12 September 2008

Ucapkan A’uudzu billaahi minasy-syaithaanir rajiim

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

Lefke, Siprus: 26 November 2001

  

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

 

Ucapkan, “A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim”. Tidak setiap orang dapat melawan Setan (seperti Sayyidina ‘Umar RA, di mana Setan lari darinya), jangan katakan bahwa kalian cukup kuat untuk menghadapinya.  Pada hakikatnya Setan tidak mempunyai kekuatan.  Tetapi bahkan sebuah virus kecil, sebagai contoh, dapat membunuh seorang manusia yang tinggi dan kuat seperti pohon.  Dan ada beberapa serangga yang hinggap di kotoran dan kemudian hinggap pada diri kalian untuk menularkan kotoran tadi.  Jangan katakan bahwa kalian kuat, jangan!  Serangga itu pun dapat memusnahkan kalian.  Jika kalian tidak menaruh perhatian terhadap hal ini, bahkan Setan yang lemah pun dapat menyakiti kalian dan membuat kalian kehilangan jalan, seperti yang telah dia lakukan pada manusia di abad 21.  Dengan apa yang mereka lakukan, mereka telah mengikuti Setan, mereka tidak melawannya karena mereka tidak mengucapkan, “A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim.” Mereka melupakannya—mulai dari presiden dan juga jenderal.  Tidak ada lagi orang di dunia Islam yang membuka  ceramah atau pidatonya dengan kalimat ini.  Adapun orang-orang kafir sudah jelas mereka tidak mengucapkannya, tetapi ada 40 sampai 50 negara-negara Islam, dan mereka pun tidak mengucapkannya. Mereka menjadi sombong dan meletus bagai sebuah balon—sepucuk jarum membuat mereka meledak, dan di dalamnya kosong, penuh oleh udara belaka.  Egomania, para mania yang ingin untuk menjadi orang penting, mereka berkeliaran.  Tetapi Azhimat dan Kibriya (Keagungan dan Kesombongan) hanyalah milik Allah SWT.  Manusia datang ke dunia ini dengan berat 5 kg dan tumbuh hingga 1.5 atau 2 m, tetapi setelah itu, seberapa jauh mereka dapat tumbuh lagi? Dan Nabi SAW yang suci terheran dan beliau bersabda, “Manusia berada di antara 'pipi' dan 'kaka' (buang air kecil dan buang air besar); bagaimana mereka bisa sombong, ketika setiap waktu kotoran keluar dari mereka?”

Nabi SAW yang suci bersabda, “Aku duduk seperti seorang budak dan makan seperti seorang budak pula.” Hadis ini sudah cukup untuk menjadikan orang-orang sebagai manusia, tidak menganggap diri mereka sendiri penting di Hadirat Allah SWT.  Dalam syahadat dikatakan, “Muhammadan 'abduhu” (Muhammad SAW adalah hamba-Nya) terlebih dahulu, baru kemudian “Wa rasuuluh” (dan utusan-Nya).  Tetapi orang-orang saat ini tidak berbuat untuk Allah SWT, melainkan hanya untuk ego mereka dan berkata bahwa mereka tidak punya waktu untuk beribadah.  Untuk apakah mereka diciptakan?  Tetapi mereka mempunyai waktu untuk duduk di kafe... Dan jika mereka pergi ke masjid, mereka selalu melihat jam. Siapa yang mengendalikan egonya, akan naik.  Untuk hal inilah, seluruh Wali melakukan sohbet (asosiasi)—untuk memanusiakan manusia.  Jika tidak, orang bukanlah apa-apa selain binatang yang dapat berbicara.  Siapa yang tidak mengikuti Nabi SAW akan tetap menjadi binatang, tidak peduli pakaian apa pun yang dia pakai. Dengan pakaian, kalian tidak dapat mengubah sifat-sifat kalian. Begitu banyak orang yang datang ke hadapan Allah SWT dengan atribut-atribut kebinatangan mereka karena mereka tidak berubah. Kemudian hijab akan disingkapkan dari mata mereka dan kalian akan diperlihatkan film dari kehidupan kalian dan kalian akan berkata apakah itu manusia atau binatang. Manusia diciptakan untuk menjadi manusia yang sempurna, insan kamil, dan datang dalam keadaan sempurna ke Hadirat Tuhan.  Kini, setiap orang menentang Islam karena Islam memanusiakan orang dan memperkuat roh-roh mereka. Tanpa penguatan roh, kalian tidak akan menjadi manusia, karena kebinatangan menutupi kalian.

Tidak ada hari libur dalam Islam.  Seorang Muslim selalu bertugas. Bahkan saat hari Jumat, setelah salat, mereka bekerja.  Kristen dan Yahudi berlibur sehari atau dua hari. Tetapi itu berarti bahwa setelah dua hari, kalian harus mulai dari awal untuk mengejar ketertinggalan kalian sebelumnya. Sampai hari Rabu kalian mengejar, dan kemudian Kamis kalian telah bersiap untuk akhir pekan. Tidak! Dalam Islam ada kontinuitas—kesinambungan.  Hanya saat Bayram ('Ied) ada tiga hari libur.

Tanpa kontinuitas, anak-anak pun tidak dapat belajar di sekolah...

No comments: