26 December 2012

Sayyidina `Ali (r), Gerbangnya Ilmu



Mawlana Syekh Hisyam Kabbani
14 Desember 2012    Burton, Michigan
Khotbah Jumat di As-Siddiq Institute and Mosque


Alhamdulillah, alhamdulillahii nasta`iinuhu wa nastaghfiruhu was nastahdiihi wa na`uudzuu billaahi min syuruuri anfusinaa wa sayyiaati `amaalinaa wa nasyadu an laa ilaaha illa-Llah, wahdahu laa syariika lah, wa nasyadu anna Muhammadan `abduhu wa habiibuhu wa rasuuluh...
ayyuha ’l-mu’minuun al-hadhiruun.

إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Ittaqullaha wa athi`uuh. Inn Allah ma`a ‘Lladzina at-taqaw wa ‘Lladzina hum muhsinuun.
Wahai orang-orang yang beriman!  Bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (Surat an-Nahl, 16:128)

Wahai Mukmin!  Nabi (s) tidak meninggalkan apapun tanpa beliau (s) jelaskan, dan beliau (s) membimbing kita melalui para Sahabatnya (r), khususnya Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (r), Sayyidina `Umar (r), Sayyidina `Utsman (r) dan Sayyidina `Ali (r).

Nabi (s) bersabda,
أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم
Ash-haabii ka 'n-nujuum bi ayyihim aqtadaytum ahtadaytum.
Sahabatku bagaikan bintang-gemintang (di malam yang gelap); siapapun yang kalian ikuti, kalian akan terbimbing.
(`Abd ibn Humayd, ad-Daraqutnii, ibn `Adiyy, ibn `Abd al-Barr, dengan sanad yang tidak sahih, tetapi maknanya sahih.)

Bergunung-gunung ilmu dan tidak ada seorang pun yang mampu memahami Nabi (s) sebagaimana keempat khalifah ini.  Nabi (s) menjadikan Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (r) yang menemaninya ketika hijrah dari Mekah ke Madinah, dan beliau (s) berkata bahwa iman Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq (r) adalah lebih besar daripada semua Sahabat (r).  Dan mengenai Sayyidina `Umar (r), Nabi (s) bersabda, “Jika setelahku masih ada nabi, maka `Umar-lah yang akan menjadi nabi itu.”  Dan Sayyidina `Utsman (r) disebut sebagai “Dzi 'n-Nurayn,” Penerima Dua Cahaya, karena beliau menikah dengan dua di antara putri-putri Nabi (s).  Beliau juga menyusun Kitab Suci al-Qur’an dan menempatkan setiap ayat di posisinya masing-masing.  Dan untuk Sayyidina `Ali (r), yang merupakan topik dari khotbah Jumat hari ini, Nabi (s) bersabda,
أنا مدينة العلم و علي بابه
Anaa madinatu 'l-`ilmi wa `Aliyyun baabuha.
Aku adalah kotanya ilmu dan `Ali adalah pintu (atau gerbangnya). (al-Haakim, Tirmidzi)

Allah (swt) telah mengaruniai Sayyidina `Ali (r) dengan banyak hal.  Diriwayatkan oleh Sayyidina `Ali (r) di dalam Sahih Bukhari:

عن علي قال : أنا أول من يجثو للخصومة بين يدي الرحمن يوم القيامة قال قيس وفيهم نزلت هذان خصمان اختصموا في ربهم قال هم الذين بارزوا يوم بدر علي وحمزة وعبيدة وشيبة بن ربيعة وعتبة بن ربيعة والوليد بن عتبة
Anaa awwala man yajtsuu’l-khusuumata bayna yadaayi ’r-rahmaana yawm al-qiyamah. Qaala Qays wa fiihim nazalat haadzaan khashmaan ‘khtashamuu fii rabbihim. Qaala humu’Lladziina baarazoo yawma badrin: `aliyyin wa hamzata wa `ubaydata wa syaybata bin rabi`ata wa `utba bin rabi`ayata wa’l-waliid ibn `utba.

Nabi (s) bersabda, “Aku akan menjadi yang pertama di antara Tangan ar-Rahmaan pada Hari Kiamat.  

Pada saat itu, Allah (swt) akan memberinya kekuatan syafaat untuk membantu manusia.  Ibn `Asakir (r) menyebutkan bahwa Sayyidina `Ali (r) telah disebutkan di dalam kitab suci al-Qur’an lebih banyak daripada yang lainnya dan lebih dari 300 ayat diturunkan mengenai beliau, itu artinya Sayyidina `Ali (r) adalah seseorang yang dimuliakan oleh Allah!  Bagaimana tidak, beliau adalah menantu Nabi (s) dan merupakan salah satu dari ulama besar yang Allah kirimkan bagi manusia, karena setelah Nabi Muhammad (s) tidak ada lagi nabi lainnya.  Sayyidina `Ali (r) adalah salah satu `ulama, ‘ar-Rabbaniyyuun,’ ulama-ulama besar yang muncul setelah Nabi (s).

Umm Salama (r) meriwayatkan dari Nabi (s), “Sayyidina `Ali (r) bersama kitab suci al-Qur’an dan al-Qur’an bersama Sayyidina `Ali (r),” artinya beliau membawa al-Qur’an sepenuhnya di dalam kalbunya, bukan seperti kita membaca kitab suci al-Qur’an, tetapi beliau dapat mengekstrak makna dari setiap ayat al-Qur’an, dan dari setiap kata dan huruf, beliau dapat mengekstrak maknanya.  Kalian mungkin bertanya, “Bagaimana beliau dapat mengekstrak makna dari sebuah kata?”  Ada banyak huruf di dalam kitab suci al-Qur’an yang memulai beberapa surat dan huruf-huruf itu merupakan kode.  Demikian pula, setiap ayat dan setiap kata di dalam al-Qur’an mempunyai kode-kode dan Sayyidina `Ali (r) mampu mengekstrak rahasia-rahasia itu.  Kini kalian mempunyai kode untuk kartu plastik yang kalian gunakan di mesin-mesin ATM.  Serupa dengannya, huruf-huruf ini adalah kode-kode rahasia yang Allah (swt) turunkan kepada Nabi (s), yang kemudian menurunkannya kepada beberapa Sahabatnya dan kita tahu bahwa Sayyidina `Ali (r) adalah salah satu yang dapat mengekstrak makna dari huruf-huruf itu.  

Suatu ketika orang bertanya kepada Sayyidina `Ali (r) mengenai `ilm dan beliau berkata,

العلم يرفع الوضيع والجهل يضع الرفيع.
Al-`ilmu yarfa`u 'l-wadhii` wa 'l-jahl yadha`u 'r-rafii`
Ilmu akan mengangkat mereka yang berada di derajat yang rendah.

Ketika kalian mempelajari ilmu duniawi, bahkan jika kalian berasal dari keluarga yang sangat miskin atau dari keluarga yang tidak memenuhi tugasnya dalam melaksanakan Syariah, dan setiap orang melihat kalian seolah-olah kalian berasal dari keluarga kelas bawah, tetapi bila kalian mempunyai ilmu, maka tidak ada orang yang dapat berkata apa-apa.  Kalian dapat menjadi seorang profesor, dan tak seorang pun yang dapat bicara buruk mengenai keluarga kalian, karena Allah (swt) mengangkat mereka dari kelas bawah ke kelas yang lebih tinggi.  Jadi bagaimana menurut kalian mengenai seseorang yang mempunyai ilmu tentang Islam dan hakikat, di mana Nabi (s) bersabda, “Aku adalah kotanya ilmu dan Sayyidina `Ali (r) adalah pintunya.” Ini artinya tidak ada seseorang yang dapat memberikan ilmu seperti yang diberikan oleh Sayyidina `Ali (r) dan tidak ada yang dapat menyerupainya!

Sayyidina `Ali (r) berkata:
Kebodohan dan kesombongan akan menjatuhkan derajat seseorang.
Itu artinya ilmu mengangkat kalian dan kebodohan menjatuhkan kalian.

Sayyidina `Ali (r) said:
العلم خير من المال
Al-`Ilm khayrun min al-maal.
Ilmu lebih baik daripada uang.

Suatu hari kalian akan mati dan tidak membawa apa-apa bersama kalian.  Di masa dulu, sebuah rumah dari tanah liat dianggap sebagai istana, sementara yang lain mempunyai rumah dari jerami; tetapi sekarang mereka tidak bisa menerima hal itu karena mereka menginginkan rumah-rumah yang bagus; namun demikian pergilah ke Afrika dan kalian masih dapat menemukan rumah-rumah dari tanah liat atau pergilah ke Siprus dan kalian akan melihat bahwa bahkan rumah Mawlana Syekh Nazim (q) pun dibuat dari tanah liat!  Itu adalah rumah yang sederhana dan sekarang orang-orang menginginkan istana karena mereka penuh dengan Setan jika mereka tidak mengikuti Syari`atullah.  Rumah-rumah dari tanah liat adalah rumah yang penuh kedamaian dan menentramkan dan ketika kalian tinggal di sana, kalian tidak mempunyai sifat sombong di dalam hati kalian, karena kalian tinggal di rumah yang sederhana, sementara orang yang tinggal di rumah yang besar mungkin berkata, “Aku lebih baik dari yang lain, aku kaya.”

Jadi Sayyidina `Ali (r) berkata, “Ilmu lebih baik daripada kekayaan,” karena kalian tidak bisa membawa kekayaan kalian ke dalam kubur tetapi ilmu adalah sesuatu di mana orang dapat mempelajarinya dan itu adalah Shadaqat al-Jariyyah, amal yang pahalanya terus mengalir, sebagaimana Nabi (s) bersabda,
Amal dari anak cucu Adam terputus kecuali tiga: 1) Shadaqah al-Jariyyah, (misalnya membangun sebuah masjid, rumah bagi anak yatim, rumah sakit, dll); 2) Anak yang saleh, yang berdoa bagi kalian dan ketika anak itu mengucapkan, “Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim,” pahala mereka dalam membaca kitab suci al-Qur’an akan tertulis bagi kalian di dalam kubur; dan 3) ilmu yang bermanfaat bagi manusia.

Jadi untuk meninggalkan ilmu yang bermanfaat adalah dengan cara belajar dan mengajarkan orang lain, bukannya belajar lalu menyimpannya untuk diri sendiri.  Syariah memerintahkan kita untuk mengajarkan apa yang kita ketahui dan bukannya menyimpannya untuk diri sendiri.

Sayyidina `Ali (r) berkata, “`Ilm lebih baik daripada uang.”  Uang harus dijaga, kalian selalu melihat pada kotak penyimpanan uang atau khawatir apakah bank yang menyimpan deposit kalian aman, dan berbagai isu-isu lain yang masuk ke dalam pikiran kalian.  Kalian menjaga uang kalian.  Apa yang beliau katakan?  “Ilmu akan menjaga kalian agar selamat, sementara kalian harus menjaga uang kalian,” jadi di lain pihak, ilmu akan menjaga kalian agar tetap selamat.  Al`ilmu haakiman, “Ilmu akan memegang kendali,” dan seseorang dengan ilmu akan mampu memberi penilaian, meskipun tanpa uang.

Dan kita akan akhiri dengan yang satu ini.

قصم ظهري رجلان عالم متهتك وجاهل متنسك
qashurra zhahri rajulaan, `aalimu mutahattik wa jaahilun mutanassik
Dua tipe manusia yang mematahkan punggungku, seorang ulama yang bangga dan kasar terhadap orang dan seorang bodoh yang zuhud.

Tipe terakhir seperti orang yang dengan malas duduk di sudut hanya mengingat Allah.  Tetapi Allah ingin agar hamba-hamba-Nya untuk menolong, untuk bekerja dan menjadi baik, bukannya untuk duduk di sudut, menjadi orang yang malas, dan mengulurkan tangannya untuk meminta-minta!

Tipe pertama adalah seorang yang `alim, yang berilmu tetapi ia bangga terhadap dirinya.  Ia akan membuat orang lari darinya, karena ia sombong; dan orang yang duduk di sudut, di mana orang mengira ia seorang wali besar dan `alim, membuat orang menyimpang dari Jalan Syariah dan mengikuti jalannya.  Jadi, orang harus sangat berhati-hati, dan Sayyidina `Ali (r) tidak mengatakan sesuatu tanpa alasan, beliau mengatakan itu sebagai suatu peringatan!

Ilmu adalah reservoir bagi peradaban, bukannya peradaban seperti yang mereka definisikan sekarang, bukannya dunia yang sekarang, yang membawa kita entah ke mana.  Orang-orang terdahulu adalah orang-orang ‘beradab’ karena mereka mempunyai ilmu tentang akhirat dan mereka semua dijanjikan Surga.  Semua Sahaabah (r) akan masuk Surga, jadi kita harus mengikuti jejak mereka!

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Qul in kuntum tuhibbuuna 'Llaaha fattabi`uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum w 'Allaahu Ghafuuru 'r-Rahiim.
Katakanlah (wahai Muhammad), "Jika engkau (sungguh) mencintai Allah, maka ikutilah aku! Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surat Aali-`Imraan, 3:31)

Kini, banyak praktik di Barat yang berasal dari Islam tetapi kita tidak menggunakannya, misalnya kebebasan untuk bicara dan kebebasan beragama.  Nabi (s) memberi kebebasan kepada kaum Yahudi dan Nasrani selama bertahun-tahun di Madinah dan beliau (s) berusaha untuk membangun perdamaian dan hubungan yang baik, sebagaimana Allah (swt) berfirman,

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ
W `atasimuu bi hablillaahi jamiyy`an wa laa tafaraquu.
Berpegang teguhlah pada Tali Allah dan jangan bercerai-berai. (Surat Aali-`Imraan, 3:103)

Wahai Muslim! Tugas Islami kita adalah menjaga perdamaian, menuntut ilmu dan bersikap tawaduk.

Wa min Allahi 't-tawfiiq, bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

© Copyright 2012 Sufilive. All rights reserved. This transcript is protected
by international copyright law. Please attribute Sufilive when sharing it. JazakAllahu khayr.

No comments: