09 January 2009

Ringan di Lidah namun Berat di Mizan

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

24 Februari 2002 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin 

Rasulullah SAW bersabda, “Kalimataani khafiifataani ‘ala al-lisan thaqiilataan fil-miizan, subhanallah wa bihamdihi subhanallah il-‘azhiim.”[1] [dan kita menambahkan ‘astaghfirullah’ di bagian akhirnya] “Dua kalimat yang ringan di lidah, tetapi berat dalam timbangan, Mahasuci Allah SWT dan kepada-Nya segala puji, Mahasuci Allah SWT Yang Mahaagung.”  Ketika Allah SWT bertanya kepada kalian dan amalan kalian ditimbang, sisi kanan timbangan menjadi sangat berat dengan dua kalimat tersebut.  

Wahai Muslim!  Jangan biarkan diri kalian sibuk dengan urusan dunia.  Jagalah kalimat ini dan ucapkanlan terus-menerus karena mereka akan menyelamatkan kalian di hari Pembalasan.  Di hari itu Allah SWT akan bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah mereka lakukan.  Apakah kalian sudah membuat persiapan untuk hari itu? 

Dewasa ini jika IRS, atau orang dari dinas pajak datang untuk menanyakan pendapatan kalian, apa yang kalian lakukan?  Kalian akan gemetar.  Meskipun kalian mungkin tidak membuat suatu kesalahan.  Atau kalian berbuat suatu kesalahan tanpa maksud buruk, tetapi tetap saja kalian gemetar.  

Lupakan soal pajak pendapatan tadi—sekarang pikirkan tentang imigrasi.  Mereka yang tidak mempunyai paspor biru, mereka akan menanyakan kalian dan kalian akan gemetar—jika kalian tidak mempunyai paspor.  Mereka menginginkannya, apa yang akan kalian lakukan?  Jika kalian tidak bisa menunjukkannya, mereka akan memulangkan kalian. 

Apakah kita mempunyai paspor untuk ke Surga?  Apakah kita telah mempunyai paspor hijau?  Belum? 

Tidak, kita tidak mempunyainya!  Hanya ada 10 yang telah mempunyainya, al-‘ashara al mubashara—ada 10 sahabat yang telah diberikan kabar baik, sisanya belum tahu.  Jika kita tidak mempunyai paspor dari Surga, itu berarti kita akan gemetar.  

Mengapa kita takut dengan orang dari dinas pajak tadi, atau imigrasi, tetapi kita melupakan Tuhan kita?  Melupakan bagaimana kita akan gemetar di hadapan-Nya pada Hari Pembalasan.  Jadi untuk menyelamatkan kita, Allah SWT telah mengutus Rasulullah SAW dengan maksud dan cara yang beragam, salah satunya yang diajarkan beliau adalah, “Kalimataani khafiifataani ‘ala al-lisan thaqiilataan fil-miizan, subhanallah wa bihamdihi subhanallah il-‘azhiim.” 

Wahai Muslim!  Kalimat itu sangat ringan di lidah, tidak perlu bekerja keras, “Subhanallah wa bihamdihi subhanallah il-‘azhiim.” 

Allah SWT Mahabesar, Mahatinggi.  Kalimat ini akan menyelamatkan kalian dari hukuman.  Apakah kita akan mengerjakannya?  Tidak, Mengapa?  “Karena kita tidak mengetahuinya.  Tidak ada satu pun yang memberti tahu kita,” kata beberapa orang di antara  mereka.  Tatapi Rasululullah SAW telah menyebutkannya.  Jadi tugas kitalah untuk meneliti dan menemukannya, bukan hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa menunggu datangnya makanan, kemudian makan dan pergi menghabiskan waktu kalian dengan hal-hal yang sia-sia.  Sebagaimana kalian makan untuk tubuh kalian, ada juga makanan untuk roh.  Subhanallah wa bihamdihi subhanallah il-‘azhiim,” apakah semua orang mengerjakannya?  Tidak, jangan bohong. 

Jika kalian membacanya ketika Subuh (sebagaimana Mawlana mengerjakannya setiap hari) itu bolehlah.  Lakukan hal itu kapan saja setiap hari.  Itu akan meningkatkan amalan kalian.  Ia akan menyiapkan beberapa file bagi kalian.  Jangan sampai pergi dengan tangan hampa.   

Jika kalian akan diaudit oleh dinas pajak, kalian akan menyiapkan banyak file.  Mereka akan bertanya kepada kalian, “Bagaimana dengan pengeluaran ini?”  dan kalian menjawab, “Ini dia, Aku mempunyai tanda terimanya untuk itu.”  Kalian mempunyai catatan dan tanda terima dan segala bentuk dokumentasi untuk keperluan semacam ini.  Apakah kalian telah menyiapkan suatu file untuk Akhirat?  Apakah kalian—wahai orang terpelajar?  Jangan berpikir bahwa kalian mengetahui segala sesuatu. 

Apapun yang kita kerjakan bahkan belum tentu diterima.  Jangan menghitung berapa banyak yang telah kalian kerjakan.  Itu adalah permainan ego.  Cobalah untuk selalu berbuat lebih banyak lagi. 

Sayyidina ‘Umar RA selalu mencoba agar setiap hari beliau mengerjakan sesuatu lebih banyak dari hari sebelumnya, sehingga hari berikutnya lebih baik daripada kemarin.  Itulah cara agar kalian bisa menyelamatkan diri dengan baik.  Jika tidak, itu lain soal. 

Di dunia ini, jika kalian memakan nasi atau daging, keduanya akan memenuhi perutmu.  Hal ini berarti jika kalian bisa menggenggam seluruh dunia, itu tidak akan memberimu suatu manfaat.  Jika Allah SWT memberi banyak hal, sebaiknya bergembira dan bersyukurlah, dengan demikian Dia akan memberi lebih banyak lagi.  Mengerti? 

Tidak akan pernah—jika kalian di jalan Allah SWT—kalian menemukan suatu hari yang penuh dengan kesulitan.  Jika kalian di jalan ego dan Setan lalu “Allahu Akbar!”—kalian akan selalu mendapat masalah. 

Lihatlah pada binatang.  Bisa jadi ada lebih banyak binatang daripada manusia.  Apakah mereka mati kelaparan?  Tidak.  Mereka makan.  Mereka menemukan sesuatu—Allah SWT memberi mereka.  Mereka tidak berada di jalan Setan.  Hidup mereka penuh dengan bertasbih.  Ketika tasbih mereka berhenti, hidup mereka pun berakhir.  Mereka tidak pernah mati karena kelaparan—Allah SWT mengirimnya.  Mereka akan menemukan sesuatu. 

Tetapi ummat manusia tidak menyerah, mereka justru mengejar rizq—rezeki mereka.  Jika kalian berada di jalan-Nya, Dia akan membukanya bagimu lebih, lebih dan lebih banyak lagi. 

Saya pernah bersama Mawlana Syekh Nazim QS di Indonesia.  Kami melintas begitu banyak perkampungan.  Kami harus menempuh suatu perjalanan panjang menuju zawiya Syekh Abah Anom QS.  Kami melihat desa-desa yang terpencil, orang-orang tua yang berusia kira-kira 90 tahun, duduk di sawahnya.  Mereka mempunyai sedikit nasi dan mereka meletakkannya di dalam selembar daun pisang dan mereka begitu bergembira, begitu puas dengan satu porsi nasi yang sedikit itu.  Mereka mengucapkan, “Alhamdulillah, tanpa mengeluh.”  Allah SWT membuat mereka bahagia dengan sedikit nasi itu.  Hidup mereka adalah surga bagi mereka.  Mereka tidak menanggung suatu beban, mereka juga belajar untuk membuat sebuah rumah.  Rumah mereka terbuat dari seng atau jerami dan batang bambu.  Mereka bergembira. Dan ketika mereka meninggal mereka akan seperti raja di negri yang lain.  Ketika mereka meninggal mereka akan sama keadaannya. 

Dunia ini tidak akan membuat kalian menjadi orang yang penting.  Yang membuat kalian penting adalah apa yang kalian perbuat selama hidup kalian untuk akhirat.  Dunia ini ada akhirnya.  Kalian tidak bisa mengambil sesuatu darinya.  Sakali pun hanya turban, atau pakaian, mereka melucuti semuanya dari kalian.  Dan jika kalian mempunyai gigi emas, orang yang mengubur kalian akan membuka makam, siapa yang peduli pada kalian, kalian sudah meninggal, dia mengambil gigi itu dan menjualnya.  Tidak hanya keramik, jadi tidak ada lagi bisnis bagi pengurus pemakaman ini.  

Jadi apa yang kalian ambil?  Tidak ada.  Jangn membuat dunia ini sebagai hal yang paling kalian pikirkan—la taj’al ad-dunya akbara hammik.  Lihatlah pada Fulan [saudara yang rendah hati dan sangat miskin] dia tidak peduli, dia sibuk menghitung cincinnya.  Lihatlah padanya, dia bermain, dia tidak mendengar.  Dia berserah diri.  Jika dia mendapat makanan dia makan.  Dia tidak peduli.  

Jadilah orang tuli, bisu, buta.  Jangan mendengar, melihat, jangan berbicara.  Tetapkan hati kalian bersama Allah SWT.  Kalian adalah Muslim.  Berserahlah kepada Allah SWT.  Jangan berserah kepada Setan.  Jangan keluar dari sini lalu mulai berkelahi.  Jangn menjadi sombong.  Jangan!  Ingatlah kata-kata ini. 

Allah SWT mengutus Rasulullah SAW dengan maksud dan cara yang beragam, salah satunya yang diajarkan beliau adalah, “Kalimataani khafiifataani ‘ala al-lisan thaqiilataan fil-miizan, subhanallah wa bihamdihi subhanallah il-‘azhiim.”  Bacalah kalimat ini terus-menerus.  Kalian akan menemukannya dalam kematian kalian.  Pada saat itu kalian akan mengetahui betapa berharganya kalimat tersebut.  

Semoga Allah SWT memaafkan kita.  Semoga Dia memperlihatkan kembali Eid setelah Eid. 

[1] Sahih Bukhari, volume 8, buku 78, #673.  Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. 

Wa min Allah at tawfiq

No comments: