Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS
A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Seorang Rabbi yang tidak percaya kepada Yesus Kristus AS maupun Muhammad SAW berkata bahwa perintah tradisional mereka melarang mereka untuk percaya kepada Nabi-Nabi yang muncul setelah Nabi Musa AS. Sekarang mereka menyaksikan bahwa jutaan orang menerima keduanya dan menjadi pengikutnya. Hal itu membuat mereka mengerti bahwa pasti ada suatu kekuatan rahasia pada diri mereka berdua. Kalau tidak, takkan ada orang yang mengikuti mereka. Tetapi karena perintah tadi, Rabbi tersebut dilarang untuk mendalami lebih jauh lagi. Kendati demikian, pikirannya membuat dia memutuskan untuk terus bersama Yesus Kristus AS dan Muhammad SAW, semoga kedamaian senantiasa tercurah pada keduanya.
Mereka memiliki suatu daya tarik yang istimewa, itulah sebabnya mereka dapat membawa jutaan orang. Poin yang dibuat oleh Rabbi ini sangat penting. Bangsa Yahudi yang sangat peduli dengan hal ini harus membuat suatu penelitian dan melihat apa benar bahwa Nabi Musa AS atau Tuhannya Musa AS, berkata bahwa bani Israil tidak boleh percaya kepada Nabi-Nabi setelah Nabi Musa AS. Hal itu pasti tidak benar, karena setelah Nabi Musa AS, ribuan Nabi diutus kepada bani Israil, termasuk Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS. Mereka adalah Nabi; sama halnya dengan Sayyidina Zakaria AS dan putranya Yahya AS, yang mempunyai julukan John the Baptist. Lalu bagaimana mungkin mereka mengatakan bahwa setelah Nabi Musa AS, tidak ada lagi Nabi yang diturunkan kepada mereka? Memang benar bila yang dikatakan adalah bahwa tidak ada orang yang akan mirip dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa AS bahkan memberi keterangan kepada umatnya bahwa Allah SWT akan mengutus Nabi yang baru dari kemenakan mereka, yang akan mirip dengan Nabi Musa AS. Sudah jelas bahwa orang itu tidak akan berasal dari garis yang sama dengan Nabi Musa AS. Jadi, dari garis Nabi Musa AS tidak ada lagi Nabi yang diturunkan yang mirip dengannya. Garis kemenakan itu adalah garis keturunan Nabi Ismail AS. Mereka telah dikabari mengenai berita gembira ini.
Rabbi itu tidak pernah mengerti mengenai hakikat pesan ini. Memang benar bahwa semua Nabi yang diutus setelah Nabi Musa AS tidak seperti dirinya dan tidak bisa dibandingkan dengannya. Nabi Musa AS adalah salah satu dari lima Nabi utama, Ulul ‘Azhmi, yaitu: Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi `Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah Nabi-Nabi terbesar. Ratusan dan ribuan Nabi muncul dari bani Israil, tetapi mereka tidak pernah diberikan sebuah kitab khusus dengan segala hukum dan norma. Sayyidina Daud AS memperoleh Kitab Zabur. Injil Yesus Kristus AS juga tidak seperti Taurat. Taurat mempunyai norma-norma mengenai pemerintahan. Umat Kristiani juga berada di bawah norma-norma tersebut, karena mereka tidak mendapatkan yang baru.
Karena hal ini, semua Nabi tersebut tidaklah seperti Nabi Musa AS, hanya Sayyidina Muhammad SAW yang mirip dengannya, karena beliau memperoleh norma-norma baru yang istimewa, sebuah kitab seperti Taurat, yang memberikan norma-norma dan perintah bagi hidup di dunia maupun di akhirat. Jalan Nabi Musa AS adalah jalan melalui pertempuran, Yesus AS tidak pernah melakukannya. Nabi Muhammad SAW telah diperintahkan untuk berperang, dan seperti halnya Nabi Musa AS yang mempunyai pedang, beliau juga memilikinya. Jadi hanya Nabi Muhammad SAW yang mirip seperti Nabi Musa AS, tetapi Rabbi itu tidak mengerti. Dia mengerti sedikit, tetapi tidak lengkap. Itulah sebabnya, dia melarang dirinya untuk percaya kepada Yesus Kristus AS dan Sayyidina Muhammad SAW.
Otaknya telah dicuci agar tidak percaya kepada Nabi manapun yang muncul setelah Nabi Musa AS, dan ini adalah suatu kesalahan besar. Mustahil. Dia berpikir bahwa dia harus menyangkal semua Nabi yang muncul setelah Nabi Musa AS. Tetapi nuraninya tidak setuju dengan hal ini. Nuraninya berkata kepadanya bahwa apa yang telah dituliskan pasti salah. Mungkin Kabbala (suatu sekte dalam agama Yahudi-red) menyatakan hal ini, tetapi tidak demikian dengan Taurat. Kabbala membawa tafsir menurut ide-ide mereka sendiri. Mereka menghilangkan makna mengenai Nabi Penutup, Khatamul Anbiya. Nuraninya terus menolak untuk percaya kepadanya, dengan mengatakan bahwa adalah mustahil bahwa orang biasa mempunyai jutaan pengikut. Orang-orang ini pasti mempunyai kekuatan rahasia dari Surga, bukan dari bumi. Banyak orang yang mempunyai pengikut selama hidupnya, tetapi kemudian setelah kematiannya, tak seorang pun yang sanggup untuk meneruskannya. Tetapi kedua orang (Nabi) ini terus membawa jutaan orang. Kekuatan Rahasia Surgawi mengalir dalam diri mereka dan itulah sebabnya orang masih mengikuti mereka.
Hal lain yang dapat kita tanyakan kepada mereka adalah apakah mereka membaca kabar mengenai kunjungan delegasi Rabbi Yahudi kepada Sayyidina Muhammad SAW. Mereka diutus untuk menanyakan berbagai hal. Beberapa di antara mereka datang dan pergi. Mereka mengerti siapa sebenarnya Sayyidina Muhammad SAW, tetapi mereka enggan untuk mengatakannya. Saya ingin bertanya kepada Rabbi itu, apakah ada Rabbi Yahudi yang masuk Islam pada masa Rasulullah SAW? Abdullah bin Salam RA yang nama aslinya Ismail bin Salam RA adalah salah seorang Rabbi yang terkenal dan tergolong cendikiawan di kalangan Yahudi. Dia datang dan kemudian masuk Islam, dia mampu mengenali Nabi Muhammad SAW. Ini adalah sebuah peristiwa bersejarah yang sangat terkenal. Bagaimana mungkin seorang Rabbi bisa mengenali Rasulullah SAW, sementara yang lain mengatakan bahwa menerima seorang Nabi setelah Nabi Musa AS adalah hal terlarang?
Sekarang mereka menanti kedatangan al-Masih. Siapa dia? Apakah dia seorang Nabi, Wali, atau Setan? Siapa dia? Orang-orang Yahudi semuanya menantikan al-Masih. Siapa dia? Mengapa mereka menantikannya? Apa yang akan menjadi misinya? Apakah dia akan datang sebagai Nabi, seorang Wali, atau seperti seorang Anti Kristus?
Keyakinan orang-orang ini tidak pernah benar. Apa yang mereka yakini tentang Sayyidina Yesus AS dan Sayyidina Muhammad SAW sungguh sangat salah, tetapi mereka takut untuk membuat penelitian mengenai hal ini. Saya hanya memberi beberapa poin yang bisa mereka selidiki. Tetapi mereka tidak berani melakukannya, karena jika mereka melakukannya, agama Yahudi dan Kristen tidak akan berlanjut lagi eksistensinya.
Wa min Allah at tawfiq
No comments:
Post a Comment