04 April 2009

Kebutuhan akan Kepastian

Shuhba  Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

Liberating the Soul, Vol.1

  

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
 


Sangat tak mungkin bagi seseorang untuk meninggalkan sifat-sifat buruk setani dan berjalan di jalan yang
 lurus, kecuali  Allah SWT menolong mereka.  Oleh sebab itu kita harus memohon pertolongan Allah SWT untuk segala sesuatu.

Kalian tak dapat menjauhi perbuatan buruk bila kalian tidak memohon pertolongan Allah SWT, dan kalian tidak dapat meletakkan langkah kalian  dengan benar tanpa meminta kepada-Nya.  Oleh sebab itu ketika kalian ingin meninggalkan perbuatan nafsu setani, kalian harus memohon pertolongan Allah SWT dengan mengucapkan, ”`Audzubillahi minasy-syaithanir-rajiim.” Kalimat ini akan memberi perlindungan, menjadi benteng bagi kalian.

Setiap saat kalian merasa bahwa setan akan mengganggu, kalian harus mengatakan, “Oh Tuhanku, setan menginginkan aku untuk menjadi hambanya, menjadi pengikutnya.  Oh Tuhanku, jagalah aku dari setan yang terkutuk.”  Ini adalah kalimat yang penuh makna, meski  kitahanya mengucapkannya dengan lidah kita, hal ini akan memberi perlindungan, apalagi bila kita mengucapkan dengan hati kita, maka akan menjadi sangat kuat.

Dan ketika kalian memohon untuk mendapat jalan yang benar, kalian harus mengucapkan, Bismillaahir rahmaanir rahiim.“  Di akhir zaman ini, ketika kita ingin melangkah di jalan yang benar, 100 setan akan mengeroyok kalian dan mencegah kalian agar tidak bisa bergerak untuk melangkah ke jalan yang benar. Dan ketika kalian mengatakan,”Bismillaahir rahmaanir rahiim,“ ini akan membuat setan menjauh dan memberi kalian kekuatan untuk melangkah di jalan yang benar.

“Ya! Hal ini benar adanya,”Bismillaahir rahmaanir rahiim sangat kuat.  Ini adalah  kunci dari setiap kekuatan ajaib.  Semakin kuat hal ini  kalian yakini, meski kalian  letakkan kaki kalian di atas sungai, maka kalian dapat berjalan di atasnya.  Hanya keyakinan yang kuat yang dapat mencapainya.

Setiap orang mengetahui sesuatu,  tetapi hanya beberapa orang yang memiliki “keyakinan” sempurna.  Ilmu pengetahuan bisa saja dimiliki setiap orang, tetapi “keyakinan” hanya beberapa orang yang terpilih saja yang memilikinya.

Hasan al-Basri QS, semoga Allah SWT merahmatinya, adalah Imam yang terkenal.  Pada masanya Habib al-’Ajami QS yang bukan berasal dari Arab, tetapi dari Persia atau BukharaBeliau tidak membaca Qur’an seperti layaknya orang Arab, beliau bahkan seorang yang buta huruf.  Suatu ketika Hasan al-Basri QS datang dan melihat Habib al-`Ajami QS sedang melakukan salat Maghrib. Ketika Hasan al-Basri QS mendengar bahwa Habib al-`Ajami QS tidak bisa mengucapkan “al-hamdu,” tetapi ia mengucapkannya el-hemdu” maka Hasan al-Basri QS tidak mengikutinya menjadi makmum, tetapi ia melakukan salat sendiri.  Tiba-tiba Hatif ar-Rabbani, suara ilahi datang melalui kalbunya, Allah SWT kadang menelepon hamba yang dicintai-Nya, dan mereka mendengar apa yang diucapkan-Nya. ”Kecuali salat yang engkau lakukan tidak mengikuti Habib al-`Ajami QS, Aku menerima seluruh salatmu yang lain.”

Allah SWT mengatakannya melalui ilham yang dikirimkannya, dan Hasan al-Basri QS mendengarkannya. Allah SWT berkata, ”Engkau tinggalkan salat berjamaah hanya karena kata-kata yang diucapkannya, tidak melihat hati dari Imam di mana Aku bersamanya.  Aku melihat siapakah yang menjadi Imam dan Aku tak melihat pembacaannya,  Aku melihat ke dalam hatinya.  Jika hatinya bersama-Ku, maka Imam itu benar.  Jika hatinya tidak bersama-Ku, meskipun  ia membaca Quran dengan sangat indah, maka malaikat yang akan mengantarkan salatnya kepada-Ku.  Tetapi siapa pun yang salat dan hatinya bersama-Ku, maka Aku sendiri  yang langsung menerima salatnya tanpa perantaraan malaikat.” 

Oleh sebab itu orang yang salat terbagi menjadi dua macam: pertama, adalah orang yang salat dan ketika ia mengucapkan, Allahu Akbar,” ia meletakkan segala sesuatunya bersama Allah SWT semata, dan Allah SWT mengambil salatnya langsung dalam Hadirat-Nya.  Tetapi untuk seseorang yang mengucapkan, Allahu Akbar,” tetapi hatinya berkelana, memikirkan pekerjaannya, makan-minum, maka malaikat yang membawa salatnya itu kepada Allah SWT.

“Wahai Hasan al-Basri QS, Aku akan menerima seluruh salatmu demi para Imam yang kau tinggalkan karena caranya melantunkan Quran.”  Dan Imam Hasan  al-Basri QS mencucurkan air mata mendengarnya.

Suatu ketika Hasan al-Basri QS sedang duduk di pinggir sungai Tigris di Baghdad, menunggu perahu untuk menyeberangi sungai.  Habib al-`Ajami QS datang dan  berkata, ”Wahai ustadz, wahai tuanku, apakah yang kau tunggu?”  Hasan al-Basri QS menjawab, ”Aku menunggu perahu untuk menyeberang.” “Engkau adalah Imam dan kau duduk menunggu perahu di sini untuk menyeberang?”  “Mari ke sini, katakanlah Bismillah dan menyeberanglah.” Kemudian  Habib berkata, Bismillaahir rahmaanir rahiim dan menyeberangi sungai Tigris. Hasan al-Basri QS hanya bisa menangis, ”Orang `Ajam  ini, orang yang asing dan buta huruf menyeberangi sungai dengan ‘keyakinannya’ dan aku masih duduk di sini.”

Ya, Hasan al-Basri QS memiliki pengetahuan tentang kekuatan kalimat Bismillaahir rahmaanir rahiim,“ tetapi Habib al-`Ajami QS memiliki keyakinan yang kuat sementaraHasan al-Basri QS tidak cukup memiliki keyakinan untuk mengucapkan, Bismillaahir rahmaanir rahiim dan berjalan di atas permukaan air. Oleh sebab itu lebih baik memiliki “keyakinan yang  kuat” dibanding memiliki ilmu. Hal ini sangat penting.  Tetapi saat ini manusia selalu berlari  setelah belajar cukup banyak.  Apa keuntungannya?  Kalian dapat belajar begitu banyak tetapi juga akan lupa begitu banyak.  Tetapi “keyakinan” tak akan pernah meninggalkan kalian.  Keyakinan adalah inti dari ilmu pengetahuan.  Kalian bahkan dapat menanamnya dan ia akan tumbuh.

Suatu ketika ketika Habib al-`Ajami QS sedang duduk di khaniqah (tempat zikir), seorang takiyah (darwis pertapa), Hasan al-Basri QS datang berlari kepadanya, ”Wahai Habib, cepat sembunyikan aku.” Hasan QS berkata demikian karena tentara Khalifah Hajaj sedang mengejar untuk menangkapnya. “Masuklah ke dalam dan sembunyikan dirimu.”  Hasan QS masuk ke dalam dan menemukan tempat untuk bersembunyi.  Tak lama kemudian tentara datang dan menanyakan Habib, di mana Hasan al-Basri QS, ”Apakah kau melihat Hasan al-Basri QS?”  “Ya, aku melihat Hasan QS, ia ada di dalam.”  Tentara kemudian masuk ke dalam rumah mencari Hasan al-Basri QS, mereka mencari di setiap tempat, tetapi tak dapat menemukannya. “Apakah kau tidak malu berbohong kepada kami!  Di mana dia?  Hajaj akan menghukum orang yang tidak membantunya dan bekerja sama dengan Hasan al-Basri QS, kau katakan bahwa dia ada di dalam, apakah kau tidak malu berbohong seperti itu!” ”Dia di dalam, aku tidak berbohong, dia memang ada di dalam.”  Sekali lagi tentara itu mencari di dalam rumah, dan dengan sangat marah, mereka pergi karena tak menemukan Hasan al-Basri QS.

Kemudian Hasan al-Basri QS keluar, ”Wahai Syekh, apa yang kau lakukan?  Aku datang kepadamu meminta perlindungan, dan kau mengatakan bahwa aku ada di dalam.”

“Ya Hasan QS, Ya Imam, najaut min shidqi-l-kalam,” kau diselamatkan oleh kejujuranku.  Aku katakan yang sebenarnya dan Allah SWT melindungimu karena aku bicara jujur. Aku katakan, “Ya Allah, ini adalah Hasan al-Basri QS, hamba-Mu, ia datang kepadaku dan meminta pertolongan untuk menyembunyikannya. Aku tak dapat melindunginya, hingga aku percayakan dia kepada-Mu, Ya Allah, dan aku percaya Engkau akan melindunginya. Aku hanya berkata seperti itu kepada Allah SWT lalu membaca Ayat Kursi.   Oleh sebab itu meskipun tentara telah mencari ke seluruh penjuru dan telah memegang kepalanya, tetapi mereka tidak dapat melihatnya.  Ya, jika Allah SWT melindungi hamba-Nya, hal itu adalah benar.  Awliya adalah wakil Allah SWT.  Jika seseorang datang kepada seorang wali dan memohon untuk perlindungan, maka ia akan melindunginya di dunia dan di akhirat nanti.  Inilah karamah Awliya, mukjizat para Nabi dan keajaiban untuk para Awliya.  Kita membutuhkan keyakinan itu.

Sekali lagi, Hasan al-Basri QS datang untuk menjenguk Habib al-`Ajami QS.  Ketika Hasan QS tiba, Habib membawa dua potong roti, meletakannya di depan Hasan al-Basri QS sebagai penghormatan kepada tamunya.  Ketika baru saja Hasan al-Basri QS akan makan, seorang yang lapar datang dan meminta makanan untuk rida Allah SWT.  Kemudian Habib mengambil kedua potong roti itu dari Hasan al-Basri QS dan memberikannya kepada pengemis lapar itu.

Kemudian Imam Hasan QS bertanya, ”Wahai Syekh, engkau memang orang baik, tetapi bila engkau memiliki pengetahuan Syari’ah itu akan lebih baik untukmu Syekh.” “Kau harus tahu, walaupun sedikit--tentang Syari’ah,  aku bermaksud mengatakan, seharusnya engkau memberikan sepotong roti saja untuk pengemis lapar itu dan sepotong roti untukku akan lebih baik daripada memberikan kedua potong roti tadi kepada orang itu.”

Habib al-`Ajami QS tidak berkata apapun.  Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu rumahnya, kemudian Syekh menyuruh Hasan al-Basri QS untuk melihat siapa di sana.  Ternyata seseorang yang membawa sekeranjang penuh makanan. “Bawa keranjang  itu ke sini.”  “Sekarang makanlah, kau tahu begitu banyak ilmu Syari`ah, tetapi sedikit keyakinan.  Beliau berkata kepada Hasan al-Basri QS. “Meski engkau memiliki begitu banyak ilmu Syari`ah, tetapi engkau memiliki begitu sedikit keyakinan.  Engkau harus berusaha untuk memiliki lebihbanyak lagi keyakinan.”

Karena Habib al-`Ajami QS memiliki “kepastian” apabila ia memberi seorang yang membutuhkan karena Allah SWT, maka Allah SWT “pasti” akan membalasnya lebih banyak dari yang ia berikan. “Engkau marah ketika aku memberikan dua potong roti kepada pengemis itu, coba lihat, jika aku tak memberikan kedua potong roti tadi, maka makanan ini tidak akan datang. Aku yakin ketika aku memberi, maka Allah SWT akan mengembalikan paling sedikit sepuluh kalinya.”

Ya.  Oleh karena itu keyakinan lebih banyak memberikan keuntungan kepada setiap orang dan kita sangat membutuhkan “keyakinan” itu. Bila tanpa keyakinan maka ilmu pengetahuan tak akan ada gunanya.  Hal ini seperti hiasan ornamen yang membolehkan seseorang berkata, ”Kami adalah dokter, kami adalah ilmuwan”. 

Apakah “keyakinan” itu? Seseorang mengatakan, ”Jika aku meletakkan tanganku di dalam mulut naga dan hatiku berkata tidak apa-apa, maka aku tidak takut bahwa naga itu akan memakan tanganku.” “Bukan, bukan  itu, saya yakin dengan pasti, bila Allah SWT memberi perintah untuk menggigit, maka naga itu akan menggigit tanganmu. Oleh karena itu dengan keyakinan apabila Allah SWT mengizinkan naga itu tidak akan menggigit, maka aku tidak takut meletakkan tanganku ke dalam mulut naga itu.”

Imam Syaarani QS, salah satu dari hamba yang “tawakul”, seseorang yang percaya kepada Allah SWT sepenuhnya, ia berkata, ”Suatu  ketika aku sedang dalam perjalanan, dan waktu itu dekat saat Maghrib. Aku melihat kubah dan aku berjalan mendekatinya.  Ketika aku masuk, aku melihat kuburan di sana, di bawah reruntuhan bangunan.  Tiba-tiba seorang petani berlari ke arahku dan berkata, ”Wahai Syekh, jangan tinggal di sini, kau ikut kami saja, desa kami dekat sini.  Di sini adalah tempat yang sangat berbahaya, apalagi bila malam tiba.  Begitu banyak ular yang sangat besar datang dan pergi, apabila ada orang yang tidur di sini, pagi harinya kami hanya menemukan tulang mereka saja. Mereka memakannya, hanya tulangnya saja yang tersisa. Oleh karena itu kami memperingatkan engkau untuk tidak tidur di sini.”

Kemudian Imam Syaarani QS berkata kepada petani itu, ”Wahai saudaraku, ketika engkau katakan hal itu, aku tak dapat pergi, aku tak dapat pergi walau hanya satu langkah saja. Karena ketika kalian memperingatkan aku akan ular besar itu, egoku begitu takutnya akan ular itu, dan tidak takut kepada Allah Azza wa Jalla Oleh karena itu aku tidak dapat pergi bersama kalian.  Aku tak dapat menerima tawaran kalian.  Aku harus tidur di tempat ini malam ini.  Ini lebih baik untuk mendidik nafsuku bahwa aku akan dimakan ular itu. Karenanya tak mungkin aku meninggalkan tempat ini. “Wahai Syekh, engkau mengetahui yang terbaik, engkau adalah Syekh dan kami orang biasa.  Kami mengundangmu dan kami juga telah memperingatkanmu akan ular besar itu.” “Ya, terima kasih banyak.”  Kalian boleh pergi dan aku akan tinggal di sini malam ini.  Jika kalian menawariku ke tempat kalian tanpa memperingatkanku tentang bahaya ular ini, tentu aku dengan senang hati akan menerima tawaran kalian. Tetapi ketika kalian mengatakan ular yang sangat berbahaya dan ini adalah tempat yang berbahaya, maka aku tak dapat pergi dari sini meski hanya satu langkah, pergilah kalian.”

Maka akhirnya para petani itu pergi,  dan pagi-pagi sekali mereka bergegas ke tempat itu kembali dengan membawa kain untuk menguburkan tulang-belulang Syekh Syaarani QS. Tetapi mereka melihat Syekh sedang duduk berzikir dan ular besar itu berbaring melingkarinya di sebelahnya seperti kayu.  Ketika Syekh berbaring, ular-ular itu melingkarinya seperti kasurnya dan berkeliling menjaganya sambil berdesis.  Ya, bila kalian mengetahui dan percaya pada Allah SWT, maka Allah SWT akan melindungimu.

Jika kalian dekat dengan Allah SWT, maka segala sesuatu akan dekat dan bersahabat denganmu.  Inilah “kepastian,” dan hal ini sangat penting!” Dan kita semua harus berusaha untuk menumbuhkan keyakinan kita.  Tidak hanya mempelajari seluruh isi al-Quran dan Hadis, tetapi juga berusaha mendapatkan kekuatan rahasia  dari huruf al-Quran, hal ini akan memberikan “kepastian” untuk diri kita.

Siapa pun yang memiliki sesuatu, ia  bisa memberi, jika ia tidak memiliki bagaimana ia akan memberi.  Kalian meminta roti pada seseorang, jika ia punya ia akan memberikannya kepadamu, jika ia tak punya, bagaimana ia akan memberikannya kepada kalian.

Kepastian merupakan sifat Nabi. Kepastian mereka telah membawa Malaikat Jibril AS turun dari surga kepada mereka. Dan begitu juga dengan kepastian Awliya. Kalian bisa mengandalkan kepastian mereka.  Seluruh Awliya memiliki kepastian dan kalian tidak akan menemukan seorang Wali tanpa kepastian. Jadi kita memohon kepada Allah SWT untuk mencari kepastian tersebut.

Ada lampu yang hanya 5 watt ada yang 100 watt, sebanyak itu mereka meminta ‘kepastian’ kepada Allah SWT, maka sebanyak itu yang akan diberikan.  Kita sangat membutuhkan hal itu.  Semoga Allah SWT memberkahi dan memaafkan kalian, dan menjamin kepastian-Nya dari orang-orang yang disayangi-Nya, Amin.

Wa min Allah at Tawfiq

 

No comments: