatkan mereka untuk tidak kembali pada keadaan jahiliyahnya yang dulu, dan untuk tidak mempertontonkan kecantikan mereka.

No comments: