27 November 2008

Ikatan Cinta Ilahi

Shuhba  Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS 


A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin 

Tingkatan-tingkatan dari Cinta

Tuhan itu Satu.  Dia menciptakan semuanya dari kita dan menanamkan Cinta-Nya dalam setiap sel dari tubuh kita. Kalian harus tahu itu, walaupun Cinta itu terkadang tertutupi, ini sebenarnya mengalir dalam hati kita seperti arus sungai menuju lautan. Ini bisa saja tampak seperti cinta manusia biasa yang sementara, dan cinta itu bisa saja hilang, seperti sebuah sungai yang mengalir di bawah gunung, hanya akan keluar di ujungnya. Tapi tidak ada keraguan bahwa Tuhan kita telah meletakannya di setiap hati manusia sebuah gelombang yang mengalir tak tertahankan menuju Samudera Cinta-Nya yang berada di Hadirat-Nya. Allah SWT berfirman, “Wahai hamba-Ku, sebagaimana Aku anugerahkan Cinta-Ku kepadamu, Aku berikan juga semuanya ke seluruh makhluk; maka sebarkanlah cinta kalian kepada setiap orang, sehingga kalian menjadi selaras dengan Kehendak-Ku.”

Untuk merasakan  keindahan pada semua ciptaan, kalian harus melewati bentuk luar, dan membentuk serta memahami makna dari realitas spiritual yang abadi, karena bentuk itu terbatas dan dibatasi, di mana sebenarnya realitas spiritual itu adalah samudra yang tanpa batas dan berisi kebahagiaan.  Jika kita berhasil sampai di sana, akan memberikan kedamaian dalam hati.

Ada beberapa macam tingkatan dari cinta. Nilainya berbeda tergantung kedekatan mereka dengan tujuannya yaitu Samudra Cinta yang Mutlak dari Tuhan kita. Begitu seseorang mencapai tujuannya, dia mampu menerima beban dari orang lain dan tetap mencintainya. Dia akan berkata, “Aku mencintaimu karena Allah SWT.  Cinta itu tidak akan pernah berubah atau berkurang, apapun yang engkau lakukan, Cinta Tuhanmu akan selalu bersamamu dan oleh sebab itu aku tetap mencintaimu”.

Kita mencoba untuk meraih tingkatan itu, tetapi itu sangat sulit. Kita selalu diuji, dan itu adalah kesempatan bagi kita untuk meningkatkan diri.  Para Awliya telah menasihati kita, daripada menghindari orang-orang yang berkelakuan buruk, kita sebaiknya berbaur dengan mereka, sehingga mereka bisa mendapatkan kebaikan dan kita juga sekaligus menguji diri kita dan pada akhirnya akan mendapatkan kebaikan juga.

Allah SWT telah menjanjikan kepada saya bahwa siapa saja yang duduk bersama saya dan mendengarkan dengan hati yang penuh cinta, dan siap menerima Cinta dari Allah SWT, yang datang pada tingkatan yang sama, maka untuk itu hati mereka harus terbuka untuk menerima Cinta Ilahi itu. Para Awliya tidak akan menelantarkan kita, dan kita tidak akan berpaling dari mereka, karena hati kita telah terikat dengan ikatan yang kuat, yaitu ikatan Cinta Ilahi, maka tercipta hubungan yang kuat antara Sang Pencipta dan mahluk ciptaan-Nya.

Jika cinta yang ada bersama saya hanyalah cinta sementara, kalian tidak akan duduk dengan saya walaupun hanya sesaat.  Tetapi karena cinta yang ada pada saya itu nyata, permanen, dan suci. Dan saya memancarkan cinta itu kepada hati kalian semua melalui pertemuan ini, untuk membangun cinta yang permanen di dalam diri kalian. Maka ini adalah cinta yang akan tumbuh berkembang dalam setiap hati kalian. Saya memohon kepada Allah SWT untuk mendapat izin menyebarkan Cinta Ilahi ini ke setiap hati semua orang. Sejalan dengan waktu yang berjalan, kita berharap izin itu akan diberikan.


“Ya Wadud….” – Sumber dari Cinta Ilahi

Semua mahluk ciptaan hadir melalui Cinta Ilahi. Karena Dia mencintai mereka, maka mereka ada; oleh sebab itu semua mahluk ciptaan mengandung Cinta Ilahi tersebut. Elektron yang berputar mengelilingi nukleus (inti) dengan kecepatan cahaya, sesungguhnya mereka hidup dengan Kekuatan dari Cinta Ilahi yang telah Allah SWT berikan kepadanya.

Dialah Allah SWT, melalui Nama Suci-Nya, “Ya Wadud”, Yang Maha Mencintai, memberikan Cinta Ilahi kepada seluruh alam semesta ini. Semua elektron tersebut berputar mengelilingi nukleus karena mabuk oleh Cinta Ilahi. Inilah pengaruh dari Cinta yang terwujud pada elektron tersebut. Melalui Nama Allah SWT “Al Wadud” yang nyata, tidak akan pernah berubah, cinta yang permanen telah diberikan kepada kita. Ketika kita berkata, ”Ya Wadud”, kita membuka diri kita kepada Cinta Ilahi, memohon kepada Tuhan untuk membangkitkan cinta yang tak terbatas dan abadi. Saya telah diperintahkan untuk mengajarkan serta memberi nasihat kepada semua orang untuk berseru kepada Allah SWT, mengucapkan ”Ya Wadud”, karena ini akan membuat mereka yang tulus mendapatkan cinta sejati dari Allah SWT dan untuk mencintai segala yang ada di sekitar mereka demi Sang Pencipta yang mencintai seluruh makhluk-Nya. 

Cinta ini merupakan sari dari segala kesuksesan dalam rangka pensucian spiritual.  Untuk mewujudkan cinta tersebut, agar bisa berhubungan dengan Samudra Cinta Ilahi, adalah tantangan dan tugas bagi ummat manusia.  Kita mencari jalan untuk membangkitkan cinta yang abadi.  Segala macam latihan, salat dan aturan tidak ada gunanya tanpa cinta tersebut, sebab ego dapat dengan mudah membonceng seperti parasit yang menggunakan mereka untuk melayani kesombongan kita. 

Setiap orang memiliki lingkungan teman, kerabat, dan kenalan.  Mulai dari yang terdekat dengan kita, istri atau suami, orang tua dan anak-anak, saudara laki-laki dan perempuan, kita harus tulus dalam memberi cinta abadi kita, menjalin hubungan yang harmonis dengan mereka.  Itu adalah tindakan yang paling penting pada masa sekarang ini.  Ego kita tidak akan mau memberikan cinta abadi kita kepada orang lain, kecuali untuk dirinya sendiri.  Tetapi manusia diciptakan untuk mencintai seluruh makhluk, karena dia mewakili Tuhannya di bumi dan mempunyai reservoir Cinta Ilahi yang terbesar di dalam dirinya.  Dia dapat menjadi jalan yang baik sekali untuk mengekspresikan Cinta Ilahi di dunia ini, sebagai sumur cinta di mana semua makhluk dapat memuaskan dahaga darinya.

Wa min Allah at tawfiq

No comments: