05 October 2008

Masalah Orang Tua dalam Membesarkan Anak-Anaknya

Fatwa Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS dan Hajah Naziha Adil

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Tanya:
Walaupun saya seorang yang terpelajar dan sebelumnya bekerja dengan penghasilan yang baik, sejak kami mempunyai anak, saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan dan tinggal di rumah bersama mereka. Kami mempunyai dua orang anak dan kemudian saya hamil kembali. Masalah saya adalah suami saya dan saya tidak sependapat dalam cara membesarkan anak-anak. Ketika saya mengajarkan mereka disiplin kemudian suami saya pulang dan mengatakan hal-hal yang sebaliknya, membuat saya terlihat bodoh di depan mereka. Ketika saya mencoba berdiskusi dengannya mengenai masalah ini ia malah tertawa dan mengacuhkannya. Saya sangat frustrasi dengan sikapnya dan saya merasa ia tidak punya rasa hormat terhadap saya. Dapatkah Anda memberi saran apa yang harus saya lakukan?

Jawab:
Hadis mengatakan, “Surga ada di bawah telapak kaki ibu.” Hadis yang lain mengingatkan kita bahwa yang pertama kali harus dihormati adalah ibu, ibu, ibu, baru kemudian bapak. Lebih baik jika suami Anda tidak meremehkan dan menertawakan Anda karena hal itu memalukan bagi ibu dan saudara perempuannya, lebih penting lagi Anda adalah ibu bagi anak-anaknya. Jika ia menertawakan Anda di depan mereka, mereka mungkin akan kehilangan rasa hormatnya terhadap Anda. Ini juga bisa menunjukkan seolah-olah Anda tidak kompeten dalam mengurus mereka. Jika suami Anda melihat ada suatu hal yang tidak disetujuinya, lebih baik Anda berdua mendiskusikannya tetapi jangan sampai terdengar oleh anak-anak. Bagaimana perasaannya jika seseorang di kantor menertawakannya di depan orang-orang yang ia pimpin?

Ibu adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktunya bersama anak-anak, jadi dialah yang menjadi orang nomor satu dalam menanamkan disiplin kepada mereka. Dengan demikian, suami Anda dan seluruh anggota keluarga, termasuk saudara ipar harus menghormati peranan Anda dan mendukung Anda dalam tugas ini.

Anak-anak juga dapat mengikuti jejak bapak atau kakek dan neneknya, mengeluhkan apa yang dilakukan ibunya. Ia seharusnya tidak memperkenalkan perilaku seperti ini. Kenyataannya tugas suami adalah menunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka harus mendengarkan ibunya di rumah. Kalian berdua adalah partner, suami bekerja meninggalkan rumah dan ibu tinggal di rumah, keduanya bekerja untuk membangun kehidupan rumah tangga yang baik. Bagaimana suami merespons peranan Anda, itu adalah masalah penghormatan dan tidak boleh dianggap sepele. Jika perlakuan yang tidak hormat dilakukan terus-menerus, hal itu bisa menjurus pada perceraian. Semoga Allah SWT memberi Anda dan suami Anda kebijaksanaan dan menunjukkan jalan untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah ini.
Sumber: Muslim Magazine dan As-Sunah Foundation of America

No comments: