21 May 2008

Tujuh Mata Air

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin



A`udzu billahi min asy-Syaythaanir-rajiim. Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Destuur ya sayyidi madad. Nawaytul arba`iin, nawaytul ‘itikaf, nawaytul khalwa, nawaytul `uzla, nawatul riyaadha, nawaytus suluk, fii hadzal masjid lillahi ta`ala al-`azhiim.

Al-hal adalah kondisi rohaniah seseorang, yang menentukan sampai ke level mana ia akan diangkat dan bagaimana ia mengalami (menangani?) inspirasi melalui hatinya. Sebagian besar, hal adalah hasil olah amalnya.

Al-fayd adalah pancaran (emanasi) luar (yang nampak) atau pancaran cahaya surgawi yang dikirim langsung oleh Allah SWT, yang turun kepada seseorang tanpa upaya atau interferensi orang tersebut. Keduanya menimbulkan rasa yang berbeda dalam diri pribadi tadi.

Grandsyekh `Abdullah Fa`iz ad-Daghestani QS mengatakan bahwa karakteristik yang bermacam-macam ini datang kepada seseorang dari tujuh mata air yang berbeda, masing-masing mengalir dari sumber yang khas (unik). Kondisi yang beragam yang dialami seseorang dipengaruhi oleh jenis malaikat khusus yang ditugasi Allah SWT untuk membantu mereka berproses dari level rohaniah satu ke level berikutnya.

Level mata air surgawi pertama di antara tujuh mata air itu diselenggarakan oleh malaikat yang khusus diciptakan dan ditugaskan Allah SWT untuk mengilhami tindakan para hamba-Nya. Para malaikat ini mengirimkan pikiran, ilham atau inspirasi dan kuasa, yang kesemuanya itu merubah seseorang yang secara visual nampak. Para malaikat ini sesungguhnya memberi petunjuk kepadanya melalui inspirasi. Ia mengalami perasaan lega, bahagia dan melayang, atau sesak karena gangguan atau distraksi dan ketidakbahagiaan.

Seseorang pada level (maqam) ini, kalau tidak dalam keadaan merasa lega, ya dalam keadaan merasa sempit. Itu semua tergantung bagaimana hatinya mengolah inspirasi yang menggerakkannya melalui keadaan (rasa) yang berbeda itu, kalau ia tidak tertawa, ya ia menangis, atau dalam keadaan bingung. Juga, bagaimana hatinya mengolah inspirasi ini tergantung amalnya.

Jika ia melakukan kesalahan, ia mungkin menangis dan merasa jera (tobat). Jika ia melakukan kebaikan, ia mungkin merasa bahagia atau sukacita (rida) bahwa Allah SWT rida kepadanya. Jika ia bersikap baik dalam segala situasi dan keadaan, masya Allah, melakukan zikir, sukacita, menerima tajalli Allah SWT, ia akan berada dalam keadaan melayang-layang (ekstasi), tersenyum, atau menangis karena cintanya kepada Allah SWT atau karena rasa takut kepada-Nya.

Kesemua ragam rasa (situasi batin) ini diilhami oleh malaikat tadi, dan disebut sebagai hal: situasi batin yang dialami oleh hamba Allah SWT. Segala sesuatu di dunia ini dijaga dan diawasi oleh malaikat yang telah ditugaskan Allah SWT dengan kewajiban dan tanggung jawab khusus.

Mata air kedua yang mencapai hamba Allah SWT dilaksanakan oleh jenis malaikat yang lain lagi, yang membuatnya menyadari apa saja yang telah dicapainya, agar maju ke level rohaniah yang lebih tinggi. Inilah sebabnya mengapa kadang-kadang seseorang mendapati dirinya dalam keadaan buruk yang sangat ia sesali, dan sekonyong-konyong keadaan itu menuju kepada keadaan yang kita sebut faraj, sebuah bukaan (kesempatan) positif untuk mereka dalam kehidupan mereka, yang membawa mereka kepada kebahagiaan.

Jenis manusia yang menjadi diri kita bergantung pada amal kita, yang baik dan buruk; pada posisi baik dan buruk yang kita ambil dalam hidup ini, dan pengaruh baik dan buruk yang kita miliki di sekitar kita. Ini adalah dasar bagi ilmu psikologi (`amal al-nafs), yang mengungkapkan psikologi dan kepribadian seseorang. Tetapi, ilmu seperti itu tidak dapat menentukan level rohaniah seseorang.

Sementara level pertama dan kedua diselenggarakan kepada masing-masing orang oleh malaikat, mata air ketiga berbeda. Pada Hari Perjanjian, ketika semua hanyalah atom di Hadirat Ilahi, ketika Allah SWT menciptakan jati diri Anda, rahasia Anda, dzat Anda, Dia juga menetapkan Anda dalam asuhan Mursyid Anda, yang membimbing Anda melalui tataran jiwa Anda kepada peran yang ditakdirkan bagi Anda dalam hidup ini, dan dalam cara-cara untuk meningkatkan diri Anda.

Mursyid ini tahu ilham apa yang dibawa para malaikat ke dalam hati Anda, membimbing Anda kepada hasil yang terbaik, dan menyingkirkan kebimbangan Anda. Ketika fayd itu turun kepada Anda, Mursyid ini menyalurkannya melalui suatu cara yang akan mengangkat diri Anda ke level rohaniah yang lebih tinggi.

Jadi, untuk kepentingan murid, Mursyid itu menyeimbangkan hal dan fayd, kondisi di dalam (rohaniah) bersama-sama dengan kucuran (emanasi) surgawi. Meskipun terdapat ratusan Mursyid at-Tabarruk, Mursyid at-Tazkiyyah, dan Mursyid at-Tasfiyya, dalam setiap abad hanya ada seorang Mursyid at-Tarbiyya: seseorang yang membawa Bendera Irsyad (petunjuk).

Ia adalah sumber, mata air yang mengalir dari jantungnya ilmu. Ia menerima petunjuk langsung dari Nabi SAW dan menyalurkannya kepada semua awliya lainnya. Sementara terdapat 124.000 awliya yang berbeda-beda pada setiap saat, hanya ada satu pewaris Nabi SAW. Ia memiliki kemampuan dan izin untuk mengangkat para awliya, dan (pada gilirannya) mereka ini dapat mengangkat kita semua.

Ketika Mursyid at-Tarbiyya meninggalkan dunia ini, ia menyerahkan warisan yang diterimanya dari Nabi SAW kepada wali lainnya. Dengan cara ini, pada setiap saat hanya ada seorang Mursyid at-Tarbiyya di dunia ini. Allah SWT memberikan izin kepada Nabi SAW-‑dan dari Nabi SAW kepada Mursyid itu-–untuk memiliki kontak dengan semua awliya, bahkan yang telah berada dalam hayyat al-Barzakh.

Untuk mengambil manfaat dari para awliya (dalam hayyat al-Barzakh), Mursyid at-Tarbiyya itu mengidentifikasi kekuatan dan hal khas apa saja yang mereka miliki masing-masing, yang diambilnya dari mereka dan menyalurkannya kepada Mursyid at-Tabarruk, Mursyid at-Tazkiyyah, Mursyid at-Tasfiyya, dan kepada para pengikutnya.

Namun, hanya mereka yang telah mencapai level murid dalam Tarekat Naqsybandi, yang mencapai level tertinggi dari bimbingan dan yang merupakan pencari pada jalan itu, dapat menuai keuntungan dari Awliya Barzakh, dan bahkan itu pun, hanya melalui Mursyidnya.

Untuk betul-betul berkomunikasi dengan dan menyerap manfaat dari roh dalam kubur, seseorang harus sudah menguasai egonya, dan sasaran satu-satunya haruslah Hadirat Ilahi. Orang khusus ini berada di bawah bimbingan Mursyid at-Tazkiyya dan mereka telah mencapai sebuah keadaan keberadaan yang peka di dunia ini.

Makhluk umum (awam) tidak dapat menyerap manfaat dari orang Barzakh karena mereka tidak memiliki koneksi itu, dan karena itu tidak dapat menerima ilham atau bimbingan dari awliya yang telah pergi ke alam berikutnya, yang tidak lagi menggunakan kekuatan fisik mereka.

Namun orang kebanyakan dapat menyerap manfaat dari awliya yang masih hidup, karena mereka menyadari hidupnya melalui domain (wilayah) fisik. Sedemikian rupa, awliya hidup dapat mencapai mereka (orang awam) pada kedua tataran fisik dan rohaniah.

Jika seseorang mencari jalan menuju Allah SWT dalam cara manapun dari empat puluh satu tarekat, dan tidak mencapai level wali bertaraf tinggi, akan datang kepadanya perintah untuk menyelesaikan itikafnya itu di alam kubur. Jangka waktu itikaf tersebut bervariasi dari empat puluh hari sampai lima atau tujuh tahun, dan itu adalah 70.000 kali lebih sukar dibandingkan itikaf di dunia ini. Seseorang yang telah menyelesaikan itikafnya di dunia ini dan yang telah mencapai keadaan keberadaan yang peka di sini di dunia ini, akan lebih tinggi level rohaniahnya dibanding dengan mereka yang mencapainya saat dalam kubur.

Mata air ketiga datang kepada kita jika kita tetap mematuhi perintah Mursyid at-Tazkiyya, mengikuti bimbingannya, mengikuti jejak langkah Sayyidina Muhammad SAW, melaksanakan awrad harian khusus yang ditugaskan kepada kita, mempersembahkan dzikrullah dan semua salat pada waktunya, menjalani semua sunnah Nabi SAW. Ketika amalan dzahir (lahiriah) ini telah dicapai, hati kita mulai tergerak, seperti seseorang yang bernapas cepat. Jantung bergetar dan murid “tersengat api”.

Pada tataran ini, mata air keempat mendatanginya dan ia mulai menerima barakah surgawi, karena ia menerima dari malaikat pada mata air pertama dan kedua, dari Mursyid at-Tazkiyya, mengikuti awrad dan sunnah, mengakibatkan turunnya Rahmat Allah SWT kepadanya. Kini jantung mulai tergetar, dan mata air kelima mendatanginya.

Setiap Kamis dan Senin, di dalam Majelis Awliya, setiap Mursyid secara rohaniah mempersembahkan pengikutnya dan amal mereka kepada Nabi Muhammad SAW. Para murid yang jantungnya tergetarkan dibawa ke hadirat Nabi SAW, sementara Mursyid sekedar berkata, “Ya Sayyidi, ini adalah muridku dari umatmu. Ia mematuhi perintahmu dan mencari Shirat al-Mustaqiim, mengikuti jejak langkah para awliya.”

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Pertama mereka beriman, kemudian mereka ingkar (kufra), kemudian mereka jatuh sempurna. Kufra di sini bukan masuk kepada keadaan kufr, tetapi lebih kepada arti jatuh kepada dosa. Summa amanu di sini berarti bahwa ia mulai melakukan amal baik, dan kemudian mengikuti jejak Setan, lalu jatuh sempurna. Ia adalah Muslim, namun masih jatuh kepada dosa. Pada titik ini, Mursyid at-Tazkiyya berfokus mendalam kepada hati para pengikutnya, mempersiapkan mereka dan membangun mereka agar mereka tidak jatuh kepada perbuatan mungkar.

Itulah sebabnya ia mempersembahkan mereka kepada Nabi SAW setiap Kamis dan Senin dalam Majelis Awliya, di mana Nabi SAW memeriksa apa yang berhasil dilakukan masing-masing Mursyid terhadap diri murid-murid mereka. Jadi jika Nabi SAW mengamati bahwa murid itu mengikuti sunnah-nya, menjalankan cara-cara para awliya, beliau menjadi amat bahagia dan menerima amal murid itu dan mulai mengarahkan pandangannya kepada murid itu.

Dari kebahagiaan Nabi SAW, fayd-–suka cita Allah SWT, Barakah, Cahaya Ilahi-–mulai sampai pada murid itu. Itulah sebabnya Muslim mengatakan (dalam doa), Unzur Alayna Ya Rasulallah “Ya Rasulallah SAW, pandanglah kami, berilah kami sebuah pandangan, sebuah lirikan! Kami berada di bawah tajalli-mu, dengarlah permintaan kami, doa kami, karena kami memujimu, dan kami tenggelam dalam kesukaran dan kami minta engkau mengangkatnya.”

Bila Nabi SAW suka cita dengan murid Syaikh itu, beliau akan memandang orang itu, mengangkatnya, dan barakah Allah SWT mendatangi murid itu. Ketika ia diangkat, jantung murid itu akan berdegup dalam ekstasi, berputar, berputar-melayang-bentuk-spiral dalam cinta Allah SWT secara penuh.

Kemudian Allah SWT mengilhami murid itu untuk mencapai mata air keenam. Pada tataran ini, apabila murid itu mulai membaca Al-Qur’an-–kalimat Allah SWT yang berusia ribuan tahun—Allah SWT menugaskan sebuah tajalli untuk setiap huruf, kata dan ayat, yang secara diam-diam menuju sasarannya, yaitu hati murid tersebut, di mana (tajalli) itu memberikan efek perubahan. Tanpa tajalli tersebut, tak ada perubahan.

Seseorang dapat saja membaca Al-Qur’an siang-malam, dan memberi penafsiran apa yang dibacanya sesuai dengan pemahaman terbatasnya, mendapatkan hikmah darinya, dan bahkan menjadi tercerahkan. Tetapi seseorang tidak dapat memiliki penglihatan (penampakan, visi) kecuali tajalli itu datang bersamaan dengan bacaan, yang akan mendatangi Anda bila Nabi SAW bersuka cita kepada Anda, yang menyebabkan Allah SWT membuka tajalli itu.

Setelah seseorang memasuki enam mata air dengan tataran yang berbeda ini, Allah SWT memperkenankan mereka untuk mencapai mata air ketujuh, di mana Dia membuka rahasia jati diri kelahiran mereka.

Mata Air Kesucian

Nabi SAW bersabda: Seorang bayi terlahir dalam kesucian (fitrah). Nabi SAW juga bersabda bahwa jika pipa seorang hamba masih tersambung dengan asal-muasalnya, dengan sumber surgawinya, Allah SWT akan membuka baginya “Sumber Kesucian”, fitrat al-Islam, mata air ketujuh.

Saluran ini adalah seperti pipa, air mengalir langsung dari sumber asalnya sampai ke ujung cabang pipa, yang menyambungkan murid itu dengan alam al-arwah. Pipa itu masih tetap di sana.

Kebenaran khas kita datang dari esensi (dzat) kita, atom yang diciptakan Allah SWT pada Hari Perjanjian, hari alastu bi rabbikum qaalu bala, ketika Allah SWT bertanya kepada setiap diri kita, “Bukankah Aku Rabb-mu dan engkau adalah hamba-Ku?” dan kita menjawab, “Ya!” Sejak saat itu, ibadullah, hamba Allah SWT, telah berada dalam keadaan beribadah sampai roh mereka mencapai rahim ibu mereka. Sejak hari itu setiap roh tetap berada dalam keadaan beribadah berkesinambungan, tanpa henti. Pada peristiwa surgawi tersebut, Allah SWT menetapkan tugas bagi setiap roh, dan malaikat yang akan membantu mereka dalam ibadah mereka.

Dalam keadaan peribadatan seperti itu, setiap roh terlibat dalam peribadatan murni kepada Rabb mereka, tanpa syirik. Allah SWT boleh memilih untuk mengangkat siapapun dan memberikan fayd-Nya pada mereka.

Dalam setiap saat, Allah SWT memakaikan hamba-Nya busana anwar al-nabi yang pertama kali dipakaikan-Nya kepada Nabi SAW, dan dari Nabi SAW kepada para anbiya dan awliya, dan dari awliya kepada orang-orang lainnya.

Persis sebagaimana Sayyidina Adam AS dipakaikan busana oleh Allah SWT di Surga, setiap saat Allah SWT memakaikan busana pada hamba-Nya yang sedang berada di Hadirat Ilahi-Nya dengan 70.000 tajalli yang berbeda-beda.

Surga adalah keberadaan yang selalu hidup, di mana tidak terdapat sakit dan bahaya. Semua hamba Allah SWT, semua roh, tinggal di Surga sebelum mereka dilahirkan ke dunia ini. Di sana Allah SWT memahkotai semua orang dengan Keceriaan Ilahi, dan dengan Sifat al-Jamaal.

Mereka secara sempurna murni berada dalam keceriaan itu, dan dari kedalaman keadaan demikian itu mereka menginginkan cinta dan keindahan yang puncak, yaitu dari busana Sifat al-Jamaal lillahi ta’ala. Setiap orang yang lahir ke dunia, awalnya lahir di Surga. Ketika saatnya tiba, ia muncul ke dunia melalui rahim ibunya. Itulah sebabnya setiap bayi menangis ketika dilahirkan, oleh kesakitan dan kejutan akibat berpisah dari Hadirat Suci. Pada saat kelahiran ke dunia ini, semua bayi memanjatkan doa, memohon kepada Allah SWT agar membolehkan mereka untuk kembali ke tempat Hadirat Suci itu.

Beberapa bayi langsung meninggal begitu dilahirkan, karena Allah SWT menerima doa mereka dan mengambil mereka kembali! Tidak satu pun bayi yang datang ke dunia dengan tertawa atau tersenyum; mereka menangis! Hanya Nabi SAW yang tidak menangis ketika beliau datang ke dunia; beliau langsung menyebutkan ummati ummati, “Ummatku, ummatku,” dan langsung bersujud (sajdah), memohon Allah SWT untuk melindungi ummatnya. Sayyidina ‘Isa AS juga tidak menangis ketika datang ke dunia; beliau berkata, inni `abdullah! “Aku adalah hamba Allah SWT!”

Bayi menangis ketika dilahirkan, karena mereka takut bahwa sekarang mereka tergoda kepada dosa dan tidak tahu harus berbuat apa. Nabi SAW berkata bahwa ketika seorang bayi terlahir, orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani atau seorang pemuja api (Zoroastrian), padahal sesungguhnya ia sudah seorang Muslim, karena `ilm dan ibadah surgawi yang telah melekat padanya tidak dapat digelapkan. Jadi, jika bayi itu datang ke dunia dan mulai menyimpang dari apa yang dipelajari sebelumnya di Surga, ia menjadi terhijab dengan kekuatan surgawi. Jika orang tuanya tidak mengamati (melaksanakan) tahap-tahap tuntunan ritual kemurnian dan peribadatan, jika mereka diperkenalkan kepada perilaku buruk yang berbeda-beda, ia akan terhijab dari Kebenaran Ilahi.

Pada saat terlahir ia masih dapat melihat, ia masih memiliki kaitan secara samar-samar dengan Surga, namun ketika ia telah terhijab dari penampakan itu, seluruhnya akan tertutup. Tetapi, dengan Rahmat-Nya, Allah SWT mengawetkan (menyimpan) semua berkah dan cahaya yang terkait dengan ibadah bayi itu di Surga! Jadi ketika ia mencapai usia dewasa, Allah SWT mengembalikan kepadanya manfaat dari semua ibadahnya yang dilakukan di kehidupan rouhaniah di Hadirat Ilahi.

Boleh jadi orang itu berbuat dosa dan tobat, berdosa lagi dan bertobat lagi, tetapi ia masih memiliki kredit ibadah yang dilakukan di alam sebelumnya itu. Itulah sebabnya jika seseorang dikembalikan kepada hati mereka, mereka merasa bahagia. Kadang-kadang Anda merasa begitu bahagia dan Anda tidak mengetahui apa sebabnya. Tidak ada alasan atau penjelasan, bahagia begitu saja. Anda merasa ringan, tanpa masalah. Allah SWT tahu bahwa Anda adalah seorang hamba yang taat, dan Dia membuka lebih banyak untuk Anda dari Hadirat Surgawi itu, yang mengisi hati Anda, maka Anda mendapati diri Anda berada dalam keadaan puas. Tentang hal ini Allah SWT berfirman, ala bi dzikr-ullahi tatma-innul qulub, “Dalam mengingat Allah SWT, hati menemukan kepuasan, rileks!”

Raga manusia adalah sebuah bentuk fisik yang tunduk kepada hukum fisik. Ia itu padat dan gaya tarik bumi menariknya ke bawah, mengekangnya ke bumi. Jika kita menggunakan contoh sebuah silinder metal yang diisi dengan gas helium, awalnya silinder itu berat. Namun, dengan mengganti isi silinder yang tadinya metal dengan helium, silinder itu menjadi seperti balon yang diisi helium, yang akan mengangkatnya ke atas, ke atmosfer. Ketika Allah SWT memulihkan semua zikir Anda yang dilakukan sebelumnya, itu akan mengisi Anda seperti halnya sebuah balon helium, dan Anda akan merasa ringan. Ketika ibadah dan zikir Anda sebelum ini mengisi penjara raga Anda dan Allah SWT melepaskan energi suci itu, itu akan menyeimbangkan diri Anda antara kedua dunia dan membuat Anda merasa bahagia.

Dengan perintah Allah SWT kepada Nabi SAW, dan dari Nabi SAW kepada awliya yang bertanggung jawab sebagai Mursyid at-Tarbiyya Anda, energi itu dilepaskan. Dia mengangkat Anda ke atas dan merubah sistem Anda, membebaskan Anda secara sempurna dari segala macam depresi sehingga Anda merasa rileks. Anda tersambung kembali dengan jati-diri Anda sebelumnya, yang karena (ulah) diri sendiri dan kegelapan dunia ini, menyebabkan Anda tidak dapat melihatnya, dan Anda akan mulai melihat sesuatu, yang orang lain tidak dapat melihatnya.

Mengikuti jejak Sayyidina Jalaluddin Rumi QS, Tarekat Mevlevi (Mawlawiyyah) mempraktikkan sebuah bentuk gerak berputar yang mendorong mereka kepada keadaan santai (ekstasi), ketika Allah SWT melepaskan energi suci itu kepada Nabi SAW, dan Nabi SAW melepasnya kepada para awliya. Inilah yang dialami oleh Sayyidina Jalaluddin Rumi QS. Ketika Anda ke atas, Anda tidak bergerak lurus--Anda berputar!

Ketika helikopter naik, baling-balingnya berputar, menimbulkan tenaga yang mengangkatnya lepas landas. Pengikut Jalaluddin Rumi QS tidaklah sedang menari, melainkan berputar mengikuti energi yang membawanya ke atas.

Kebenaran tentang putaran adalah seperti elektron berputar mengelilingi inti atom (nukleus). Ketika Allah SWT melepaskan energi itu, Jalaluddin Rumi QS berputar mengelilingi jati diri (esensi)-nya, diri yang sesungguhnya. Itu menghubungkan dirinya langsung kepada jati dirinya yang berada di Hadirat Ilahi (pada masa Hari Perjanjian), dan beliau sangat terkejut dengan apa yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya.

Ketika Muslim melakukan ibadah hajji, kita melaksanakan thawaf seperti halnya elektron mengelilingi nukleus, berlawanan arah dengan gerak jarum jam. Ini membuat kita berputar, agar mengangkat kita ke langit. Terdapat level thawaf spiritual yang lebih tinggi di atas semua orang. Para awliya membuat thawaf secara spiritual lebih tinggi dari semua orang, dan malaikat membuat thawaf di atas mereka, naik langsung sejauh menuju Baytul Ma’mur, sampai kepada `Arsy.

Segala sesuatu harus berputar mengelilingi jati dirinya. Jati diri atom terletak di nukleus. Elektron itu mencerminkan energinya, bergerak mengelilingi pusat. Kita harus berputar mengelilingi jati diri kita. Jika kita dapat mengungkapkan jati diri dan energi kita, dan membuat energi kita mengelilingi jati diri kita, pada saat itu kita dapat mengangkat raga kita-–seperti halnya gas yang dimasukkan ke dalam balon. Dalam tahap seperti itu kita dapat terbang.

Ini adalah kekuatan ilmu mata air ketujuh: “mata air kesucian” dari Islam, yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap orang.

Sebagai tambahan, Allah SWT menghadiahi orang beriman dengan semua manfaat yang diperoleh orang tak beriman melalui cahaya spiritual dari Hari Perjanjian, sampai saat mereka (orang tak beriman tadi) terlahir ke dunia.

Itulah sebabnya mengapa orang beriman terangkat naik begitu cepat. Sebagai contoh, jika kita katakan, “Ini terdapat 100 keping emas yang akan dibagi di antara mereka yang membutuhkannya.” Jika seratus orang memerlukan keping itu, setiap orang akan mendapat sekeping per orang. Jika hanya 10 orang yang memerlukannya, masing-masing akan mendapat 10 keping, dan begitu seterusnya. Setiap orang yang beriman dan taat kepada Allah SWT dan Nabi-Nya SAW, dan mengikuti pesan Ilahi dan Jalan (thariqat) Syekh mereka, khususnya Mursyid at-Tarbiyya, ia akan mewarisi berkah yang besar sekali, yang dikaruniakan Allah SWT kepada semuanya pada Hari Perjanjian, dan keuntungan (manfaat) ibadah semua orang tak beriman sejak Hari itu sampai mereka datang ke dunia.

Selanjutnya, di masa kini, ketika korupsi begitu meluas, orang beriman mendapat lebih banyak lagi jatah manfaat. Nabi SAW mengatakan, min ahiya sunnati inda fasadi ummati falahu ajrun sab’iina syahiid aw miya syahiid, “Ketika semua orang meninggalkan sunnah-ku, ketika korupsi melanda umatku, Allah SWT akan menganugerahkan kepada mereka yang menghidupkan satu sunnah, hadiahnya adalah pahala tujuh puluh atau seratus syuhada.” Ini meliputi rakaat shalat sunnah, memakai cincin, memelihara jenggot, menggunakan miswak, dan sunnah Nabi SAW yang mana saja.

Karena mereka ini tidak memenuhi janji mereka kepada Allah SWT untuk beriman dan beribadah (menyembah) hanya kepada-Nya saja, Allah SWT telah memilih untuk menyerahkan manfaat ibadah (persembahan) mereka waktu yang lalu itu kepada mereka yang memenuhi janji yang telah diucapkan pada Hari Perjanjian tersebut. Itulah sebabnya ajr (pahala) menjadi meningkat pada hari-hari terakhir ini. Jadi ini adalah ringkasan dari mata air ketujuh, yang dapat dicapai melalui putaran di sekitar jati diri Anda.

Ketika fayd mendatangi anda, anda akan mengalami setiap saat berada dalam keadaan ekstasi berkesinambungan, yang tidak henti sampai pada hari Anda meninggalkan dunia ini. Anda akan mencapai level di mana Allah SWT berfirman, mutu kabla anta mu’tu, “Matilah (kuasai egomu) sebelum engkau mati.”

Nabi SAW berkata, “Jika engkau ingin melihat seseorang yang meninggal sebelum ia mati, lihatlah pada Abu Bakar ash-Shiddiq RA.” Itu artinya Sayyidina Abu Bakar RA mampu menguasai egonya dan musuh yang empat--nafs, dunya, hawa, syaythan. Jadi ketika seseorang mengikuti jejak Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq RA, itu akan membawanya kepada Jalan Sayyidina Muhammad SAW, yang menuju kepada keadaan ekstasi, di mana ia berputar mengelilingi jati dirinya dalam kecepatan sangat tinggi yang menyebabkan mereka naik! Apabila mereka naik, tak ada satu pun yang dapat menghentikan mereka untuk naik lebih tinggi lagi.

Seperti sebuah tornado: ia terus berputar sampai tidak terlihat lagi, karena ia terangkat dari bumi. Pada level yang lebih tinggi ini, seseorang menciptakan sebuah lingkungan ideal yang tidak memiliki friksi, tiada kegelapan, tiada nafsu buruk, tiada dosa, dan tiada dunia.

Dalam lingkungan demikian seseorang melanjutkan jalannya menuju Hadirat Ilahi yang Allah SWT ingin mereka mencapainya. Itulah sebabnya awliya tidak mengejar dunia, karena bagi mereka, dunia tidak memiliki nilai. Mereka sibuk dengan kesuka-citaan surgawi, keadaan ekstasi berkesinambungan yang selalu meningkat setiap saat, yang dalam lingkungan mereka mengecilkan dunia menjadi nihil.

Banyak pihak yang mencela para darwis (sebutan untuk para pengikut Jalaluddin Rumi QS) yang duduk di sudut membaca dzikr-ullah, karena mereka itu tidak tahu kebahagiaan macam apa yang dialami para darwis ini! Jika satu berkas kecil cahaya saja yang terbuka dari Cahaya Ilahi yang menyinari para darwis, itu akan menenggelamkan seluruh isi dunia ke dalam ekstasi itu.

Jadi buat apa para darwis itu mau meninggalkan ekstasi itu untuk dunia? Sasaran setiap mukmin dan Muslim adalah berbuat amal baik, sehingga ketika ia berhadapan dengan Rabb-nya di Hari Pengadilan, Allah SWT rida dengannya. Para darwis ini sudah mencapai level itu! Semoga Allah SWT mengampuni kita, dan menolong kita untuk mengerti Jalan para Awliya.

Janganlah terpenjara di dalam diri Anda sendiri, terbelenggu pada ego Anda dan empat musuh itu-‑nafs, dunya, hawa, syaythan–-jadilah manusia bebas! Jika tidak, Anda akan menjadi pecundang pada Hari Pengadilan. Janganlah meminta untuk menjadi yatim! Dalam seluruh kehidupan mereka, yatim mengalami nar al-hasra, api yang membakar dari dalam, yang disebabkan oleh sebuah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Janganlah kehilangan ayah pertama Anda, yaitu Mursyid Anda! Jangan menjadi seorang yatim tanpa seorang Mursyid! Temukan pembimbing Anda! Temukan Mursyid at-Tarbiyya, yang dapat mengangkat Anda. Jangan membuat kesalahan dengan berpikir bahwa Anda tidak memerlukan seorang pun, bahwa Anda dapat melanjutkan jalan langsung tanpa seorang pembimbing.

Pertahankan ayah spiritual yang membimbing Anda menuju Allah SWT. Mursyid at-Tarbiyya akan membuat Anda bahagia di kehidupan ini dan di Akhirat, menarik Anda ke level Ilahiah Anda melalui bimbingannya.

Jika Anda mengikuti petunjuknya, Anda akan menarik (menyedot) fayd al-ilahi, pengejawantahan berkah Allah SWT.

Wa min Allah at-Tawfiq.
Dan kesuksesan adalah dengan (bersama) Allah SWT.

Bihurmat al habiib wa bi hurmat al-Faatiha.
Demi kehormatan yang terkasih dan demi kemuliaan Surat al-Fatiha.


Tujuh Mata Air
As-Sayyid Nurjan Mirahmadi
www.nurmuhammad.com
25 Desember 2001
Alih bahasa: Eyang Sutono

No comments: