01 November 2008

Tungu dan Lihatlah...

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

  

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu  'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin  wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

 

Tanya:

Tolong Anda jelaskan sedikit mengenai perkembangan roh.

Jawab (Syekh Nazim ق):

Tunggu dan lihatlah… taktik tutup mata kadang digunakan bagi mereka yang memandu para pendaki ketika menaiki gunung yang tinggi, curam dan mengerikan.  Sebuah teknik untuk memastikan para pendaki sampai dengan selamat. Para pembimbing paham mengenai area yang dilewati, jalan itu akan membawa para pendaki melintasi gunung yang tinggi dan membahayakan.  Bila mata mereka tidak dibuat tertutup, mereka mungkin akan merasa ngeri dan akhirnya jatuh.

Para pemandu di pegunungan, bagaimanapun adalah orang-orang yang sudah terlatih dan berpengalaman sehingga tidak akan membahayakan mereka yang dipandu.  Setelah melewati kondisi-kondisi yang membahayakan, pemandu akan membuka penutup mata dan para pendaki melihat ke belakang dengan takjub, “Benarkah aku telah menyeberanginya?”  Kita memang melakukan lintasan-lintasan berbahaya untuk berhasil sampai di tujuan kita.

Itu juga merupakan taktik bagi para pembimbing dalam tarekat ini—Tarekat Naqsybandi—menjaga mata para murid terus tertutup sampai mereka mencapai “posisi yang aman.“  Jika telah sampai, maka realitas akan menjadi jelas bagi mereka.  Namun sebelum itu, tidak perlu kalian melihat hal-hal yang luar biasa, karena akan berbahaya bagi kelanjutan perkembangan kalian.  Grandsyekh tahu kapan kalian sampai pada posisi yang aman dan bebas untuk membuka penutup mata.

Adakah sesuatu yang bisa saya lakukan agar maju pada tingkatan—terbuka—lebih cepat?

Kalian tidak dapat melakukan sesuatu kecuali mengikuti.  Ikuti pemandu kalian: apa perintah beliau, apa yang beliau contohkan, dan ikuti segala tingkah laku beliau.  Jika kalian konsentrasi untuk mengikuti beliau maka kalian akan bersama-sama melalui jalan itu bersamanya: mengikuti beliau adalah penting, tidak ada jalan lain.

Bahkan bila kalian hanya menjaga hubungan dan mengingat Syekh kalian sekali sehari, itu sudah cukup bagi kalian untuk ditulis sebagai murid/pengikut beliau.  Artinya kalian telah naik “kereta” itu dan masih mengendarainya.  Sepanjang kereta itu mengarah pada tujuannya, maka kalian pun akan bergerak menuju ke sana.

Bahkan ketika kalian tidak bekerja keras seperti yang seharusnya kalian lakukan untuk kemajuan spiritual kalian, itu tidaklah mengapa.  Karena kalian masih naik kereta itu – bahkan jika kalian tertidur di atas lantai kelas 3; kereta itu tetap melaju dan kalian berada di dalamnya.  Yang terpenting adalah naik kereta.  Bahkan bila kalian terlelap siang dan malam,  kalian tetap maju jika kalian menjaga hubungan dengan Syekh.


naik kereta ke tujuan...

Fakta ini mengacu pada sabda Nabi SAW, bahwa nanti pada Hari Akhir, setiap orang akan diangkat bersama mereka yang dicintainya.  Jadi, semakin besar cinta kalian pada Syekh, semakin kalian mampu melaksanakan perintah Syekh, dan meniru apa yang beliau contohkan atas kepatuhannya pada Allah SWT dan Nabi-Nya SAW.

Bahkan murid yang paling malas pun tidak akan pernah ditinggalkan sendiri sampai dia meraih maqamnya.  Karena jika dia tertidur, kondektur akan datang dan membangunkannya, lalu mengatakan, “Bangun, bangun!  Kita sudah sampai di stasiun.”  Lalu dengan grogi dia menjawab, “Apa?  Kita sudah sampai?” “Ya, ambil kopermu dan pergilah.”

Adakah cara bagi kita untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan kita?

Dia Yang Maha Kuasa tahu, Dia yang membimbing kalian ke sana, yaitu kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya.  Hamba-hamba yang telah dikirim demi memberi kalian bimbingan dan yang pasti mereka paham tujuan kalian. Nabi Allah SAW mengetahuinya, Grandsyekh mengetahuinya, inspektur kepala mengetahuinya dan kondektur juga mengetahuinya.

Banyak yang mengikuti tarekat-tarekat sufi yang mengalami tingkatan-tingkatan yang aneh dan indah, seluruh perjalanan akan dibuat menjadi menarik bagi mereka.  Pengelihatan-pengelihatan yang luar biasa dan juga ilham-ilham.  Ada yang mengalami, 'ekstase' dan  'Penyatuan dengan Ilahi’ dan segala kekuatan-kekuatan mistis.

Namun saya merasa seperti manusia normal saja.  Ya, memang saya merasakan kedamaian bertambah dan lebih baik dari kehidupan saya sebelumnya, lebih tenang dan bahagia di dalam diri ini.  Kadang saya bermimpi yang tidak seperti biasanya dan tidak sering.  Pokoknya, yang saya alami tidak sehebat yang para pengikut lainnya ceritakan.  Jika saya bergerak ke suatu tingkatan, saya mengetahuinya karena ada perubahan yang samar-samar, bukan yang dramatis.  Tetapi tidak masalah bagi saya, saya tidak berkeinginan untuk melihat atau melakukan hal-hal semacam itu untuk saat ini.

Dalam tarekat kita, kita tidak berkeinginan untuk melihat sesuatu, yang kita kejar adalah penghambaan yang sebenarnya pada Tuhan kita Yang Maha Kuasa.  Untuk menjadi hamba-hamba Tuhan yang abadi.  Kita tidak mencari yang lain, baik di sini maupun di akhirat nanti.

Namun banyak pencari berharap mendapatkan kekuatan spiritual.

Tidak masalah.  Kami mempunyai kekuatan-kekuatan spiritual itu dan tetap menyembunyikannya.  Itu juga tidak ada gunanya bagi kami.  Daripada menghabiskan energi untuk manifestasi sisi luar, kami menggunakannya untuk menguatkan diri sendiri dalam ibadah dan kepatuhan.  Tidak ada gunanya bagi kami untuk mencari-cari, cara itu digunakan bagi mereka yang lemah.

Jika saya katakan pada saudara kita Syekh Sindbad, “Pergi dan lakukan perintah ini dan itu.”  Saya tidak perlu menawari dia sebuah permen warna merah untuk melakukannya, dia akan bangun dan melakukannya. Namun jika saya suruh seorang anak laki-laki untuk berlari dengan perintah yang sama, maka saya akan mengiming-imingi dia dengan sebuah permen.  Maka dia akan berlari melakukannya, kalau tidak dia tidak akan mau.  Itu adalah tingkatan anak kecil.  Tingkatan bagi mereka yang patuh tanpa menunggu imbalan adalah lebih tinggi, tingkatan manusia dewasa.

Grandsyekh tidak mencari kekuatan-kekuatan semacam itu. Mereka malu memperlihatkan hal-hal ajaib, malu di hadapan Tuhan mereka.  Karena tidak diragukan lagi, bahwa ego akan senang dengan hal-hal ajaib – dan mengambil bagian atasnya – sehingga tentu saja kontra produktif dengan tujuan-tujuan kita, yaitu merendahkan ego serendah-rendahnya, bukan memberinya kepuasan melebihi porsinya melalui pamer keajaiban.

Karena itu, para Grandsyekh Naqsybandiyyah tidak pernah melakukan sesuatu yang ajaib kecuali diperintahkan oleh Nabi suci SAW.  Mereka amat sederhana dan rendah hati, bahkan kalian tidak bisa membedakannya dengan manusia normal lainnya.  Mungkin mereka mempunyai kekuatan nuklir, namun karena rendah hati, mereka seperti bukan siapa-siapa.  Jika seseorang memaksa beliau untuk melakukan keajaiban, mereka mengatakan, “Anakku, apa yang kamu katakan?  Aku ini orang biasa, koperku kosong, bagaimana bisa aku melakukan hal yang kamu minta?

Ya, itu memang benar, mereka memang kosong sampai kekuatan datang melalui mereka.

Ketika kekuatan itu dikirim pada mereka, mereka bisa berbuat apa saja.  Tanpa itu mereka tidak bisa.  Yang berarti dengan penyucian spiritual mereka menjadi kawat tanpa campuran yang menjadikan kekuatan besar berpindah pada mereka tanpa halangan, namun bila mereka terputus dari sumbernya, mereka tidak punya kekuatan dari dirinya sendiri.

Para pencari  percaya akan pentingnya membaca pikiran orang, meramal masa depan, berjalan di udara dan berjalan di atas lautan; mereka pikir itu adalah tanda para guru sejati.  Seharusnya mereka juga berpikir bahwa lalat dan nyamuk juga bisa terbang, serangga air juga berjalan di atas air.  Banyak sekali orang-orang jahat yang mampu melakukannya – bukan hanya awliya dan nabi.  Banyak orang-orang mampu melakukan kekuatan supranatural untuk menipu orang.

Allah SWT meninggalkan mereka menjadi salah arah bagi siapa pun yang mencari bimbingan yang salah, yaitu mereka yang mencari sesuatu selain rida Ilahi.  Anti-Kristus (Dajjal) yang akan muncul di akhir zaman akan memperlihatkan kekuatan mistis terbesar yang sebelumnya belum pernah kita dengar.  Peragaaan hal-hal seperti itu bukan tujuan kita.

Menjadi hamba Tuhan yang tulus adalah tujuan kita.  Terus menerus beribadah dan beramal baik – sehingga Tuhan kita berkenan dengan ketabahan kita dalam kepatuhan dan cinta akan Dia.  Tabah dalam keimanan di zaman kita ini merupakan keajaiban itu sendiri.  Banyak orang yang lemah kemauannya terpuruk dan hilang imannya, karena tak mampu menahan serangan yang mencabut iman di hati mereka di zaman sekarang ini.

Mengikuti tarekat dari awal sampai akhir, menaklukan halangan-halangan dan tabah untuk terus mencapai tujuan kita – itulah namanya keajaiban.  Mencoba-coba, tidak mau berkorban, tidak ada komitmen; berada di tarekat ini hari ini dan besoknya di tarekat yang lain.  Itu bukan cara bagi para pencari yang tulus, tetapi jalan bagi mereka yang kurang serius dan kurang ikhlas.*

Tarekat Naqsybandi adalah jelas: Guru-gurunya tidak mengharap apa pun kecuali rida Allah SWT semata.  Jika ada harapan imbalan dari surga atau kenikmatannya muncul dalam pikiran, mereka harus merasa bahwa dirinya telah menghancurkan ritual penyucian diri dan perlu mengulang wudunya.  Dan jika kenikmatan dunia ini terlintas dalam pikiran mereka, maka perlu bagi mereka untuk mandi besar.

Kita ini masih anak-anak kecil, belum meraih maqam-maqam itu.  Tidak mengapa, kalian tidak bertanggung jawab sepenuhnya akan makna dari istilah Hadirat Ilahi. Guru-guru Naqsybandi penuh dalam Hadirat Ilahi dan tidak lagi mencari apa yang ditawarkan oleh kehidupan ini dan akhirat nanti.

Latihan spiritual yang utama bagi tarekat-tarekat lain adalah berpusat pada pengulangan kaliamat: “La ilaha ill-Allah” (Tidak ada Tuhan kecuali Satu Tuhan Yang Benar, Allah SWT). Inilah pedang yang memotong keterikatan pada tuhan apapun kecuali Allah SWT.  Penolakan akan tuhan-tuhan lain. Pengulangan kalimat ini menyatakan bahwa Dia sendiri yang layak untuk disembah, meninggalkan penyembahan yang lain kecuali pada Dia.

Namun mengidolakan besi dan kayu, atau ego kita sendiri, dan menyembah diri sendiri, uang, kekuasaan, nafsu, orang lain, menyembah intelektualitas, tubuh, atau apa pun juga – sesungguhnya Dia jauh lebih agung di atas apa pun yang bisa kita bayangkan tentang Dia!  Formula utama Naqsybandi adalah pengulangan Nama suci “Allah SWT”.  Karena setelah operasi pemotongan segala keterikatan akan hal-hal yang rendah mengantarkan hamba memanggil Tuhan-nya dan mendekat pada Hadirat Ilahi.

Ketika dia benar-benar mengatakan: La ilaha ill-Allah” dia telah menolak apa pun – bahkan dirinya sendiri.  Menerima untuk tidak menjadi apa pun di dalam Samudra Keesaan Tuhan Yang Maha Kuasa.  Dia tidak akan pernah muncul dari dalam samudra itu.  Yang ada  hanyalah: “Allah, Allah, Allah…”

Siapa pun yang mencari maqam ini maka akan disambut, dan siapa yang mencari-cari sesuatu, biarkan dia menemukan banyak tarekat/jalan lain untuk menjadikannya menjadi “seseorang/sesuatu.”

Catatan:

*Syekh Nazim QS, tentu saja tidak menyinggung tentang berganti-ganti tarekat dan guru untuk alasan-alasan spiritual, seperti Abu Yazid al-Bistami QS yang berganti Syekh sebanyak 99 kali.  Yang beliau maksud adalah para pencari yang tidak konsisten karena tidak adanya kemauan untuk menerima tanggung jawab atau membuat perubahan akan kebiasaan yang kadang menyakitkan dan dalam, hal ini diperlukan ketika mengikuti tarekat secara keseluruhan.

 

Wa min Allah at tawfiq

No comments: