01 July 2008

Ketika tidak Ada Seorang pun yang Melihat, kecuali Allah SWT

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Grandsyekh kita menjelaskan seperti apakah kekuatan iman yang sejati itu. Beliau katakan bahwa kekuatan itu menjadikan seorang laki-laki mampu ditinggal sendiri bersama seorang wanita cantik selama 40 hari tanpa terlintas pikiran tak senonoh memasuki hatinya yang berkaitan dengan wanita itu. Iman yang benar akan menghalangi seorang laki-laki dari sekedar menimbang untuk berbuat hal terlarang. Hadir atau hilangnya kesucian hati menjadi saksi dalam ujian semacam itu.

Ada yang menanyakan apakah kebersihan hati semacam itu dalam kapasitas seorang manusia normal. Jawabannya adalah ya, tentu saja! Bagaimana bila wanita itu adalah anak perempuan atau saudara wanita kalian sendiri? Tidakkah wajar bila setiap pria normal terbebas dari niat akan wanita itu. Bagi laki-laki dengan iman yang benar, wanita itu tidak ada bedanya dengan saudara perempuan atau dengan anak perempuannya sendiri. Sekarang tanyalah diri kalian sendiri, mampukah kalian menghadapi ujian seperti ini:

Kalian sedang berada di jalanan kota, di sebuah gang yang gelap, tepat di tengah malam. Tiba-tiba sebuah pintu terbuka dan seorang wanita cantik mengundang kalian untuk masuk. Jam menunjukkan pukul 12 malam dan tak seorang pun melihat apa yang akan kalian lakukan. Apa yang ego kalian katakan? Takutkah kalian pada Allah SWT dan meninggalkan wanita itu, atau kalian didorong ego untuk melakukan perbuatan terlarang?

Jika kalian dapat menjaga diri pada situasi semacam ini, maka kalian akan sadar diri apakah kalian termasuk mukmin sejati. Dalam situasi seperti itu kalian yakin bahwa tidak ada seorang pun yang melihat kecuali Allah SWT. Kalian hanya takut pada-Nya saja, sehingga membuat perbuatan itu (menolak berbuat) dicatat dan diterima dalam Hadirat Ilahi.

Kita telah bersumpah di Hari Perjanjian (di hari sebelum penciptaan kita, ketika semua roh dibawa dihadapan Tuhan mereka dan ditanya tentang Pencipta mereka dan kesetiaan mereka terhadap-Nya). Jagalah iman kita dalam adab seperti di hari itu dengan tidak berperilaku berbeda, baik ada saksi yang melihat atau tidak.

Sekarang, di sini, di hadapan banyak orang, jika ada wanita cantik lewat, kalian malu untuk melihatnya. Tetapi jika tidak ada seorang pun yang melihat, adakah perubahan dalam sikap kalian? Jika jawabannya adalah “berubah“, berarti kalian belum meraih iman yang sejati. Mukmin sejati selalu bersama Tuhannya, selalu waspada akan Kehadiran Tuhannya. Tidak mudah untuk mencapai tingkatan ini. Lebih mudah bagi seseorang jika mempunyai seorang pembimbing, dan merasakan kehadirannya bersama mereka, membimbingnya, di mana pun.

Jika seseorang mengatakan, “'Ini Mursyidku,” maka ia seharusnya percaya bahwa pembimbingnya mempunyai kekuatan untuk bersamanya sepanjang waktu. Ini memberi kalian kekuatan untuk mampu merasakan kehadiran Tuhan bersama kalian. Dengan cara seperti ini, tarekat-tarekat mengarahkan orang-orang pada keimanan yang benar. Semoga Allah SWT menganugerahi kita iman yang benar itu.

No comments: