22 June 2008

Khalwat dan Peranan Syekh

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS
London, 16 Maret 1992/13 Ramadhan 1412


A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Athi’ullaha wa athi’ur rasula wa ulil amri minkum” [An-Nisaa, 4: 59] “Patuhlah kepada Allah SWT, patuhi Nabi SAW, dan patuhi pemimpin kalian.”

Wa min Allah SWT at tawfiq” “Kesuksesan hanya datang dari Allah SWT.”

Kita bertemu di masjid ini dan kita harus memohon, sebagaimana Nabi SAW memerintahkan seluruh sahabat dan semua guru setelah beliau telah memerintahkan murid-muridnya, agar 1 jam duduk di sini akan dihitung sebagai 1 jam berkhalwat. Kalian melepaskan diri dengan dunia luar dan datang ke sini untuk memuliakan Allah SWT, memuliakan Nabi SAW, dan memuliakan Syekh. Untuk menjadi contoh yang baik dan menjadi murid tarekat yang baik. Kalian meninggalkan negri kalian, rumah kalian dan segalanya dan datang ke sini demi kebaikan dan untuk mempelajari sesuatu.

Kalian tidak datang ke sini hanya sekedar mengisi waktu. Kalian datang untuk memperoleh nasihat spiritual dari Syekh. Itulah sebabnya kalian harus mendengarkan dengan baik dan berlaku sesuai dengannya. Jangan datang ke sini, menghabiskan waktu 15 hari untuk berlibur, lalu kembali. Kalau seperti itu, lebih baik tidak usah datang.

Nabi SAW telah memerintahkan semua sahabat untuk berkhalwat atau mengasingkan diri atau bermeditasi. Ini berarti menjaga Hadirat Allah SWT dan kecintaan terhadap Nabi SAW dalam hati mereka. Setelah Nabi SAW, seluruh sahabat, khususnya Sayyidina Abu Bakar RA dan Sayyidina ‘Ali KW—dari keduanya seluruh aliran tarekat diturunkan—mengajarkan pengikutnya untuk berkhalwat. Grandsyekh pernah berkata, “Seseorang yang tidak pernah berkhalwat selama hidupnya berarti ia telah menyia-nyiakan hidupnya.” Jika kalian tidak pernah berkhalwat walaupun hanya sekali saja, berarti hidup kalian sia-sia.

Kalian tidak akan memperoleh apa-apa dari hidup kalian. Kalian hanya akan mendapat apa yang telah direncanakan oleh Allah SWT bagi kalian. Dan Allah SWT telah berencana agar setiap orang menjadi mukmin yang baik. Itulah sebabnya ketika Dia menciptakan roh manusia, Dia bertanya kepada mereka, “Siapa Aku dan siapa kalian?” Rasul dan para awliya menjawab, “Engkau adalah Tuhan kami dan kami adalah hamba-Mu!” Yang lain berkata, “Engkau adalah engkau, kami adalah kami!” yang berarti, “Kami tidak percaya kepada-Mu, jika Engkau adalah Tuhan, kami juga.” Mereka semua adalah orang-orang kafir. Allah SWT melemparkan mereka ke dalam kegelapan selama 70.000 tahun, kemudian memanggil mereka kembali, dan bertanya lagi, “Siapa Aku dan siapa kalian?” Sebagian dari mereka menjawab, “Engkau adalah Tuhan kami dan kami adalah hamba-Mu.” Mereka ini juga termasuk mukmin, orang yang beriman.

Kita semua adalah mukmin tersebut. Jangan mendengar ego kalian yang berkata seperti yang kita katakan pertama kali ketika Allah SWT bertanya kepada kita, sebelum Dia melemparkan kita ke dalam kegelapan, “Engkau adalah engkau dan kami adalah kami.” Setelah Allah SWT melemparkan ego ke dalam kegelapan barulah ego menerima dan berkata, “Engkau adalah Tuhan kami!” Sekarang di kesempatan yang lain ketika kita sudah turun ke bumi—dalam bentuk fisik setelah yang pertama makhluk spiritual—kita masih mengatakan, “Engkau adalah engkau dan kami adalah kami.” Tak ada yang menerimanya.

Seluruh guru Tarekat Naqsybandi harus menempatkan muridnya untuk berkhalwat, dengan alasan yang sama ketika Allah SWT menempatkan roh kita ke dalam kegelapan selama 70.000 tahun, yaitu untuk menyemir kita dan mengajarkan kita perilaku yang baik, agar nanti kita dapat menerima kenyataan bahwa, “Engkau adalah Tuhan kami dan kami adalah hamba-Mu.”

Inilah yang diajarkan oleh Mawlana selama ini, untuk menjadi hamba yang baik bagi Allah SWT, untuk mematuhi-Nya. Tetapi ego kita tidak menerima, oleh sebab itu Grandsyekh berkata, sebagaimana Nabi SAW memerintahkan para sahabat untuk berkhalwat, beliau juga harus memerintahkan para pengikutnya untuk berkhalwat. Jika tidak di dunia ini, mereka harus berkhalwat dalam kuburnya, dalam periode 40 hari. Ini adalah kewajiban bagi setiap orang. Tak ada yang membersihkan diri kalian dari perilaku buruk kalian kecuali dengan berkhalwat.

Jika kalian tidak berkhalwat, kalian tidak akan dibersihkan dan kalian akan masuk dalam level ‘penuh warna’ atau ‘multiwarna’. Tarekat Naqsybandi menyebut posisi atau maqam kita sekarang dengan istilah itu—artinya terus-menerus berubah, satu hari kita baik, hari berikutnya buruk dan berikutnya lagi setengah-setengah. Ini tidak bisa dihilangkan dan kita tidak bisa menjadi satu warna saja kecuali dengan berkhalwat.

Saudara-saudaraku, berusahalah sekuat tenaga agar Syekh memerintahkan kalian untuk berkhalwat. Bukan dengan datang kepadanya lalu memohon, “Wahai Syekh, izinkanlah aku untuk berkhalwat,” bukan demikian caranya. Jalannya adalah dengan mencoba menerima apa yang diberikan kepada kalian tanpa menggunakan pikiran kalian. Tetaplah yakin dengan apa yang dikatakannya kepada kalian.


Peranan Syekh

Mengapa sebagian orang disebut mukmin? Karena mereka percaya dengan yang gaib, tidak terlihat. Ketika Nabi SAW datang dan berkata, “Percayalah kepada Allah SWT,” begitu juga Nabi ‘Isa AS dan Nabi Musa AS ketika mereka datang. Yakinlah terhadap hal-hal yang gaib karena jika hal itu sudah terlihat bukan lagi menjadi kepercayaan tetapi merupakan bukti. Saat itu kalian menerimanya sebab kalian melihat sesuatu, dan ini tidak diterima.

Apa yang dikatakan oleh Syekh, jangan ditanggapi dengan berkata, “muhaqqaq” atau “benar!” dengan lidah kalian. Hati kalian yang harus menerimanya. Jika hati kalian tidak menerimanya, kalian tidak akan mendapat apa-apa. Kita harus memperlihatkan kepada Syekh, yang tahu bagaimana kita tidur dan bahkan saat kita tidur, bahwa kita benar-benar mempercayainya. Apakah kalian pikir bahwa Syekh itu seperti kita? Hasha! (bahasa Turki yang berarti Hush!). Suatu ketika Grandsyekh berkata, “Jika seekor semut yang berada di Barat sedang bergerak di atas permukaan batu yang lembut sedangkan Saya berada di Timur, maka Saya dapat mendengar langkah-langkahnya bagaikan mendengar suara guntur.” Dan beliau berkata, “Kami, para awliya Naqsybandi—dapat mendengar dan merasakan gerakan semua murid-murid Kami, apapun yang mereka kerjakan, itu akan terdengar sekeras guntur! Jagalah kehormatan kalian ketika kalian tidur dengan istri kalian, sebab kami mendengar dan melihat segalanya.”

Kita semua berada di bawah Syekh yang sama, dan Syekh itu memegang seluruh kekuatan sebelum diserahkan kepada Imam Mahdi AS. Jika kalian tidak mengetahuinya, kami mengetahuinya. Seluruh kekuatan yang diberikan oleh Nabi SAW kepada para awliya telah ditarik dari tangan mereka dan diserahkan kepada Mawlana Syekh Nazim QS. Wali-wali yang lain tidak bisa menggunakannya tanpa keajaiban atau mukjizat, namun Nabi SAW tidak lagi berkenan untuk menunjukkan suatu mukjizat di zaman sekarang ini. Beliau menginginkan, seperti yang terdapat dalam hadis, bahwa korupsi dan kezaliman menguasai dunia ini. Jika kalian menggunakan mukjizat, kalian akan menghilangkan korupsi itu, tetapi korupsi itu telah mencapai puncaknya. Itulah sebabnya Mawlana selalu bersabar dan lebih bersabar. Bila kalian melihat beliau yang sesungguhnya, pada saat itu kita semua akan terlarut, seperti garam yang terlarut dalam air. Oleh sebab itu jagalah kehormatan terhadap Syekh dalam hati kalian.

Kalian berada dalam pengawasan Syekh selama 24 jam. Kalian tidak akan bisa keluar dari pengawasannya. Beliau melihat kalian. Beliau melihat kalian ketika kalian pergi ke sana ke mari. Tetapi ini masih belum apa-apa, beliau dapat mengetahui rahasia yang terlintas dalam benak kalian dan rahasia yang kalian simpan dalam hati kalian seolah-olah bagaikan suara guntur. Tinggalkan ini juga: dalam setiap hati orang terdapat 5 level. Level pertama adalah maqamul qalb, maqam hati. Setan dapat memasuki level ini dan mengerti apa yang kalian lakukan, inilah sebabnya kadang-kadang kalian mempunyai pikiran yang buruk. Kalian terganggu ketika sedang salat, kalian dicurangi dalam bekerja atau merasa curiga…

Ada level yang lebih tinggi: maqam rahasia (sirr). Sekarang terdapat perbedaan yang nyata antara kesadaran dan bawah sadar. Yang kedua adalah yang kalian letakkan jauh dalam lubuk hati kalian di mana kalian menguburkan segala hal. Terdapat suatu ekspresi ilmiah untuk maqam kedua di dalam hati ini, ia dapat mengenal informasi, dan Allah SWT telah memberi suatu rahasia kepada setiap umat manusia. Kita telah diciptakan dengan kemuliaan dari Allah SWT, kerena Dia menciptakan kita dengan 3 cahaya, cahaya Allah SWT, cahaya Nabi SAW, dan cahaya Adam AS.

Umat manusia adalah umat yang mulia. Mereka diciptakan dengan kesempurnaan. Allah SWT berfirman, “Wa laqad karramna bani adam,” “Aku telah memuliakan umat manusia,” [al-Isra, 17: 70]. Dengan kemuliaan seperti apa? Kesempurnaan dalam ciptaan. Dalam banyak hadis, Nabi SAW menuturkan tentang Allah SWT dalam hubungannya dengan umat manusia, “Aku melihat Tuhanku datang kepadaku dengan tersenyum.” Tidak berarti bahwa Dia termasuk umat manusia, tetapi itu berarti bahwa umat manusia diciptakan dengan sempurna.

Tidak ada yang tahu dengan rahasia apa Dia telah menganugerahkan cahaya yang Dia tanamkan dalam hati kalian. Itulah yang ingin dikemukakan dalam ajaran-ajaran Tarekat Naqsybandi. Syariat mengajarkan kalian dasar-dasar memerangi setan dan mengeluarkannya dari dalam hati kalian. Tarekat menjaga syariat dan menuju ke tingkat yang lebih tinggi—untuk menyarikan rahasia yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kalian. Ini menjadi tanggung jawab Syekh dan tidak dapat diberikan kepada kalian tanpa melalui khalwat. Syekh dapat mengetahui dan mendengar apa yang terjadi dalam tingkat kedua ini.

Maqam ketiga adalah Rahasia dari Rahasia (sirr as-sirr), kemudian muncul maqam keempat yaitu, Yang Tersembunyi (Khafa) dan maqam kelima Yang Paling Tersembunyi (Akhfa). Tak seorang pun dapat memasuki maqam ketiga kecuali para guru Tarekat Naqsybandi. Guru-guru dari 40 tarekat yang lain hanya dapat memasuki tingkat kedua saja. Tak seorang pun kecuali Nabi SAW yang dapat memasuki maqam keempat dan maqam kelima hanya diketahui oleh Allah SWT sendiri, yang mengetahui bagaimana Dia telah memberi kemuliaan kepada umat manusia.

Lihatlah, umat manusia adalah umat yang mulia. Tidak ada diskriminasi dalam pandangan Allah SWT di tingkat tersebut, tidak ada Muslim, Kristen, Yahudi, Buddha, dan Hindu. Yang ada hanya, “Wa maarsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin,” “Kami telah mengutusmu sebagai rahmat bagi umat manusia,” [al-Anbiya, 21: 107]. Tidak ada perbedaan dalam tingkatan itu.

Diskriminasi berasal dari kita. Kitalah yang berkata, “Mereka Yahudi, mereka Kristen,” orang Kristen berkata, “Mereka muslim, mereka Yahudi,” tetapi tidak ada istilah itu dalam pandangan Allah SWT. Yang ada hanya umat manusia—periode. Kalian tidak diperkenankan untuk berbicara tentang keburukan saudara-saudari kalian! Kalian akan mencampuri penilaian Allah SWT. Padahal kalian bukanlah penilai, Allah SWT adalah Sang Penilai. Oleh karena itu jangan mencampuri jalan Allah SWT dengan memberi penilaian kalian. Allah SWT tidak akan bertanya tentang penilaian kalian di Hari Pembalasan nanti.

Jika Allah SWT berkata, “Aku ingin menempatkan setiap orang di surga,” siapa yang dapat berkata kepada-Nya, “Apa yang Engkau lakukan?” Dan jika Dia berkata, “Aku ingin menghukum semua orang,” siapa yang dapat berkata kepada-Nya, “Apa yang Engkau lakukan?” tidak seorang pun yang bisa. Dan apakah kalian berpikir bahwa Allah SWT telah menciptakan kita untuk dihukum? Apakah Dia termasuk pendendam, Dzat yang menyukai balas dendam atau memberi hukuman? Dzat yang menciptakan hamba-Nya untuk disiksa? Apakah kalian menerima pandangan ini? Ini mustahil. Allah SWT Maha Penyayang, Dia menjaga kasih sayang-Nya terhadap semua hamba-Nya. Nabi SAW berkata, “Saat yang paling indah dalam hidupku adalah ketika Allah SWT memanggilku dengan nama, ‘hamba’ atau ‘budak’—‘abd—dan Dia berkata, ‘Ke marilah hamba-Ku.’

Mawlana Syekh Nazim QS mengajarkan kita untuk menjadi hamba-Nya yang baik. Mengapa kita tidak menerima dan mematuhinya? Kita datang ke sini selama berjam-jam, siang dan malam, untuk mendapat sesuatu. Segala sesuatu yang ingin kita dapat tergantung pada penghambaan kita. Beliau mengajarkan kita untuk menjadi pelayan, bukan untuk menjadi—seperti yang beliau bilang kemarin—perkasa! Sebutan Perkasa adalah milik Allah SWT. Kita semua adalah hamba. Lebih jauh lagi, kita adalah hamba yang lemah dan tidak berdaya. Kita tidak bisa mengerjakan apapun. Inilah sebabnya Allah SWT memberi Nabi SAW perantaraan, dan Nabi SAW berkata, “Syafa’ati li ahlil kaba’iri min ummati,” “Perantaraanku adalah untuk para pendosa di antara umatku,” (Tirmidhi, Abu Daud, Hakim, Suyuti). Kita lemah dan tidak sempurna, tetapi kita harus mengajarkan diri kita untuk menerima apa yang dikatakan oleh Syekh dan untuk mengkilapkan hati kita.

Syekh tidak tergantung pada kita. Mereka tergantung pada kekuatan yang telah diberikan Allah SWT kepada Nabi SAW, dan yang telah diberikan oleh Nabi SAW kepada mereka. Inilah sebabnya Allah SWT mengatakan, “Datanglah kepada-Ku satu langkah, Aku akan datang kepadamu 99 langkah.” Datanglah kepada Syekh satu langkah, dan beliau akan berlari mendatangimu 99 langkah. Bila kalian tidak berusaha untuk mendekatinya walaupun hanya satu langkah, bagaimana beliau datang kepada kalian? Beliau tidak akan datang. Kalian harus menunjukkan kemajuan dalam hati kalian.

Grandsyekh memerintahkan setiap orang untuk berkhalwat, namun dalam konteks ini kita harus mengerti. Setiap orang harus mengajari dirinya sendiri untuk menyemir hatinya. Kita tidak dapat berkhalwat sekarang. Kita semua adalah pendosa dan tidak seorang pun benar-benar mempunyai niat dalam hatinya untuk berkhalwat. Dengan alasan itu terdapat cara lain. Mawlana Syekh Nazim QS telah memberikan jalan bagi kita untuk mendekatinya dengan cepat. Sebagian orang mengendarai keledai, yang lain dengan kuda, beberapa orang dengan mobil, pesawat, dan ada juga dengan roket. Makin cepat mereka pergi, makin cepat kalian bisa mendekatinya.

Grandsyekh berkata, “Aku akan mengajarimu suatu cara untuk mendekatiku dengan sangat cepat. Kapan pun kalian datang dan duduk dalam suatu asosiasi, atau ketika kalian salat di malam hari, atau siang hari, atau ketika berzikir, atau membaca al-Qur’an atau Hadis, atau melakukan hal yang lain, ketika kalian duduk, bacalah:

Nawaytul arba’in...Aku berniat selama 40 (hari)
Nawaytul i’tikaf ... Aku berniat mengasingkan diri
Nawaytul khalwa... Aku berniat untuk berkhalwat
Nawaytul ‘uzla ... Aku berniat menutup diri
Nawaytul riadha... Aku berniat untuk patuh dan setia
Nawaytul suluk... Aku berniat untuk berdisiplin
Nawaytul siyam... Aku berniat untuk menahan nafsu
Fi hadzal masjid ... Di tempat ibadah ini
Lillahi ta’ala ... Karena Allah SWT ta’ala

Nabi SAW biasa membaca niat yang sama ketika beliau mengasingkan diri di gua Hira sebelum datang suatu rahasia kepadanya. Ketika para sahabat dan seluruh guru berkhalwat mereka juga mengucapkan niat yang sama. Ketika kalian membaca niat ini untuk pertemuan yang berlangsung selama 1 jam ini, maka waktu ini akan diambil dari khalwat selama 40 hari yang merupakan kewajiban bagi kita. Bacalah niat itu sebelum memulai suatu pertemuan, ia akan membawamu kepada Syekh seperti roket.

Berapa tahun kalian telah bersama Syekh Nazim QS? Jika kalian menghitungnya semua, dan masing-masing mempunyai niat seperti itu, maka kalian tidak akan meninggalkan ruangan tanpa dicatat bahwa kalian telah menghabiskan waktu 2, 3 atau 5 jam berkhalwat. Waktu tersebut akan diambil dari waktu 40 hari berkhalwat. Jika kalian telah menyelesaikan masa 40 hari itu, kalian akan merasakan bahwa cahaya yang telah diberikan Allah SWT kepada kalian menjadi terbuka dan cahaya itulah yang akan membuka mata hati kalian. Tanpa ini kalian tidak akan menemukan kegembiraan yang sekarang masih tersembunyi dalam hati kalian. Kalian harus mengeluarkannya. Ini adalah satu cara untuk mengkatrolnya. Bacalah niat ini selalu saat kalian bersama Syekh.


Perbuatan yang Mendatangkan Kutukan

Suatu hari Nabi SAW memanggil Bilal RA sesaat sebelum tengah malam, dan memerintahkannya untuk mengumandangkan azan agar setiap orang datang kepadanya. “Cepat! Aku tidak bisa menunda pesan ini kepada para sahabat.” Bilal RA merasa ngeri sekaligus penasaran mengapa Nabi SAW ingin mengumpulkan semua orang pada jam seperti itu. Apakah Hari Kiamat telah tiba? Nabi SAW merinding. Bilal RA lalu pergi ke masjid dan mengumandangkan azan. Para Sahabat segera berlari ke masjid dan menunggu kedatangan Nabi SAW. Ketika beliau datang, mereka tidak menerima kedatangannya seperti yang kita lakukan ketika menyambut Mawlana Syekh Nazim QS ketika beliau masuk ke masjid. Kita berlari mengerumuninya, sayang sekali seperti keledai. Kita harus memberinya hormat. Ketika Mawlana masuk, kalian harus berdisiplin, berdiri membuat suatu barisan dalam jarak tertentu untuk menunjukkan penghormatan kepadanya. Bukannya berlari-larian seperti biri-biri atau ayam. Kalian harus mencium tangannya, tetapi jangan berkerumun dan menutupi jalannya. Bahkan ketika Mawlana ingin menuju ke mobilnya, beliau tidak dapat memasukinya dengan leluasa, selalu ada yang merintanginya. Mengapa kalian tidak berdiri saja dan menunjukkan rasa hormat kalian?

Suatu hari Sayyidina ‘Abdul Qadir Jailani QS berjalan dengan para pengikutnya di suatu lorong di Baghdad dan beliau melihat seseorang datang dari arang yang berlawanan di sebrangnya. Para pengikutnya berjalan sesuai dengan adab, tak ada yang berjalan di sampingnya seluruhnya berada di belakangnya. Berbeda dengan di sini, setiap orang berusaha untuk berjalan di samping Syekh dan salat di samping Syekh! Apa tingkatan kalian berani berbuat demikian? Berdirilah di belakangnya untuk menunjukkan bahwa kalian menghormatinya, tidak di sampingnya, kecuali jika tidak ada tempat di masjid itu. Murid-murid Sayyidina ‘Abdul Qadir Jailani QS tidak berkerumun dengan berjalan berjejer di sisi yang sama, seperti yang kita lakukan. Mereka berjalan satu di belakang yang lain, dan Syekh sendirian di depan. Kalian tidak bisa berada di tingkatannya! Ajari diri kalian sendiri mengenai adab dan penghormatan ini.

Seorang pendeta datang dari arah yang berlawanan dari lorong tersebut, dan dengan segera Syekh ‘Abdul Qadir Jailani QS memberi jalan, dan demikian pula semua muridnya. Tidak ada yang berkata, “Orang ini seorang pendeta!” Mereka semua memberinya jalan. Ketika pendeta melihat penghormatan dari Syekh dan seluruh muridnya ini, dia lalu membungkukkan kepalanya kepada Syekh ‘Abdul Qadir Jailani QS. Beliau membalasnya dengan membungkukkan badan sampai ke pinggangnya. Ketika pendeta melihat hal ini ia lalu mengucapkan, “Asy-hadu an la ilaha illAllah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasulullaah.” Pendeta itu tahu kebenaran yang hakiki dan kejadian tadi membuatnya malu. “Wahai Syekh,” kata murid-muridnya, “Apa yang terjadi? Mengapa engkau memberikan begitu banyak penghormatan kepadanya?” Syekh menjawab, “Aku memberi hormat kepada cahaya yang Allah SWT berikan kepadanya dan Aku menghormati kedua malaikat yang berdiri di sisi kiri dan kanannya.” Penghormatan inilah yang menyebabkan cahaya itu keluar dan membuat pendeta itu bersyahadat. Dengan demikian memberi hormat adalah sangat penting.

Ketika Nabi SAW akhirnya datang ke masjid, seluruh sahabat telah berbaris dengan kepala tertunduk. Nabi SAW lewat tanpa rintangan menuju tempatnya. Sesampainya di sana, beliau kembali merinding dan berkata, “Allah SWT telah mengutus Jibril AS kepadaku dan berkata, ‘Wahai Rasulullah SAW! Panggil seluruh pengikutmu dan sampaikan pesan itu!’ Ini adalah pesan yang tersulit yang pernah Jibril AS berikan selama hidupku. Aku sangat takut akan pesan ini sehingga Aku segera mengumpulkan kalian di sini agar kalian bisa mendengarkan dan mematuhi pesan ini.” Para sahabat merasa gelisah, apakah akan ada suatu pertempuran yang besar atau sesuatu yang datang dari surga.

Nabi SAW berkata, “Allah SWT telah memberitahuku semalam, bahwa Dia telah memerintahkan seluruh malaikat di ketujuh surga, Aku, dan seluruh nabi dan rasul yang telah meninggal untuk mengutuk dan memberikan kesulitan kepada orang yang tidak mematuhi pesan ini.” Seluruh orang menjadi ketakutan, apa yang bisa menyebabkan kutukan dari Allah SWT, malaikat, nabi dan rasul? Nabi SAW melanjutkan, “Jika seseorang menyebabkan orang lain bercerita tentang kejadian buruk yang telah terjadi 2 jam sebelumnya, mereka akan dikutuk.” Hal ini berarti jika terjadi sesuatu yang salah dan hal itu membuat orang menjadi bingung, atau seseorang telah berkata kasar kepada orang lain dan kalian menceritakan kembali hal tersebut dalam percakapanmu lebih dari 2 jam kemudian, berarti kalian telah mendatangkan kutukan dari Allah SWT, Nabi SAW, malaikat dan seluruh nabi dan rasul.

Kalian harus bisa menyembunyikan kesalahan saudara-saudari kalian, karena Allah SWT menyembunyikan kesalahan seluruh umat manusia. Kalian tidak perlu menunjukkan kesalahan mereka karena kalian sendiri juga mempunyai kesalahan. Jika kalian menyembunyikan kesalahan mereka, Allah SWT tidak akan menunjukkan kesalahan kalian, inilah arti dari SATTAR, Yang Menyembunyikan. Sembunyikanlah kesalahan mereka, jangan mengatakan sesuatu yang menyakitkan saudara-saudari kalian, maka Allah SWT akan menyembunyikan kesalahan kalian. Setiap orang mempunyai kesalahan yang disimpan dalam hati masing-masing. Jika kalian berusaha keras untuk menyembunyikan kesalahan kalian mengapa kalian malah mengumbar kesalahan orang lain? Allah SWT telah berjanji dengan Kemuliaan dan Kebesaran-Nya bahwa Dia akan mengutuk orang yang tidak menyembunyikan segala kejadian buruk yang telah menimpa mereka.


Wa min Allah at tawfiq

No comments: