Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS
A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Seorang pengikut yang baik adalah seperti sebuah bayang-bayang, ia tidak akan meninggalkanmu. Nabi SAW telah melakukan hal terbaik pada zamannya untuk kepentingan manusia segala masa. Siapa pun yang mempunyai pemikiran yang sempurna mengerti akan hal ini dan mencoba untuk mengikuti sunah dalam segala hal. Itulah yang terbaik.
Suatu saat putra Sayyidina Umar RA pergi ke Mekah melewati gurun dengan sebuah karavan. Sampailah beliau di tempat di mana karavannya ditinggalkan untuk berjalan kaki berputar. Yang lain bertanya mengapa ia melakukan hal itu, sebenarnya tidak perlu melakukan hal seperti itu karena jalannya lurus. Beliau pun menjawab, “Aku pernah melihat Nabi kita tercinta SAW sampai di tempat ini, beliau mengelilinginya. Itulah sebabnya aku mengikuti jejaknya.“ Siapa pun yang mengikuti jejak Nabi SAW, dia akan sampai ke Hadirat Allah SWT, sebagaimana Nabi SAW mencapainya saat perjalanan Isra Mi’raj. Cara-cara beliau sangat jelas.
Sampai sekarang tidak ada yang boleh mengatakan bahwa Nabi SAW melakukan sesuatu yang salah, Nabi terakhir SAW, kebanggaan umat manusia, kebanggaan jagad raya, kebanggaan semua mahluk ciptaan; Sayyidina Muhammad SAW, semoga kedamaian ada pada beliau. Setan dan manusia dapat mengatakan bahwa Nabi kita SAW salah, tetapi hal itu tidak terbukti. Siapa pun yang memiliki pikiran dan hati yang murni, tidak akan mengatakan bahwa hamba yang terpuji itu melakukan hal yang salah, atau beliau menzalimi orang. Setan akan mengatakan hal seperti itu. Ingatlah apa yang pernah dikatakannya pada Tuhan, bagaimana pula yang dikatakannya pada kita? Dia tujukan pada Allah SWT hal-hal yang buruk. Siapa pun yang mempunyai pikiran yang jernih pasti mengatakan bahwa Muhammad SAW melakukan hal yang terbaik. Jadi pengikutnya harus pula mencapai kenikmatan yang diberikan Allah SWT di sini dan nantinya.
Itulah hal terakhir. Tak ada lagi yang bisa dicapai bagi seorang hamba, jika telah dikatakan padanya bahwa tuannya telah rida kepadanya. Siapa yang menginginkan lebih? Mereka yang beriman: orang Budha, orang Yahudi, orang Kristen dan muslimin, mereka tak dapat meminta lebih dari itu. Jika nanti semua penghuni surga akan memasuki surga, Allah SWT akan mengundang mereka duduk pada kursi yang bernomor sesuai dengan keimanan masing-masing. Setiap orang akan mengira mereka sedang duduk pada kursi terbaik. Kemudian Allah SWT akan menjamu hamba-Nya dengan kenikmatan makanan, minuman, pakaian, lebih dari yang mata kita pernah melihatnya, telinga pernah mendengarnya atau hati yang pernah mengetahuinya. Itulah keindahan pandangan, rasa, warna, bau, yang belum pernah dilihat dan dirasakan sebelumnya. Kemudian Allah SWT akan memperlihatkan wajah suci-Nya dan pembukaan dimulai. Pada pertunjukan itu, semua orang akan melupakan segala rasa yang pernah ada. Semuanya meleleh. Keberadaanya akan berakhir dalam Samudra Kesatuan dengan Allah SWT. Mereka memasukinya dan lenyap. Kalian tak mampu menjelaskan rasanya. Setelah itu Tuhan akan berkata, “Wahai hamba-Ku, adakah lagi yang belum Aku berikan pada kalian?” Mereka akan menjawab, “Oh Tuhanku, Engkau telah memberikan segalanya. Engkau bahkan telah mengijinkan kami melihat Samudra Keindahan-Mu yang tak bertepi. Apalagi yang bisa kami minta?“ Tuhan Yang Maha Kuasa akan menjawab, “Wahai hamba-Ku, Aku masih menyimpan satu hadiah untukmu.” “Oh Tuhan kami, bagaimana bisa?“ “Hal itu adalah bahwa Aku akan rida pada kalian, Aku tidak akan marah pada kalian. Aku akan rida pada kalian selamanya.” Adakah yang lebih dari itu?
No comments:
Post a Comment