01 March 2009

Sejarah Peringatan Mawlid

oleh Syekh Hisyam Kabbani QS

 

Peringatan Hari Kelahiran Nabi saw. di Mekah Menurut para Sejarawan Muslim, dan Peringatan Tempat Kelahiran Nabi saw.

 

Kota Mekah, ibu semua kota, semoga Allah swt memberkatinya, adalah pemimpin semua kota lain di seluruh dunia Islam dalam merayakan maulid, juga dalam hal-hal lain.  Seorang sejarawan Mekah abad ketiga, al-Azraqî, menyebutkan bahwa rumah tempat Nabi saw. dilahirkan termasuk tempat di Mekah yang mustahabb (dianggap baik) untuk melaksanakan salat.19  Menurutnya, rumah tersebut pada masa lalu pernah dijadikan masjid oleh ibu dari dua khalifah, yaitu Mûsâ al-Hâdî dan Hârûn al-Rasyîd.

Ulama Alquran, al-Naqqâsy (266-351) menyebutkan bahwa tempat kelahiran Nabi saw. merupakan tempat di mana doa pada siang hari setiap Senin akan dikabulkan.20

 

Catatan Pertama tentang Perayaan Maulid

Sumber tertua yang menyebutkan peringatan maulid secara publik adalah karya Ibn Jubayr (540-614), Rihal:

Tempat yang diberkati ini (yaitu rumah Nabi saw.) dibuka, semua orang kemudian memasukinya untuk mendapatkan barakah darinya, pada setiap hari Senin bulan Rabiul Awal; karena pada hari dan bulan itulah Nabi saw. dilahirkan.21 

Sejarawan abad ketujuh, yaitu Abû al-‘Abbâs al-Azafî dan putranya Abû al-Qâsim al-Azafî menulis hal berikut:

Jamaah haji yang saleh dan para pelancong terkemuka memberikan kesaksian bahwa, pada hari maulid, di Mekah tidak ada kegiatan yang dilakukan, tidak ada yang diperjual-belikan, selain kesibukan orang-orang yang mengunjungi tempat kelahiran Yang Mulia, dan bersegera memasukinya.  Pada hari itu Kabah dibuka dan dapat dimasuki.22

 

Catatan Ibn Bathûthah tentang Maulid

Sejarawan kesohor abad kedelapan, Ibn Bathûthah, menceritakan bahwa pada setiap hari Jumat setelah salat, dan pada hari kelahiran Nabi saw., pintu Kabah dibuka oleh Ketua Bani Syaybah, pemegang kunci Kabah.  Mengenai maulid, ia menceritakan bahwa kepala qadi Mekah (dari mazhab Syafii), Najm al-Dîn Muhammad ibn al-Imâm Muhy al-Dîn al-Thabarî, membagi-bagikan makanan kepada para syurafâ’ (keturunan Nabi saw.) dan semua orang Mekah yang lain.23

 

Catatan tentang Maulid pada Abad Ketiga

Gambaran berikut menggabungkan berbagai catatan kesaksian para tokoh abad ketiga, yaitu sejarawan Ibn Zahira al-Hanafî, Imam Ibn Hajar al-Haytsamî dan sejarawan al-Nahrawalî.

Setiap tahun pada tanggal 12 Rabiul Awal, setelah melaksanakan salat magrib, keempat qadi Mekah (masing-masing mewakili mazhab yang empat)  dan kelompok-kelompok besar masyarakat, termasuk fukaha dan tokoh-tokoh kota Mekah, para syekh, guru-guru zawiyah dan para santrinya, kepala pemerintahan, dan para ilmuwan (muta’ammamîn, arti literalnya: ‘orang-orang yang diberi turban’) meninggalkan masjid dan berangkat bersama-sama mengunjungi tempat kelahiran Nabi saw. sambil melantunkan zikir dan tahlil (lâ ilâha illâ Allâh).  Rumah-rumah di sepanjang jalur perjalanan diterangi dengan lampu-lampu dan lilin-lilin besar.  Sebagian besar orang berhamburan.  Mereka mengenakan pakaian spesial dan membawa anak-anak bersama mereka.  Setelah tiba di tempat kelahiran, disampaikanlah suatu khotbah khusus untuk memperingati kelahiran Nabi saw., yang menguraikan berbagai keajaiban yang terjadi pada hari peristiwa tersebut.  Setelah itu dibacakanlah doa untuk Khalifah, Amir Mekah, dan Qadi Syafii, dan semuanya berdoa dengan kerendahan hati.  Sesaat sebelum salat isya dilaksanakan, seluruh orang balik dari tempat kelahiran Nabi saw. ke Masjidil Haram, yang sudah hampir penuh sesak, dan semua duduk bersaf-saf di bawah Maqam Ibrahim.  Di masjid, seorang pengkhotbah pertama-tama membacakan tahmid (alhamdulillah) dan tahlil, dan sekali lagi doa untuk Khalifah, Amir Mekah, dan Qadi Syafii dibacakan.  Setelah itu, azan untuk salat isya dikumandangkan.  Setelah salat, kerumunan itu pun bubar.24

 

Maulid di Negara-Negara Islam Sekarang

Di setiap negeri muslim sekarang ini, selalu ada masyarakat yang merayakan hari kelahiran Nabi saw.  Ini terjadi di Mesir, Syria, Lebanon, Yordania, Palestina, Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia,25 Sudan, Yaman, Libia, Tunisia, Aljazair, Maroko, Mauritania, Jibouti, Somalia, Turki, Pakistan, India, Srilangka, Iran, Afghanistan, Azerbaijan, Uzbekistan, Turkestan, Bosnia, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan banyak negeri Islam lainnya.  Di kebanyakan negara Arab, hari itu merupakan hari libur nasional. Sementara negeri-negeri ini merayakan peristiwa tersebut, sungguhlah ganjil bila sekarang muncul sekelompok kecil yang lantang menyuarakan bahwa perayaan tersebut haram.  Siapakah ulama-ulama yang menentang maulid ini, yang artinya sama saja menantang para tokoh hadis (huffâzh) dan para ulama umat seperti Abû Syâmah, al-‘Asqalânî, al-Suyûthî, al-Sakhâwî, al-Haytsamî, dan al-Qârî, yang telah menyatakan secara terbuka bahwa memperingati maulid adalah perbuatan baik?  Bagaimana mungkin sebagian pengikut Salafi itu mengutuk sesuatu yang bahkan ulama dari kalangan mereka yang paling keras pun, yaitu Ibn Taymiyyah, membolehkannya dengan persyaratan-persyaratan tertentu, dan sesuatu yang dianjurkan oleh Ibn al-Jawzî dan Ibn Katsîr, yang menulis buku kecil khusus yang diberi judul Mawlid, yang berisi syair-syair dan kupasan kehidupan Nabi saw.?

 

Catatan

19.  Al-Azraqî, Akhbâr Makkah, j. 2, h. 160.

20. Al-Naqqâsy dikutip al-Fasis, Syifâ’ al-Gharâm, j. 1, h. 199, dan yang lain.

21.  Ibn Jubayr, Rihâl, h. 114-115.

22. Abû al-‘Abbâs al-Azafî dan putranya Abû al-Qâsim al-Azafî dalam kitab yang belum diterbitkan, Kitâb al-Durr al-Munazhzham.

23. Ibn Bathûthah, Rihlah, 1:309 dan 1:347.

24. Ibn Zhâhirah al-Hanafî, al-Jamî‘ al-Lathîf fi Fashl Makkah wa Ahlihâ, h. 326; Imam Ibn Hajar al-Haytsamî, Kitâb al-Mawlid al-Syarîf al-Mu‘azhzham, al-Nahrawalî, al-I‘lâm bi A‘lâm Bayt Allâh al-Harâm, h. 205. Gambaran yang sama diberikan oleh al-Diyarbakrî (wafat 960) dalam kitabnya, Târîkh al-Khâmis.

 

Sumber:

Maulid dan Ziarah ke Makam Nabi SAW (Syekh Hisyam Kabbani QS)

Seri Akidah Ahlussunah, penerbit Serambi

Terjemahan dari:

The Prophet: Commemorations, Visitation and His Knowledge of the Unseen (Mawlid, ziyara, Ilm al-Ghayb), oleh Syekh Muhammad Hisyam Kabbani qs (KAZI Publications, 1998)

 

No comments: