02 November 2008

Ruhul Iman

Shuhba  Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

 

Yang menjadi fondasi bagi iman, dengan kata lain, roh dari iman, Ruh-ul Iman, adalah memikul apapun yang tidak kalian senangi dan bersabar atas apapun yang tidak kalian sukai. Karena, sebagaimana ada sedemikian banyak manusia di bumi ini, begitu pula dengan berbagai sifat, karakter, dan kemampuan mereka yang berbeda-beda, dan kalian mesti memikulnya semua.  Setiap saat kalian memikul beban orang lain, kalian akan memperoleh lebih banyak kekuatan bagi iman kalian. Kekuatan sejati dari Iman adalah untuk tetap istiqamah di hadapan berbagai fitnah dan cobaan.

Pada zaman sekarang ini, tanda dari akhlak yang mulia, derajat tertinggi dari Jihad-ul Akbar adalah untuk memikul karakter buruk orang lain dan mentoleransinya.

Kita tidak diperintah untuk menolak orang, tetapi untuk membuat mereka senang dan bahagia.  Kita tengah hidup pada suatu zaman di mana orang dapat mengatakan apa saja dan apa pun; kalian mesti bersabar dengan mereka, dan memaafkan mereka, selalu tanpa bertengkar atau berkelahi.

Kalian mesti tahu bahwa orang-orang tengah sakit dengan ego mereka.  Jika kalian mengklaim diri kalian sebagai dokter, kalian harus memaafkan mereka.  Jika kalian berada di jalan para nabi, kalian mesti menolong mereka dan toleran terhadap mereka.  Ini adalah tingkatan tertinggi dari akhlak dan adab yang mulia.

Kalian tidak boleh melupakan kebaikan yang telah dilakukan pada diri kalian.  Jika seseorang melakukan suatu kebaikan pada diri kalian, dan kemudian karena sesuatu hal yang ia katakan atau ia perbuat, kalian menjadi tidak senang atas dirinya, maka ketidaksenangan diri kalian padanya, atau terlupanya diri kalian atas perbuatan baiknya bagi kalian, adalah suatu sifat yang tercela.  Seperti ketika kalian memberikan sekerat daging pada kucing seratus kali; tetapi ketika kalian membiarkannya (lapar) satu kali saja, kucing itu akan mengeluh dan protes kepada Allah SWT, berkata, “Dia telah membiarkan aku lapar!”

Adalah akhlak yang mulia untuk tidak bertengkar dengan orang lain, bahkan seandainya kalian tahu bahwa kalian berada dalam kebenaran.  Bertengkar memadamkan cahaya iman.

Siapakah Muslim sejati?  Ia yang tidak menyakiti siapa pun, baik dengan tangannya, maupun dengan lidahnya.  Orang-orang selamat dari dirinya.  Ini adalah pintu gerbang yang terbuka lebar menuju Islam, dan ia terbuka bagi seluruh manusia.

Wa min Allah at tawfiq

 

No comments: