14 May 2008

Perhatikan Sisi Baik Seseorang

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Ini adalah nasihat Grandsyekh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani QS kepada kita, para pengikut tarekat, dan orang-orang yang mengaku religius, atau bagi orang-orang yang berkata, “Aku adalah manusia, oleh sebab itu Aku harus menjaga salah satu perilaku baik yang terbaik, yaitu berpikir dalam hati mengenai kebaikan orang.” Sebaliknya, bila kita memikirkan perihal buruk tentang seseorang maka kita akan mendapat suatu akhir yang buruk. Allah SWT senang bila kita mempunyai pikiran yang baik terhadap orang lain. Baik dan buruk dapat ditemukan dalam diri seseorang, keduanya siap untuk beraksi. Baik atau buruk reaksi yang ditimbulkan tergantung pada perlakuan kalian terhadapnya. Misalnya, jika Saya menghormati kalian, kalian akan merasa senang dan menunjukkannya kepada Saya. Kita perlu melihat orang dari sisi baiknya sehingga sisi itulah yang akan tampak. Bila kalian berpikir positif tentang seseorang berarti perlakuan dirimu terhadapnya akan menjadi baik. Perlakuan yang baik adalah dengan memberi hormat. Jika kalian melakukannya paling tidak kalian akan menghindari kejahatan dalam diri kalian. Kejahatan bisa timbul dari siapa saja. Ini adalah suatu nasihat yang keras. Kita harus memberi hormat kepada semua orang, karena setiap orang mempunyai sisi baik. Allah SWT menyukai bila hamba-Nya dihormati, walaupun mereka adalah para pendosa, karena Allah SWT memberi anak cucu Adam AS kemuliaan yang tidak terhingga dalam Hadirat Ilahi. Kalian tidak akan menemukan seorang ayah yang senang bila anaknya dihina, walaupun anak itu merupakan salah satu anak yang ternakal. Jika seorang ayah berkata, “Anakku nakal.” Saya harus mengatakan, “Akar yang baik, cabangnya juga baik, jangan khawatir, itu hanya soal kedewasaan.” Ia akan merasa senang terhadap saya. Semua ayah seperti ini.

Suatu ketika Sayyidina ‘Ali RA sedang berada di atas mimbar di sebuah masjid dan berbicara mengenai anaknya, Hasan AS yang telah kawin-cerai berkali-kali. (Hikmah Ilahiah di balik perkawinan ini adalah bahwa sekarang banyak keturuan Rasulullah SAW di muka bumi. Mereka adalah rahmat bagi umat ini. Seorang keturunan Rasulullah SAW yang hidup di suatu kota akan menghindarkan kota itu dari kutukan.) ‘Ali RA berkata kepada orang-orang agar tidak menyerahkan anaknya untuk dinikahi Hasan AS. Tetapi semua orang malah menawarkan anaknya dan berkata, “Ambillah anak saya walau hanya sehari.” ‘Ali RA pun merasa senang.

Dari keburukan kita, kita melihat keburukan orang lain. Setiap orang mempunyai karakter yang baik. Kita harus memalingkan perhatian kita kepada sisi baik itu. Dalam Surat al-Rahman dikatakan, “Tidak ada balasan untuk kebaikan melainkan dengan kebaikan pula”

No comments: