14 May 2008

Jangan Melihat Kesalahan Orang Lain/ Bagaimana Cara agar Terbebas dari Karakter Buruk

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS berkata bahwa semua nasihatnya bagaikan peluru senapan, yang diberikan kepada kalian untuk digunakan melawan musuh. Tetapi kalian hanya mengambil dan menyimpannya. Padahal kami memberi kalian untuk digunakan, itulah maksud kami. Kami memberi kalian peluru untuk berbagai macam sasaran, ada yang dekat dan ada pula untuk sasaran di balik gunung. Namun demikian, tetap saja Grandsyekh berkata, “Aku tidak menemukan orang yang menjaga nasihatku.” Saya berharap kalian semua memperhatikan nasihatnya.

Grandsyekh bertanya apakah yang tidak disukai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW? Kalian harus tahu, dan bila sudah tahu, jagalah diri kalian dari hal itu. Beliau menjawab bahwa yang tidak disukai Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah membicarakan kesalahan orang lain. Allah SWT telah melarang hal ini. Ini adalah sebuah dosa besar dan merupakan perbuatan terburuk yang dilakukan oleh seseorang. Kalian juga mempunyai kesalahan, setiap orang mempunyai banyak kesalahan, dan kalian harus mempertanggungjawabkan kesalahan kalian kepada Allah SWT. Jadi mengapa kalian melihat kesalahan orang lain? Kalian harus menghilangkan kesalahan kalian sendiri. Bila seseorang melihat kesalahan orang lain, rasa hormat kepadanya akan hilang dari dalam hatinya, dan kecintaan terhadapnya pun akan musnah. Oleh karena itu, hal ini sangat dilarang. Begitu banyak kesalahan yang dilakukan orang lain, sehingga bila kita memperhatikannya semua, maka semua orang akan menjadi musuh kita. Hal ini akan memecah belah umat, kemudian Setan akan menangkap kita. Islam menyerukan agar kita membangun rasa cinta dan hubungan yang kuat di antara sesama manusia, saling melindungi dari kejahatan dan memperkuat keimanan. Dengan demikian, kita diperintahkan untuk beribadah secara berjamaah sehingga iman kita akan menjadi lebih kuat.

Grandsyekh berkata bahwa kita harus berhati-hati karena Setan akan berusaha membuat ibadah kita tidak diterima. Ibadah kita tidak diterima bila kita meminta suatu imbalan setelah melakukannya. Kita harus memohon agar ibadah itu hanya untuk mendapat keridaan Allah SWT semata. Ketika seluruh keinginan ego telah hilang, maka seseorang bisa disebut hamba Allah SWT. Mencari imbalan dalam beribadah bagaikan orang yang menyembah berhala. Ketulusan berarti hanya mengharapkan rida Allah SWT. Begitu banyak orang yang beribadah kemudian melakukan keinginan egonya. Ini berarti bahwa mereka adalah hamba Allah SWT dan juga hamba Setan. Itu adalah jalan yang berbahaya. Sampai kita menjadi bersih dari karakter buruk, kita tidak dapat terbebas dari Setan, dunia ini, ego kita, dan hasrat untuk menonjolkan diri. Sampai kalian tahu di mana kalian menapakkan kaki kalian, apakah di jalan yang benar atau salah, hati kalian masih perlu diluruskan. Kalian harus tahu dan menyadari di mana kalian meletakkan kaki kalian. Dalam tidur yang singkat bisa saja terjadi bencana yang berbahaya. Oleh sebab itu kita perlu untuk selalu mengulang kalimat syahadat, untuk menempatkan diri kita di jalan yang benar.

Sampai kita terbebas dari karakter buruk, kita tidak bisa memperoleh iman yang sejati, dan jika tidak ada iman yang sejati, maka tidak ada kehidupan yang sejati, kehidupan yang kekal. Siapa pun yang bisa mewujudkan kehidupan sejati di dunia ini, maka ia akan hidup di kuburnya, tubuhnya tidak akan berubah menjadi debu. Itu adalah tanda dari Allah SWT bahwa ia telah meraih kehidupan sejati. Bagaimana kita dapat membebaskan diri dari karakter buruk? Salah satu karakter buruk adalah berbangga hati. Iblis diusir dari Hadirat Ilahi karena kebanggaannya. Jika seseorang tidak cukup rendah hati untuk menerima pelajaran dari seseorang, berarti ia merasa bangga. Kalian harus memiliki guru tarekat untuk menunjukkan kepada kalian bagaimana melaksanakan syariah dalam diri kalian. Guru itu belajar dari Syekhnya bagaimana menggunakan syariah pada dirinya. Tidak ada ahli bedah yang tidak pernah menyaksikan operasi pembedahan, tetapi hanya belajar lewat buku-buku.

No comments: