25 June 2009

Zaman Namrudz akan Segera Berakhir

Shuhba  Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

Lefke, Siprus: 9 Mei 2005 

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

 

 

…Setiap orang ingin menjadi nomor satu.  Tak seorang pun mau menjadi yang ke-2.  Ini adalah karakteristik diri kita. Tak seorang pun senang untuk menjadi orang ke-2.  Semua menginginkan untuk menjadi pimpinan, di mana pun.  Di zaman kita sekarang, begitu banyak orang di militer ingin untuk menjadi nomor satu, tak ingin berada di bawah suatu pemerintahan sipil.  Mereka semua ingin menjadi orang pertama.  Setiap orang ingin menjadi pusat kekuasaan, agar setiap orang lainnya berkata padanya, “Baik, Tuan!” dan mencium kedua tangannya, kakinya, dan sepatunya!  Agar diri mereka dapat menempatkan alas sepatunya di atas kepala orang lain dan mengatakan, “Kalian adalah hamba-hambaku!” Itulah jalan Setan, di mana ratusan orang dibunuh untuk membuat yang lainnya berada di bawah perintah mereka.  Setiap orang ingin untuk menjadi seorang tiran dan tak seorang pun mengatakan padanya, “Tidak!”

 

Jika manusia tidak senang apabila seseorang mengatakan padanya, “Tidak”, bagaimanakah dengan Tuhan segenap alam ini, ketika Setan mengatakan pada-Nya, “Tidak, aku tak akan bersujud (pada Adam AS)!”  Itulah suatu perbuatan yang demikian angkuh dan buruk tak terkira.  Allah SWT menjawab kepadanya, “Kau seorang setan, pergi!”  Inilah karakteristik Setan, dan sifat seperti ini ada dalam diri manusia melalui ego (nafsu=kedirian) mereka, yang memiliki struktur yang sama. Setiap orang membawa dalam diri mereka karakteristik ego yang terburuk, hal pertama yang akan mereka lakukan saat diberikan suatu kesempatan untuk menginjak kepala orang-orang, adalah mereka akan berkata, “Akulah tuhan kalian.”  Sama seperti ketika Firaun berkata, “Akulah tuhan tertinggi kalian, jadilah kalian adalah budak-budakku yang taat.”

 

Sebagaimana Grandsyekh saya (Mawlana Sulthanul Awliya’ Syekh ‘Abdullah Faiz ad-Daghestani QS) selalu berkata, “Mengapakah Muhammad SAW, menjadi seseorang yang paling terpuji dan terhormat di Hadirat Ilahi?  Karena beliaulah yang paling rendah hati di antara seluruh ciptaan (makhluk) Allah SWT.” Beliau selalu duduk seakan bagai seorang hamba di hadapan tuan pemiliknya, dan selalu pula makan sebagai seorang hamba atau pekerja yang makan di hadapan tuan pemiliknya.  Beliau tak pernah duduk di atas meja.  Karena itulah, tak seorang pun mencapai kedudukan seperti beliau di Hadirat Ilahiah, tak seorang pun dihormati dan dipuji di Hadirat Ilahiah sebanyak Penutup para Nabi SAW.  Karena itulah, Allah SWT memberikan salam bagi beliau, dengan mengatakan, “As-Salaamu ‘Alayka Ayyuha an-Nabiyyu”, “Keselamatan bagimu, wahai Nabi SAW!” Dia Subhanahu wa Ta’ala tidak mengatakan, “Keselamatan bagimu, wahai Muhammad SAW.”  Tidak!!  Melainkan Ia Subhanahu wa Ta’ala mengatakan, “Keselamatan bagimu, Wahai Nabi SAW!”  Dan kita kini mengulangi salam dari Allah SWT bagi Nabi SAW tersebut lima kali dalam salat-salat harian kita, saat kita melakukan tasyahhud.  Salam Ilahiah ini tidaklah dikaruniakan bagi siapa pun yang lain.  Ini adalah puncak tertinggi suatu pujian dari Tuhan segenap alam bagi Nabi-Nya.  Beliau telah mencapai suatu puncak tertinggi di mana tak seorang pun yang lain mencapainya, semata karena kerendahan hatinya.  Karena itu pula, beliau mewakili Keagungan Allah SWT dalam seluruh ciptaan.  Ego Nabi SAW telah habis dan berserah diri, tak seperti ego-ego kalian.  Tak ada lagi pemberontakan, mengatakan, “Tidak, tidak…”  Tidak! Melainkan beliau adalah dia yang paling tawadhu’ (rendah hati) di Hadirat Ilahiah.



 Berbagai gedung tinggi yang merepresentasikan ego Namrudz.


Wahai manusia yang mencari kehormatan di Hadirat Ilahi, berusahalah untuk lebih tawadhu’!  Namun, kini, Setan tengah mengajari manusia bagaimana menjadi yang pertama, nomor satu.  Setan mengajari manusia bagaimana memiliki ego seperti ego Namrudz.  Karena itulah, setiap orang kini ingin mewakili Namrudz, bukan untuk mewakili Sang Penutup Para Nabi, Sayyiduna Muhammad SAW.  Itulah masalah zaman ini, (jika demikian) bagaimana mereka dapat menjadi orang yang berbahagia? Mereka hanya akan berperang satu sama lain.  Kehormatan sejati hanya dapat diperoleh dengan berusaha untuk ber-tawadhu’ sebanyak mungkin.  Hanya dengan jalan seperti itulah, kalian akan bangkit dan naik.  Tetapi, selama kalian mengatakan, “Aku, Aku, Aku adalah presiden, Aku adalah perdana menteri, Aku Jenderal, Aku Letnan…” maka Setan akan membusanai diri kalian dengan sifat-sifat Namrudz.

 

Hari ini, sekelompok kecil manusia tengah menaruh manusia lainnya di bawah kaki mereka, di Eropa, Afrika, Arabia, Amerika, Asia, di mana pun.  Tetapi, ini akan berakhir.  Begitu banyak tanda bermunculan saat ini, dan orang-orang akan berkata pada ‘hewan-hewan liar’ tersebut, “Cukup!” Kami harus merobohkan tiran-tiran itu, memotong-motong mereka  dan membawa mereka ke bawah kaki kami.

 

Kini, musim panas tengah datang dan musim dingin baru berlalu.  Pemerintahan musim dingin telah habis, dan musim panas tengah mengambil kekuasaan di tangannya.  Sang Musim Panas berkata pada sang Musim Dingin, “Segala sesuatu kini berada di bawah kekuasaanku, aku mengalahkan pemerintahanmu…” Kini, pemerintahan para tirani telah habis.  Sejak 1789 hingga sekarang, adalah musim mereka. Kinilah saatnya mereka akan mengembalikan apa yang mereka ambil dari rakyat, dan rakyat akan menaruh para tiran itu di bawah sol sepatu mereka, dibantu oleh dukungan langit!  Tak ada pasukan atau perwira militer yang mampu menyelamatkan tiran-tiran itu…

 

Semoga Allah SWT tak pernah meninggalkan diri kita pada karakteristik ego yang kotor, dan semoga Ia Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan pada kita hamba-hamba-Nya yang terberkahi oleh-Nya untuk menyelamatkan diri kita dari kezaliman seperti itu.  Semoga Ia Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan ular-ular ke kepala para tiran itu untuk menelan mereka.  Panji-panji Islam mesti bangkit dan panji-panji Setan harus turun ke bawah kaki.

 

Ini bukan kata-kata saya, ini adalah pidato langit.  Saya pun tak tahu apa yang tengah saya ucapkan, tetapi mereka mengirimkan dan memancarkannya melalui diri saya dari tempat sederhana ini ke seluruh dunia.  Terserah kalian untuk mendengarkannya.

No comments: