01 July 2008

Hijau atau Merah?

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Tanya :
Bagaimana kita mengetahui mana yang merupakan Kehendak Ilahi dan mana yang merupakan kehendak kita sendiri?


Mawlana Syekh Nazim
QS:
Kalian bisa memahaminya dengan berhenti sejenak. Kalian adalah makhluk-makhluk surga, bukan berasal dari bumi, namun dari surga! Setengah dari bagian kita dari bumi dan sisanya adalah dari surga. Jadi bila ingin mengetahui apa kehendak Tuhan, hentikan dulu segala hal yang berhubungan dengan kehidupan ini dan bersama Tuhan untuk satu menit, mohon pada-Nya untuk memberimu sebuah tanda: merah atau hijau atas apa pun yang kalian ingin lakukan. Dan hal itu akan terjadi! Kita banyak mendapatkan tanda-tanda itu, namun kita tidak menggunakannya.

Contohnya adalah sebuah kebiasaan bagi orang-orang Turki, tak peduli bila lampu lalu lintas sedang merah atau hijau, kami akan terus saja melaju. Kami tidak peduli. Jika manusia saja bisa membuat tanda lampu hijau dan merah di jalan raya, kalian kira Tuhan tidak memberi tanda bagi kita? Hal ini karena kita tidak bergegas bangun dan bertanya pada Tuhan, ”Ya Tuhanku, aku heran, terkejut dan bahkan ragu yang mana kehendak-Mu.” Tetapi kalian tidak pernah menanyakannya!

Mandilah dengan air panas atau dingin. Lakukan dengan serius. Bersikaplah serius terhadap masa depan kalian. Lakukan di tempat yang sunyi, ucapkan salam pada Tuhanmu, lalu duduklah dan katakan, ”Ya Tuhanku, aku berniat akan sesuatu hal dan aku memohon agar kehendakku mengikuti Kehendak-Mu. Berilah aku tanda-tanda yang benar untuk tujuan ini!” Maka kalian akan mendapatkan tanda merah atau hijau. Tidak mungkin melakukan hal ini tanpa mendapatkan jawabannya.

Itu adalah bentuk baru dari konsultasi (istikharah) namun kini saya memberi izin bebas untuk menanyakannya. Siapa pun yang tertarik akan masa depannya dan ingin mengetahui apakah mereka selaras dengan Kehendak Tuhan atau tidak. Setiap orang bisa melakukan hal ini dari wilayah timur sampai barat. Bukan hanya bagi satu kelompok saja. Semua orang yang tertarik bisa melakukannya dan mereka akan baik-baik saja.

Namun ada satu syarat: agar tidak menanyakan sesuatu yang sudah jelas! Hal ini seperti mentok di akhir sebuah jalan namun masih bertanya apakah bisa terus maju. Jika sudah jelas, kalian harus menerimanya dan tidak menanyakannya. Jika arah sudah ditunjukkan, atau bila sudah dikatakan, “Tidak ada jalan masuk!” maka hal ini sudah jelas dan jangan bertanya lagi. Kalian mengerti, tidak?

No comments: