22 May 2008

Tuhanku, Aku Mencintai-Mu!

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Dengan Nama Allah SWT, Yang Mahakuasa, Yang Mahakasih, Yang Maha Penyayang. Segala sesuatu terjadi atas perintah-Nya, segala sesuatunya muncul dan wujud melalui Kehendak-Nya. Dialah Sang Pencipta dan kita adalah makhluk-makhluk-Nya.

Inilah hal terpenting yang mesti diketahui oleh setiap orang dari ras manusia ini. Siapapun kalian – laki-laki atau perempuan, pria atau wanita, kaya atau miskin, penguasa atau rakyat, profesor, doktor, sultan, awliya' atau anbiya', orang Amerika, orang Kanada, orang Inggris, orang Arab, orang Turki, orang Spanyol, orang Rusia, Cina, Jepang, apapun – kalian harus tahu bahwa diri kalian adalah makhluk, yang diciptakan oleh Pencipta kita, yang memiliki begitu banyak Nama, dan kita mengucapkan Nama-Nya yang paling terkenal yang mengumpulkan semua Nama Suci-Nya dalam Nama itu, yaitu Allah SWT.

Dialah Sang Pencipta, dan kita hanyalah makhluk. Tak ada gelar lain bagi keturunan Adam AS yang lebih terhormat atau lebih dihormati dan dipuji daripada "hamba dari Allah SWT". Kalian harus tahu hal ini dan kalian mesti mengajarkannya, dan kemudian kalian harus berusaha bekerja dan beramal sebaik mungkin bagi Tuhan kalian, Allah SWT, dan bagi makhluk-makhluk-Nya.

Setiap nabi—setiap orang di antara mereka—datang tak lain tak bukan hanyalah untuk mengajarkan pada manusia sesuatu tentang tujuan akhir mereka dan tentang pentingnya tujuan ini. Kalian mungkin adalah Muslim, dan ada begitu banyak golongan di antara Muslim. Atau mungkin kalian adalah Kristen – dan ada pula begitu banyak sekte dalam Kristen – kelompok-kelompok yang berbeda. Lalu dalam kepercayaan Yahudi, Yudaisme, mereka pun memiliki banyak sekte, dan di luar tiga agama samawi ini, masih terdapat begitu banyak mazhab-mazhab pemikiran dan ideologi.

Manusia, menurut perasaan mereka atau menurut citarasa spiritual mereka yang berbeda-beda, masing-masing memeluk beberapa sekte dan golongan yang berbeda-beda tadi. Dan manusia pun bahagia, untuk menjadi bagian dari kelompok mereka masing-masing, dan Allah SWT berfirman tentang hal ini, "Kullu hizbin bimaa ladayhim farihuun." (QS Al-Mu’minuun [23]:53), yang berarti Allah SWT berfirman dalam ayat ini bahwa, "Hamba-hamba-Ku akan terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok akan bahagia dengan kelompoknya sendiri." Mereka berbahagia dengan kelompok-kelompok mereka, menurut iman dan kepercayaan mereka masing-masing.

Setiap orang boleh memilih suatu kepercayaan; di antara sekian banyak kepercayaan yang berbeda tadi, ia boleh memilih dan menerima satu di antaranya. Ia mungkin berkata, "Aku seorang Muslim," atau ia mungkin berkata, "Aku seorang Kristen"; yang lain berkata, "Yahudi"; yang lain lagi berkata, "Buddhis." Ya; mereka beriman dan percaya, dan mereka bahagia dengan kepercayaan dan iman mereka, berbahagia bersama kelompok-kelompok mereka atas apa yang mereka miliki masing-masing.

Ini adalah kenyataan; dan ini tak bisa diubah. Kenyataan ini selalu benar. Artinya, kebenaran adalah satu; di antara seratus ide atau seribu kepercayaan, satu di antaranyalah yang benar. Itu berarti setiap orang beriman akan suatu hal, tetapi itu tidak berarti bahwa setiap kepercayaan akan menjadi suatu kepercayaan yang benar – tidak. Kalian boleh percaya apapun sesuka kalian. Ok, ok saja; tak seorang pun akan mencegah kalian.

Karena itulah, Allah SWT berfirman, "Sesuka kalian, percayalah. Jika kalian tak mau percaya, tak usah percaya." (QS Al-Kaafiruun [109]: 1-6). Kalian ingin dan meminta untuk beriman dan kalian pun boleh memilih satu kepercayaan tertentu, tetapi kalian tak bisa mengatakan bahwa setiap kepercayaan adalah suatu kepercayaan yang benar. Tidak; hanya satu yang benar.

Akhirnya, suatu saat kita akan bertemu dengan akhir hidup kita. Dalam hidup kita, kita pasti akan mencapai suatu akhir, dan setiap orang akan membawa sesuatu di tangannya, sambil berkata, "Aku menyimpan permata. Aku membawa sesuatu yang benar-benar berharga." Ya, kalian mungkin berkata, "Aku membawa suatu iman yang sejati." Selama kalian hidup di dunia ini, kalian boleh mengklaim, "Aku berada pada kebenaran sejati, iman sejati, dan aku membawa permata yang asli", tetapi pada akhirnya, hakikatnya adalah kalian akan meninggalkan hidup ini dan pergi menuju Surga. Kematian kalian adalah perjalanan kalian dari hidup yang rendah ini menuju hidup sejati yang tertinggi. Jangan berpikir bahwa kematian adalah suatu hal yang buruk, sebagaimana banyak orang takut terhadapnya. Tidak. Kematian adalah jalan menuju Surga, jalan menuju Langit.

Selama kalian belum mengalami kematian, kalian berada di muka bumi ini, kehidupan terendah. Tetapi, saat kalian mati, kalian akan bebas dari kehidupan yang berat ini dan naik ke atas. Dan saat itulah, mereka akan berkata pada kalian, "Apa yang sedang kau bawa sekarang? Buka tanganmu!" Ya; pada saat itulah setiap orang akan tahu apakah ia telah membawa sesuatu yang paling berharga atau ia telah tertipu oleh Iblis, tertipu oleh Setan, dan mereka (para setan itu) mengambil hal-hal yang sesungguhnya berharga darinya. Saat itulah, saat kematian itulah, ia akan mengerti benar.

Karena itulah, wahai manusia, sudah menjadi tren saat ini bahwa setiap orang mesti melakukan pemeriksaan kesehatan, di Amerika, London, Rusia, Cina, atau Jepang. Mereka melakukan pemeriksaan kesehatan – untuk apa? Seandainya kalian melakukan pemeriksaan kesehatan seribu kali pun, tubuh ini tak akan terus pergi bersama kalian. Tak ada perlunya semua pemeriksaan kesehatan itu, semuanya tak berguna. Tetapi, kalian mestilah melakukan pemeriksaan atas apapun yang tengah kalian bawa, apa yang kalian simpan – yaitu, "Apakah aku tengah menyimpan permata yang berharga dari hidup ini ataukah permata yang asli telah tercuri dari diriku dan digantikan dengan permata plastik imitasi." Pemeriksaan seperti inilah yang penting!

Wahai manusia, peliharalah iman kalian. Jika ia adalah iman yang sejati, iman itu akan membimbing kalian dari kegelapan menuju surga-surga yang bercahaya. Bagaimanakah perasaan kalian tahun ini dibandingkan tahun lalu; bagaimanakah perasaan kalian atas diri kalian sendiri? Apakah kalian merasakan peningkatan dalam kehidupan spiritual kalian atau tidak? Tanyalah diri kalian sendiri. Ya, inilah hal terpenting…

Satu hal penting lainnya: manusia tengah berlarian, setiap orang berlari, untuk memakan sesuatu dari hidup ini, pria maupun wanita. Mereka berlarian untuk mengambil sesuatu dari hidup ini, tetapi kebanyakan dari mereka hanya mengejar aspek material dari hidup ini. Dan sebagai suatu tanda, lewat kitab-kitab suci, dan pengetahuan yang telah sampai pada kita, bahwa modal paling berharga bagi manusia – adalah apa? Bagi Ahl ad-Dunya, mereka yang hidup hanya untuk dunia ini, bagi mereka, modal terbesar mereka adalah uang, uang, uang; bagi para wanita, emas, emas, emas, perhiasan, perhiasan, perhiasan. Laki-laki lebih tertarik untuk menyimpan dollar, sementara perempuan lebih senang mengejar perhiasan, setiap tahun, hanya untuk sepuluh jari mereka, (mereka beli) dua puluh cincin atau tiga puluh cincin, menaruhnya di sini [sambil menunjuk ke jari-jari beliau]; mereka bahkan tak mampu membawa semua perhiasan emas mereka yang berat. Ya; itulah modal paling menarik yang dikejar oleh orang-orang abad dua puluh (satu). Siapapun yang memperoleh modal mereka, yang berupa material itu – akan menyimpan berjuta-juta lagi untuk menjadi jutawan, atau bagi kaum perempuan, akan menyimpan lebih banyak perhiasan, lebih banyak istana, lebih banyak yacht, lebih banyak gaun pakaian, lebih banyak memboroskan uangnya.

Wahai hadirin, jangan tidur! Pandanglah saya, jangan melihat satu sama lain. Apa yang tengah saya katakan, bukan berasal dari diri saya sendiri: jagalah! Dan modal sejati yang utama, yang manusia mesti mengejarnya, adalah CINTA. Siapa pun jua yang meminta dan mencari cinta, untuk mendapatkannya lebih dan lebih lagi, orang itu akan memperoleh sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya di muka bumi ini.

CINTA – cinta adalah karunia teragung dari Allah SWT bagi keturunan Adam AS. Tanpa cinta, manusia bagaikan kayu kering. Ini [sambil menunjuk ke suatu meja kayu] telah kehilangan cintanya dan sekarang mengering. Pohon-pohon yang hidup, masih membawa cinta dan mendapatkan cinta.

Dan cinta memberikan pada manusia keindahan dan cahaya. Jangan menaruh seperti ini [lipstick] sesuatu di sini, atau pergi ke salon-salon kecantikan. Kalian tak akan menjadi cantik dengan hal-hal seperti itu, membuat seperti ini [sambil mendemonstrasikan] atau melakukan suatu operasi untuk melakukan hal ini [sambil mendemonstrasikan pengangkatan muka]. Ini tak akan menjadikan kalian cantik.

Cintalah yang akan menjadikan diri kalian indah, cantik, terhormat, dan terpuji. Siapa saja yang mendapatkan cinta lebih banyak akan menjadi lebih indah di sini maupun di Surga nanti. Ya, cinta adalah suatu karunia, karunia teragung dari Sang Pencipta. Dengan Cinta-Nya, Ia telah menciptakan kalian. Jangan berpikir bahwa Allah SWT menciptakan kalian tanpa cinta; tidak! Dan kita bersyukur bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya dan mengaruniakan pada mereka cinta.

Dan apakah yang Dia minta darimu, wahai para hamba? Dia hanya meminta cinta darimu – Dia memberimu cinta dan meminta darimu cinta. Di antara seluruh agama, dari seluruh kepercayaan, itulah yang terpenting: bahwa Dia telah memberikan karunia pada kita dari Cinta Suci Ilahiah-Nya dan meminta dari kita kecintaan kita akan Hadhirat Ilahiah-Nya.

Kini, kita tengah memberikan cinta kita pada kenikmatan-kenikmatan hidup yang rendah dan hina ini. Inilah yang tengah menjadi kutukan terbesar bagi manusia saat ini; inilah yang menjadi alasan akan munculnya berbagai kekerasan, keliaran, dan setiap masalah, karena manusia, orang-orang, tak memberikan cinta mereka bagi Tuhan mereka. Dan Dia melihat, "Wahai hamba-Ku, Ku-karuniakan padamu Cinta Ilahiah-Ku. Apakah yang kau berikan pada-Ku?"

Dia tak meminta apa pun dari kalian; tidak! Semua doa, salat, dan ibadah kalian, semuanya haruslah menjadi suatu tanda akan cinta kalian akan Hadirat Ilahiah Agung-Nya. Sebanyak yang kalian mampu untuk berikan, maka berikanlah, dan kalian akan mendapatkan lebih lagi. Jangan katakan, "Aku Kristen", "Aku Muslim", "Aku Yahudi", "Aku Buddha", "Aku Hindu", sementara dirimu tak mempersembahkan cinta suci bagi Tuhan kalian. Kalian telah ditipu oleh musuh kalian, musuh utama dan musuh bersama seluruh manusia, markas-markas besar kejahatan, yang mewakili markas-markas kejahatan, Syaitan.

Kalian mesti menjaga diri kalian sendiri, ambillah pemeriksaan tadi, karena Syaitan sedang menipumu setiap hari, membuat kalian memberikan cinta kalian bagi hidup sementara ini, dan kalian pun memberikan semua perhatian dan tenaga untuk tubuh fisik ini, padahal kondisinya menurun hari demi hari, turun dan mati, masuk dalam tanah. Lihatlah setiap hari; buatlah pemeriksaan bagi diri kalian sendiri, "Sudahkah aku tertipu atau tidak?" Jika kalian melihat bahwa diri kalian telah tertipu, kalian harus berusaha agar tidak tertipu esok.

Setiap saat kalian mengatakan, "Wahai Tuhanku, aku mencintai-Mu," ini suatu ungkapan yang begitu indah dari hamba pada Allah SWT. "Oh, Tuhanku, aku mencintai-Mu." Saat kalian sedang sendiri, katakanlah, "Oh, Tuhanku, aku mencintai-Mu, aku mencintai-Mu, aku mencintai-Mu." Katakanlah tiga kali, "Wahai Tuhanku, aku mencintai-Mu." Maka, tak seorang pun akan mengalami depresi lagi. Lakukanlah ghusl (mandi) di malam hari, dan berpakaianlah sebaik mungkin dan pergilah ke suatu ruangan kosong yang sepi, dan katakan, "Wahai Tuhanku, aku mencintai-Mu, aku mencintai-Mu." Kalian akan melihat bahwa depresi akan pergi dalam tiga malam. Tak perlu untuk meminum tablet atau obat; tak perlu. Obat-obatan, untuk siapa itu? Untuk mereka yang sedang depresi. Depresi adalah suatu hukuman dari Allah SWT karena hamba-hamba-Nya tersebut tidak memberikan cinta mereka bagi Tuhan mereka; itu adalah suatu hukuman. Allah SWT telah memberi mereka segala sesuatu, tetapi mereka tak mau memberikan pada Tuhan mereka Yang Mahakuasa, cinta mereka. Dia tidak meminta dari kalian makanan atau minuman atau pakaian yang indah; yang Dia minta dari kalian hanyalah cinta!

Karena itu, Musa AS– kami bisa melanjutkan pembicaraan ini hingga pagi hari, hingga minggu depan, tetapi kalian telah kelelahan; karena itu kami akan menyingkatnya sebisa mungkin. Tetapi, saya harus menceritakan cerita ini juga – Musa AS suatu saat hendak bertemu dengan Tuhannya di Gunung Sinai. Allah SWT berfirman, "Wahai Musa AS, jagalah hamba-hamba-Ku. Wahai Musa AS, berikanlah yang terbaik bagi hamba-hamba-Ku. Buatlah mereka agar mencintai-Ku."

Itulah Musa AS, salah satu dari nabi-nabi terbesar, Sayyidina Muhammad SAW yang pertama, Sayyidina Ibrahim AS yang kedua, Sayyidina Musa AS yang ketiga, Sayyidina `Isa AS yang keempat. Dan Allah SWT berfirman, "Wahai Musa AS, mintalah dari hamba-hamba-Ku agar mereka memberikan cinta mereka pada-Ku. Perintahkan mereka untuk mencintai-Ku."

Apakah kalian mengerti? Saya berbicara dalam bahasa Inggris, tetapi kalian seperti domba, hanya melihat dengan mata lebar. Tidak; kalian harus mengerti! Hal ini adalah sangat penting dan merupakan kata-kata bercahaya untuk dikatakan pada diri kalian sendiri dan pada seluruh masyarakat kalian, untuk mensucikan seluruh dunia ini. Allah SWT meminta pada Musa AS, salah satu dari nabi-nabi terbesar, "Mintalah, ajari mereka, katakan pada mereka, buatlah mereka untuk mencintai-Ku."

Allah SWT meminta cinta dari hamba-hamba-Nya. Dan sungguh sayang, disayangkan dan merupakan suatu kekotoran bagi seorang hamba ketika ia meninggalkan dunia ini sementara matanya masih melihat dengan keterkaitan pada dunia ini, tidak diarahkan pada `Arasy Allah SWT yang Agung. Sangat disayangkan dan merupakan kekotoran bagi mereka yang tak mau memberi, tak membawa hingga saat terakhir ketika mereka menyelesaikan hidup mereka, cinta pada Tuhan mereka. Siapa pun yang membawa cinta tak akan takut pada kematian karena cinta membuat mereka berada dalam hidup yang sejati, hidup yang abadi.

Suatu ketika, seorang wali, seorang syekh besar, seorang grandsyekh, meninggal dunia. Muridnya menguburnya dalam makamnya dan sang murid berusaha mengarahkan wajah Syekh untuk menghadap menuju Ka'bah. Saat itu, Syekhnya berbicara dan berkata, "Wahai pelayanku, Dia baru memutar wajahku menuju Diri-Nya, hatiku menuju Hadirat Ilahiah Tuhanku." Dan sang murid pun sambil gemetaran berkata, "Kkk..kau tidak mati." Dan sang Syekh pun menjawab, "Tidak, aku telah wafat, tetapi hidupku, hidup sejati dari rohku terus berlanjut."

Karena itulah, suatu saat saya berada di Damaskus dan pemerintah sedang membangun suatu jalan, memperlebar sebuah jalan, dan mereka memindahkan makam suci seorang grandsyekh dari jalan itu, memindahkannya untuk membuka jalan di tempat itu bagi jalan baru yang akan dibangun. Saya juga berada di sana saat itu. Syekh tersebut telah dimakamkan sejak lima ratus tahun sebelumnya. Saat mereka membuka kuburnya, beliau berada dalam pakaian kematiannya, kafan, dalam kain-kain putih, dan saya melihat ke arahnya. Jenggot beliau tidaklah putih seperti jenggot saya, tetapi berisikan banyak rambut-rambut hitam. Dan saat kafan beliau dibuka, suatu wangi yang tak seorang pun mampu melukiskannya merebak dari makam beliau; wewangian mawar merebak keluar dan beliau diambil dan ditaruh ke dalam peti yang lain. Tubuh beliau masih dalam keadaan yang sama seperti ketika beliau dikuburkan di situ. Orang-orang itu, ratusan orang di situ dan sejarah menjadi saksi bahwa orang-orang suci itu yang telah mencapai kehidupan sejati mereka dalam hidup ini, mereka tak akan pernah menjadi debu dalam kubur-kubur mereka karena cinta telah menyebabkan mereka tetap hidup.

Wahai hamba-hamba dari Tuhanku, saya adalah seorang hamba dan kalian pun hamba-hamba, dan saya sedang melakukan suatu asosiasi [sohbet]. Saya tidak sedang memberikan suatu ceramah, tetapi saya sedang menasihati, dan saya sedang menasihati ego saya sendiri pula: "Berikan lebih banyak cinta bagi Tuhanmu dan Dia pun akan memberimu pula. Kalian akan menjadi orang-orang yang memperoleh cahaya."

Semoga Allah SWT mengampuni kita dan memberkati kalian. Saya pikir ini sudah cukup, apa yang kami bicarakan, untuk diberikan pada hadirin yang terhormat ini. Saya menghormati kalian dan memuji kalian satu demi satu, bukan untuk gelar-gelar duniawi kalian yang sementara, tetapi bagi gelar-gelar abadi kalian yang telah dikaruniakan Tuhan pada kalian—IbadAllah – hamba-hamba Allah SWT.

Allah SWT telah mengaruniakan pada kalian dari samudra Barakah-Nya yang tak berhingga dan memberikan kehormatan bagi kalian sebagai khalifah-khalifah-Nya (wakil-wakil-Nya) di alam semesta ini, dan kehormatan ini adalah cukup bagi kalian. Kalian telah dipilih sebagai khalifah, menjadi representatif (perwakilan) di muka bumi ini, suatu kehormatan yang diminta oleh setiap makhluk, dan terutama para malaikat, mereka meminta untuk mendapatkannya; tetapi, mereka tidak diberikan kehormatan itu, dan Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi wakil-Nya. Kehormatan itu adalah kehormatan tertinggi! Saat kalian mengatakan, "Orang itu begitu dan begitu, orang ini begini dan begini", perkataan seperti itu tak bermakna sama sekali; menjadi Khalifah adalah pujian dan kehormatan tertinggi dari Allah SWT bagi kalian. Berusahalah untuk menjaga kehormatan itu dan berusahalah untuk memberikan lebih banyak lagi cinta pada Tuhanmu, Allah SWT.

Engkaulah satu-satunya Sultan, wahai Tuhan kami; Engkau mengumpulkan hamba-hamba-Mu. Berkatilah majelis ini, komunitas ini; terimalah kami sebagai hamba-hamba-Mu yang tulus. Kami mencintai-Mu, kami mencintai-Mu; Aku mencintai-Mu, wahai Tuhan kami!

Semoga Allah SWT mengampuni kita dan memberkati kalian dari cahaya-cahaya-Nya dan barakah-Nya yang tak terhingga.

Di waktu lain, saya akan berbicara pada kalian, Insya Allah tentang beberapa hakikat yang dalam, bukan dari bumi tapi dari surga-surga yang bercahaya. Persiapkan diri kalian.


Wa min Allah at tawfiq

No comments: