19 July 2008

Tuhan Memberi dan Tuhanlah Yang Mengambil

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Suatu ketika Mullah Nasruddin berkata pada Tuhannya, “Ya Tuhanku, tahun ini aku akan bertani. Engkau bisa menjadi mitraku. Aku yang akan membajak tanah dan menanam bibitnya. Setengah hasil panennya akan menjadi milik-Mu dan setengahnya lagi menjadi bagianku. Semoga menjadi panen yang bagus!”


Tiba masa panen. Zaman dulu panen tidak semudah seperti sekarang yang serba memakai mesin. Mereka harus memanen dan meletakkan hasilnya di tempat khusus di mana kerbau akan berjalan di atasnya; lalu dipisahkan antara jagung dan jerami. Barulah kemudian diperoleh tumpukan jagung. Kemudian Mullah Nasruddin membaginya menjadi 2 bagian dan mengatakan, “Ini untuk-Mu, dan yang ini untukku.” Mullah telah mengambil bagiannya. Namun beberapa saat kemudian dia berkata, “Engkau tidak memerlukan bagian-Mu kan, jadi yang ini untukku saja.” Dia ingin mengambil seluruh hasil panen. “Aku membutuhkannya jadi kuambil saja semuanya.”

Beberapa saat kemudian datang awan hitam dan kilat menyambar, sampai akhirnya turun hujan lebat. Derasnya air membawa pergi separuh dari hasil panen itu. Mullah Nasruddin begitu ketakutan dan lari menuju gua sambil mengintip apa gerangan yang akan terjadi. Setiap petir menggelegar, dia pun memanggil Tuhannya, Jadi Engkau masih mengirim petir untuk melihat apakah masih ada yang tersisa atau tidak?! Engkau telah mengambil bagian-Mu. Yang di sini adalah untukku!” Tuhan yang memberi dan Tuhan-lah yang mengambil. Bila Dia meminta, tak akan ada yang mampu mencegah-Nya. Tak ada apa pun yang mencegah Dia untuk mengambil nyawa kita. Kita ini hanyalah hamba-hamba-Nya. Hidup kita berada di antara 2 hembusan nafas saja. Jika Dia perintahkan, kita bisa mengambil napas kembali atau bisa juga menghembuskan napas terakhir.

Namun kita mengklaim diri sebagai orang yang kuat walaupun sebenarnya kita ini amat sangat lemah! Hanya perlu 2 menit untuk menghabisi kita dan kita masih saja mengklaim sebagai orang yang berkuasa. Kita ini adalah para pembohong. Kitalah yang paling lemah. Jika Dia berkehendak mengambil rumah ini, maka dengan mudah Dia dapat melakukannya.

Sekarang sedang hujan deras selama 10 menit. Bagaimana bila terjadi selama 20 menit atau lebih? Saat atap-atap mulai berjatuhan dan hanyut ke danau, apa yang akan kita lakukan? Apa yang mampu kita lakukan? Mengejarnya dan ikut terjun ke danau? Adalah sifat yang arif bila kita mengatakan, “Ya Tuhan, Engkau Maha Perkasa dan kami amat lemah. Ampunilah kami dan berkatilah kami.” Benar begitu Syekh Moses? Kita bisa apa?

Dia yang di langit yang mengatur bumi ini dan bukan kita yang di bumi yang mengatur langit. Maka katakanlah, “Silakan ya Tuhan kami. Kami tidak mampu berbuat apa pun. Kekuatan ada di Tangan-Mu. Ambillah apa pun yang Engkau kehendaki, sebagaimana Engkau yang memberi, Engkau pula yang berhak mengambil.”

Mungkin kita belum menyerahkan hak-hak Allah SWT akan panen ataupun kekayaan yang kita miliki, maka Dia pun mengambilnya dengan paksaan. Tak ada yang mampu mencegahnya. Sekarang saya berada di sini sebagai tamu dan kalian dapat memberi saya bunga ataupun sayuran. Maka Tuhan pun akan memberi kalian lebih dari ini.

Cukup untuk saat ini, Ok?! Kalian harus bekerja keras dan lebih banyak bersedekah. Terima kasih atas perhatiannya.

Wa min Allah at tawfiq Bi hurmatil Fatiha.

No comments: