06 November 2008

Sampai di mana Ilmu Kita Kejar?

Shuhba  Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS

  

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir ra
hmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Mu
hammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

Agama ini mudah.  Jangan membuatnya kaku agar kalian mampu memahaminya.  Bersabarlah, carilah kedekatan dengan Allah SWT, tanamkan kebajikan, dan mintalah ketentraman bersama-Nya siang dan malam.  (Sabda Nabi Muhammad SAW seperti yang dituturkan oleh Abu Hurayrah RA).

Banyak orang di negara Barat yang masuk agama Islam, alhamdulil-Lah.  Sebuah kabar baik bagi kita umat Muslim, ini sebagai bukti bahwa kekuatan aktif Islam mulai nampak.


Semuanya adalah generasi muda,  kecuali saya.  SubhanAllah al-'Aliyyu-l'Azhim!  Jika Islam beraksi pada generasi muda maka hal ini merupakan tanda yang baik dan sempurna, karena di London ini, apa pun yang ego minta mudah untuk ditemukan.  Apa yang membuat kalian berada di sini?  Sebuah kekuatan spiritual yang mempengaruhi hati kalian yang nantinya akan bisa memenangkan pengaruh kejahatan dan Iblis.

Lalu ada pertanyaan penting: Apa yang harus mereka lakukan untuk belajar dan mengamalkan ajaran Islam?

Islam adalah agama paling toleran yang dikirim Allah SWT bagi hamba-hambaNya.  Namun mereka menginginkan Muslim sebagaimana di masa Nabi SAW, mereka katakan bahwa siapa yang percaya  dan menerima Islam harus menjaga semua hukum-hukum Islam.

Padahal Allah SWT tidak mengirim semua aturan dan isi Al-quran langsung dalam satu saat.  Allah SWT dapat saja melakukannya, meminta malaikat Jibril AS membawanya hanya dalam satu jam, “Ini kitabmu, semua kalimat ada di sini untuk diamalkan.”  Namun kejadiannya bukan begitu, Allah SWT mengirim aturan-aturan Islam itu dalam masa 23 tahun.

Saat kita mulai bersyahadat, itu tidak berarti kita telah siap membawa seluruh aturan Islam saat itu juga.  Jika kalian membenarkan hal itu, berarti kalian tidak mengerti hikmah di balik diturunkannya Kitab suci Al-quran selama lebih dari 23 tahun.  Kalian harus mengadakan operasi dengan mengiris kepala orang-orang agar terbuka, ambil kitab itu lalu masukkan ke dalam kepala.  Itu sangat tidak mungkin.

Nabi SAW, bersabda tentang tanda-tanda kiamat yang salah satunya adalah banyaknya masyarakat Islam namun tanpa kearifan.  Dan kearifan/hikmah adalah lebih berharga daripada pengetahuan.

Firman Allah SWT, “Allah SWT menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-quran dan As-sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.  Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.  Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah SWT)” [2:269].

Dengan demikian sedikit kearifan adalah lebih berharga daripada semua pengetahuan tanpa kearifan, sebagaimana sebutir permata lebih berharga daripada sejumlah besar batu bara.  Kita mempunyai ratusan ulama, namun yang mereka miliki adalah pengetahuan tanpa hikmah.  Mungkin mereka gusar bila saya katakan hal itu.  Firman Allah SWT mengatakan bahwa hikmah itu tidak akan diberikan pada setiap orang.  Hikmah tidak datang dari luar; sumber hikmah adalah melalui hati.  Apakah kalian mendapat hikmah dari membaca buku-buku? Tidak! Tetapi sesuatu yang diberikan lewat hati kalian.

Walau demikian, Nabi SAW bersabda, “Man akhlasa arba'ina sabaha, la-fajarat yanadiu-l-hikmah min qalbihi 'ala lisanihi.”  (Bagi mereka yang bersungguh-sungguh (pada Tuhannya) selama 40 hari, hikmah akan memancar dari dalam hatinya melalui lidahnya).  Kata beliau, siapa pun yang tulus beribadah selama 40 hari dengan ikhlas yang berarti tidak membiarkan nafsu dari egonya bercampur, maka Allah SWT akan membuka hatinya terhadap sumber-sumber hikmah.

Hal ini tidak mudah.  Kita mengikuti jalan pikiran yang tidak pernah ada hikmahnya.  Ya, semua ilmu pengetahuan yang didapat manusia pada akhirnya diberikan pada setan. Tak seorang ulama pun yang dapat menandingi kepintaran setan; namun yang tidak dimiliki setan adalah hikmah.  Jika setan mempunyai hikmah walaupun sedikit, dialah yang pertama melakukan sujud penghormatan pada Adam AS, melaksanakan apa yang Tuhan perintahkan, seperti yang dilakukan oleh para malaikat.  Tetapi yang tidak dimiliki setan adalah hikmah, untuk itulah dia diusir keluar.

Memang ada hadis Nabi SAW yang mengatakan, “Talaba-l-'ilma faridatun 'ala kulli Muslim wa Muslimah” -- Allah SWT mewajibkan mereka yang beriman, baik pria maupun wanita untuk mendapatkan ilmu.

Namun sampai batas mana?  Karena di setiap hal ada sebuah hasrat tersembunyi,  syahwat al-khafiyah; hasrat yang berasal dari nafsu manusia yang membuatnya salah jalan, mengira bahwa Islam  adalah untuk DIKETAHUI, lalu mereka mulai mengejar ilmu pengetahuan, terus berlari mengejarnya karena adalah mustahil bagi ilmu itu ada batas akhir.

Saat mereka kelelahan, akhirnya semua terlupakan, begitu banyak yang diambilnya sehingga tak mampu lagi membawanya dan akhirnya jatuh.  Pada akhirnya yang tertinggal hanyalah kalimat syahadat saja.  Ya, saya melihat saudara muslimin dan muslimah baru di negara Barat yang berhasrat tinggi untuk belajar, belajar, belajar, mengetahui apa pun tanpa mengetahui kapan mereka harus berhenti.

Imam terbesar Abu Hanifah, yang mazhabnya diikuti oleh jutaan orang mengatakan, “Afdhal al-'ilm, ilmu pengetahuan yang paling berharga hanyalah ilmu yang ada hubungannya dengan kalian saja.”  Semua yang akan memberi manfaat di dunia dan akhirat dan untuk diketahui mana yang membahayakan diri kalian saat ini dan nantinya (akhirat).

Ini adalah yang terpenting: mengetahui  dan mempelajari untuk bisa diterapkan!  Bukan semata-mata mengetahui dan terpengaruh dengan ilmu pengetahuan – bukan!  Kita butuh pengetahuan lebih agar bisa diterapkan, dan menggunakannya untuk memerangi ego-ego kita.  Kalian mendapat pengetahuan untuk mecapai hikmah, tanpa hikmah, adalah mustahil untuk menghentikan serangan-serangan ego/nafsu.

Orang Barat memiliki sebuah hasrat yang mendalam untuk belajar dan membaca, dan mereka tidak merubah karakteristik ini saat menjadi muslim.  Mereka mencari guru untuk mengajari bahasa Arab dan arti-arti dalam Kitab Suci al-Quran dan hadits yang akan semakin membebani mereka, mereka ingin menjadi ulama.  Mereka bergegas pergi ke Mesir, al-Azhar,  Hijaz, bahkan sampai Pakistan untuk belajar.  Saya katakan pada mereka, “Stop!  Tidak perlu semua itu.  Kalian harus belajar dan menerapkan apa saja yang mungkin akan ditemui dalam hidup kalian saja.”

Waspadalah dengan trik setan.  Jika setan tidak mampu mencegah seseorang untuk masuk Islam atau mengimaninya, dia memiliki metode lain dengan membuat mereka kelelahan.  Jika seseorang telah lelah, habis sudah.  Orang itu takkan mampu lagi melaksanakan kewajiban-kewajiban agama.

Hikmah seperti  bom-bom atom bagi ego kalian.  Ilmu –ilmu Pengetahuan lain hanyalah senjata-senjata sederhana yang tidak mujarab pada zaman sekarang ini.  Semakin mendekati kiamat, senjata-senjata kawanan Iblis juga meningkat untuk mencabut iman dan kepercayaan manusia.  Karena setan semakin meningkatkan metode-metodenya maka para Awliya juga menggunakan hikmah untuk membinasakan setan dan pendukung-pendukungnya.

Wa min Allah at tawfiq

No comments: