11 November 2008

Keajaiban dalam Naqsybandiyyah

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir ra
hmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Mu
hammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Jika kalian ingin mencari orang-orang suci, kalian akan menemukannya.  Jika kalian mencari orang alim, orang baik atau pun orang jahat, kalian pun akan menemukannya.  Apa pun niat kalian, kalian akan menemukannya.  Siapa yang meletakkan niat itu pada hati kalian?  Tuhanlah yang meletakkannya.

Saat itu saya masih muda, di pertengahan tahun 50-an.  Saya sedang bersama kakak saya yang tertua, usia kakak saya saat itu 25  tahun; kami berada di Masjid Agung Beirut.  Tiba waktunya salat Ashar dan paman saya, seorang mufti sedang menjadi imam.

Seorang laki-laki memasuki masjid, janggutnya hitam, duduk di sebelah kakak saya.  Sejak kecil kakak saya sudah mencari orang-orang suci.  Orang yang duduk di sebelahnya sangat tampan bermata biru dengan sebuah surban.  Selesai salat, ia menyapa kakak, “Engkau yang bernama Salim?”  Kakak menjawab, “Ya, bagaimana Anda mengetahuinya?” Jawab beliau, “Jangan tanya.  Engkau seorang Naqsybandi.” Itu pun sebenarnya bukan pertanyaan, namun kakak menjawab, “Ya!”  Beliau berkata lagi, “Engkau ada di cabang Naqsybandi, tetapi bukan di batang utama.  Saya dikirim oleh Syekh saya, Syekh `Abdullah QS, dari Damaskus.  Saat ini waktunya engkau pergi menemui beliau.”  Utusan itu tidak lain adalah Syekh Nazim QS.  Saya baru berumur 10 tahun saat itu.

Ketika hati mencari orang suci, kalian akan menemukannya dan ketika hati kalian akan mengatakan, “Inilah orang suci,” maka ego kalian mengatakan, “Tidak!”  Ketahuilah bahwa ada beberapa kenyataan di sana.  Kami terkesan dengan orang itu.  Kami mencintainya karena aura yang dipancarkan.  Kakak membawa utusan itu pada paman kami.  Beliau menginap, lalu katanya, “Ikutlah dengan saya ke Damaskus.”  Lalu kami pun berangkat keesokan harinya.

Subhanallah!  Saat kami melihat Grandsyekh `Abdullah QS, kami dipenuhi rasa ketertarikan yang besar.  Kami melihat semua Syekh dari Suriah mendatangi beliau, padahal Grandsyekh tidak bisa membaca dan menulis.  Ulama-ulama besar dengan turban besar berdampingan dengan milik kami yang mungil.  Mereka berumur 70 atau 80 tahun, datang dan duduk seperti anak kecil di depan Grandsyekh.  Dan saat beliau membuka nasihatnya, ilmu mereka tidak ada apa-apanya di hadapan Grandsyekh.  Mereka menemukan sesuatu yang luar biasa.  Beliau memberi penjelasan yang belum pernah didengar sebelumnya.  Kami sungguh terkesima mulai  saat itu sampai sekarang, Alhamdulillah, hubungan itu masih ada.

Orang suci mendatangi kalian; hanya sekali.  Jika kalian tidak “menangkap”-nya,  mereka tidak akan datang pada kedua kalinya.  Kalian harus waspada.  Mereka bukan seperti ulama-ulama, yang kadang-kadang berkunjung dari pintu ke pintu.  Ulama al-huruuf,  mereka yang belajar kata-kata dan huruf  - yang senang mengejar orang-orang untuk datang pada kelas-kelas mereka saat mereka tidak punya apa-apa lagi.

Namun orang-orang suci mempunyai segalanya, dan mereka hanya datang sekali saja.  Lalu kalian pun  terhubung.  Kemudian mereka meninggalkan kalian.  Di mana pun mereka menginginkan kalian, mereka hanya menarik tali itu kembali dan kalian pun datang di hadapannya.

Satu menit dalam asosiasi adalah cukup bagi kita untuk ditarik bersama mereka pada saat kiamat nanti.  Namun setiap orang harus waspada, orang-orang suci itu datang hanya sekali, tidak dua kali.  Mereka tidak suka memaksa. Jika kalian cocok, itu bagus.  Jika kalian melepaskannya, maka kalian telah kehilangan mereka dalam kehidupan ini,  bukan di akhirat nanti.

Jika kalian pernah duduk bersama mereka, hal itu sudah cukup; namun bila kalian melepaskan hubungan tersebut, kalian tidak akan merasa bahagia atau tidak berkembang secara spiritual.  Jangan biarkan berbagai keraguan memasuki pikiran kalian; jangan biarkan hati kalian gundah dan menjadi loyo.  Mereka tidak meminta apa pun dan dari siapa pun.  Mereka hanya bekerja untuk Allah SWT.  Siapa yang mempercayainya, mereka akan mendapat manfaat. Barangsiapa yang tidak, dialah orang yang merugi.  Mereka tidak menyeru siapa pun untuk datang dan mempercayai mereka.

Orang-orang bertanya pada Mawlana Syekh Nazim QS, “Mengapa Anda tidak menyeru orang-orang untuk datang?”  Jawab beliau, “Apa yang dikirim oleh Tuhan, mereka itulah yang telah terseleksi.  Kami tidak ingin yang lain.  Banyak orang di luar sana, kalian dapat mendatangi mereka.  Saya biarkan mereka untuk yang lain.  Yang saya inginkan adalah mereka yang terpilih.  Yang tidak terpilih akan datang dan pergi seperti pada sebuah saringan.  Yang tertinggal adalah yang telah terseleksi.”

Orang-orang suci membutuhkan orang-orang yang terseleksi.  Mereka tidak menginginkan “sisa” – bukan maksudnya menghina hati seseorang, tetapi menghormati “karakter moral” seseorang.  Apa yang tersisa akan dibuang.  Jadi jangan hilangkan kesempatan itu dan menjadi kelompok “sisa” yang terbuang.  Seperti ditulis dalam al-Qur’an, “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” [QS 2:3]

Kalian harus beriman pada yang gaib.  Mengapa guru-guru sufi Naqsybandiyyah memerintahkan untuk tidak menunjukkan keajaiban.  Jika saya menembus dinding ini dan berada di sisi yang lain, kalian pasti akan percaya.  Tetapi apa nilai di balik kepercayaan kalian itu?  Tak ada sama sekali!

Itulah sebabnya pilar utama dalam Islam adalah iman pada yang gaib (tidak terlihat).  Jika kalian bisa melihat sesuatu, itu bukan lagi percaya (iman) karena ada bukti.  Mengapa para sahabat itu menjadi teman Nabi SAW dan mencapai tingkat yang tinggi?  Sebab mereka percaya pada hal-hal yang gaib.  Nabi SAW datang ketika semua menyembah pujaan mereka.  Beliau bersabda, “Tinggalkan pujaan itu dan sembahlah Allah SWT”  Karena mereka akhirnya percaya pada yang gaib, maka Allah SWT tambahkan keimanan mereka.  Seperti yang Dia katakan dalam Quran, “Wahai orang-orang yang beriman, percayalah pada Tuhan dan Nabi-Nya.”

Ada tiga tingkatan dalam ajaran Naqsybandi:

`Ilmul Yaqin, keyakinan dengan ilmu

`Aynul Yaqin, keyakinan dengan mata atau keyakinan karena melihat 

Haqqul Yaqin, keyakinan sepenuhnya.

Namun sebelum mencapai tingkat pemahaman ini, kalian harus mencapai tiga tingkat sebelumnya, yaitu:

Mahabbatullaah, cinta pada Allah SWT;

Mahabbatu`l-Habib, cinta pada Nabi SAW

Mahabbatul-masyaayikh,  cinta pada orang-orang suci

Jika seorang pria mencintai seorang wanita, dan juga sebaliknya - dia akan selalu hadir dalam hatinya.  Kalian akan terbayang terus akan wanita itu, mengingatnya, baik lewat telepon, mengirim mawar atau mengajaknya pergi piknik.  Lihatlah apa yang terjadi pada Romeo dan Juliet, bagaimana Romeo dengan gitar dan puisinya menghabiskan malam sedangkan Juliet berada di atas balkon.  Dia mengingatnya dengan mengirimkan puisi untuknya.

Dalam tingkat awal Sufisme – dan dalam Syariah, hal itu sama– yaitu cinta pada Allah SWT.  Jika kalian tidak mempunyai rasa akan Allah SWT, bagaimana kalian akan menemukan kenikmatan hakiki?  Semua orang saat ini mempunyai rasa cinta pada dunia, bukan pada Allah SWT.  Kita cinta pada dunia materi.  Setiap orang ingin mendapat sesuatu dari dunia.  Tidakkah mereka sadar bahwa Allah SWT --  (Yang menciptakan dunia ini) -- mempunyai segalanya?  Dalam bahasa Arab dikatakan  ma siw'alLah -  apa pun selain Allah SWT. Ada Tuhan dan ada ciptaan-Nya.  Mereka mengejar ciptaan-Nya, bukan mengejar Penciptanya.  Apa pun selain Tuhan, orang-orang mengejarnya—itulah dunia materi.

Siapa yang menciptakan dunia materi itu?  Bukankah Allah SWT adalah Penciptanya?  Nama Dia adalah: SANG PENCIPTA (Khalik).  Artinya setiap detik Dia menciptakan sesuatu, Dia tidak berhenti menciptakan.  Kalian ingin mengejar Pencipta seperti itu, Yang mempunyai segalanya dan terus menciptakan – ataukah kalian ingin mengejar penemuan-penemuan palsu?

Saat ini di negara kami,  orang-orang yang mengejar agama atau mengejar hal yang hakiki disebut dengan raji'i– “orang yang terbelakang.”  Di seluruh negara Arab dan negara-negara muslim tanpa terkecuali, mereka yang mencari realitas, yang mencari Allah SWT, yang mencari cinta, disebut sebagai “orang yang terbelakang.”  Benarkah mereka yang mencari Tuhan-nya adalah orang yang terbelakang?  Inilah perilaku yang sekarang terjadi di daerah-daerah tersebut.  Mereka melihat kalian dengan keheranan, “Orang macam apa mereka ini?”  Mereka malu kalau kalian berada dalam kelompok mereka.  Itulah yang dilakukan para tiran saat mereka datang.

Kita ini hanya ingin menjadi orang baik-baik, berperilaku baik dalam masyarakat, mencintai Allah SWT, mencintai nabi-nabi, orang-orang suci, orang-orang yang rendah hati dan penuh kasih.  Apa yang membuat mereka malu?  Setiap orang mengejar kenikmatan-kenikmatan  hidup.  Tidak ada yang mengejar kenikmatan Sang Pencipta, Dia yang mempunyai segalanya.

Saya teringat saat Grandsyekh sedang duduk dan berbicara mengenai Mahdi AS, beliau berkata, “Laki-laki mengejar wanita, wanita mengejar laki-laki.  Tujuan mental manusia adalah seksualitas; tak ada yang lain!  Semua orang mengejarnya, itulah niat dalam kepalanya.  Namun niat itu pun berasal dari Samudra Keindahan Tuhan.  Tuhan menciptakan keindahan di dalam diri laki-laki dan wanita.”

Kami tidak mengatakan bahwa itu terlarang. Tuhan mengizinkan umat manusia untuk mencintai keindahan itu dalam batas-batas perkawinan.  Dan Grandsyekh mengatakan bahwa ketika nanti di masa Mahdi AS dan Jesus AS, saat Allah SWT membuka sinar samudra itu pada setiap laki-laki dan perempuan, lalu saat mereka melihatnya, pikiran-pikiran akan kenikmatan seksual akan terpecah – lenyap, karena saat itu kalian akan mendapatkan samudra secara keseluruhan.

Inilah yang difirmankan  Tuhan dalam Quran dan dikatakan Nabi SAW dalam hadis, “Di dalam surga, kalian berada dalam kenikmatan tak berakhir, terus-menerus.  Sekarang, jika kalian berada dalam kenikmatan dalam satu jam – usai sudah.  Tetapi di sana nanti, hal itu berkelanjutan, bagi pria maupun wanita.  Di akhir hari-hari nanti,  saat Mahdi AS dan Jesus AS muncul lalu Tuhan membuka samudra itu, setiap orang akan mengejar sinar yang datang dari sana: sinar cinta yang utuh.

 `Ilmu`l-Yaqin,
`Aynu`l-Yaqin,
Haqqu`l-Yaqin,

Saat ini kalian mungkin mempunyai keyakinan, mengetahuinya, hanya mendengar dan memahaminya namun kalian tidak merasakannya atau melihatnya langsung.  Sebagaimana yang kita jelaskan bahwa Allah SWT akan membuka samudra keindahan pada masa Mahdi AS dan Jesus AS, kalian akan bisa mendengar, mengambil pelajaran dari sana, ada yang bisa merasakan.  Tingkat kedua adalah `aynul yaqin, saat di mana kalian yakin karena mampu melihatnya.  Saat Mawlana Syekh Nazim QS berbicara, kalian bisa melihat cahaya di sana namun tidak bisa merasakannya, kalian tidak mendapat kenikmatannya. Haqqu`l-Yaqin, kebenaran akan suatu keyakinan.  Pada tingkat itu kalian mampu mendengar, melihat dan merasakan.

Saat ini orang-orang salat 5 kali sehari menurut ajaran Allah SWT, diawali dengan kalimat, “Allahu Akbar...” lalu mulai berdoa.  Namun hati kalian dipenuhi dengan dunia materi dan sibuk dengannya.  Kalian sedang berdiri dengan posisi “tidak melihat”.  Jika kalian lebih khusuk, ajaran ini akan mengantar kalian dari taraf tidak melihat menjadi melihat.  Dan saat kalian mengucapkan, “ALLAHU AKBAR,  kalian akan melihat diri kalian sedang berada di depan Ka'bah, melihat dan merasakan sedang salat di sana. 

Wa mina-llaahit-tawfiq bi hurmati`l-Fatihah.

No comments: