14 May 2009

Sebuah Kehilangan....yang Abadi


Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

Scott’s Valley, California

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin

 


Kata Pengantar 

Tulisan ini tidak lengkap, sebuah konsep transkrip yang diedit sebagian yang disiapkan dari sebuah shuhba yang disampaikan  oleh Syekh Muhammad  Hisyam Kabbani QS. Transkripsi ini disiapkan dalam waktu singkat dan mungkin masih mengandung kesalahan, hal-hal yang terlewat atau informasi yang tidak benar.  Berkenaan dengan hal ini, Syekh Hisyam QS menyatakan, “Kita bukannya tidak dapat bersalah dan setiap orang, kecuali Nabi SAW, membuat kesalahan, jadi kita minta para pembaca untuk menunjukkan kepada kami kesalahan apa pun, pengurangan atau koreksi terhadap informasi yang salah.”

`Ati-Allaha wa ati`ur-rasula wa ulil-amri minkum”--”Wahai orang-orang yang beriman! Patuhi Allah SWT, dan patuhi Rasul, dan mereka yang diberi otoritas diantara kamu." [QS 4:59] 

Ya Rasulullah SAW, ya Habibullah SAW, aghitsna! 

Kadang-kadang kalian enggan berbicara apapun. Kadang-kadang kalian ingin berbicara sesuatu. Ketika kalian ingin berbicara tentang sesuatu, hendaknya kalian tahu bahwa orang pertama yang memerlukan nasihat adalah diri kalian sendiri. Orang pertama yang harus mendengar (nasihat itu) adalah diri kalian sendiri. Sang pembicara adalah yang memerlukan hal yang dia bicarakan. Sang pembicara atau dia yang memberikan penjelasan, dia harus tahu bahwa dia tidak berbeda dengan yang lain. Dia harus tahu bahwa dialah yang paling memerlukan (penjelasan itu). Jangan berpikir bahwa dirinya lebih dari yang lain. 

Suatu waktu Saya mendengar dari Mawlana Syekh, semoga Allah SWT memberkatinya dan dari Grandsyekh semoga Allah SWT mensucikan rohnya, beliau berkata bahwa Allah SWT menyempurnakan Sayyidina Muhammad SAW dan Dia menjadikannya dengan adab dan akhlak yang paling tinggi dan paling baik.  Beliau adalah al-insaan al-kamil—beliau adalah manusia yang sempurna. Namun Allah SWT memberikan kenabian—menjadikannya seorang Nabi—dan memberikan kepadanya semua maqam yang tidak dapat dibayangkan oleh seorang pun. Berapa kali kami telah menjelaskan pentingnya Nabi SAW sebagai pintu kepada Hadirat Ilahi. “Namun tanpa Umat,” Grandsyekh mengatakan, “Nabi SAW menjadi Nabi untuk siapa?” Jadi artinya, Umat adalah penting bagi Nabi SAW agar menjadi Nabi untuk mereka. Dan Allah SWT memberi kepadanya agar beliau dapat memberikannya kepada Umat. 

Itu tadi tentang Nabi SAW. Lalu bagaimana menurut kalian tentang Umat itu sendiri? [Anggota] Umat tidak lebih baik dari Umat yang terbaik. Mereka bukanlah Nabi SAW; mereka bahkan bukan Sahabat. Sahabat hanyalah mereka yang menemani Nabi SAW, yaitu sebanyak 124.000 orang. Sisanya adalah Umat Rasulullah SAW. Grandsyekh dan Mawlana Syekh Nazim QS berkata, “Awliya-Allah memerlukan (adanya) pengikutnya. Karena kalau bukan untuk pengikutnya, mereka tidak akan diberi ilmu. Buat apa mereka diberi ilmu jika tidak ada orang yang akan menerimanya? 

Dia mengatakannya seperti ini, “Saya harus berkata kepada diri sendiri dan menasihati diri sendiri, ‘jangan melihat dirimu sendiri begitu tinggi; kamu memerlukan orang-orang yang mendengarkan kamu.’ Karena untuk merekalah Allah SWT memberikan (ilmu atau nasihat) kepada para Awliya; pertama untuk menasihati dirinya sendiri, lalu menasihati para pengikutnya. Bukannya karena Saya berbeda lalu Saya berbicara. Saya berbicara dari apa yang Allah SWT berikan kepada Nabi SAW dan Nabi SAW memberikan kepada saya untuk keperluan para pendengar saya. Jika tidak ada pendengar, untuk apa Saya menerima ilmu itu? Allah SWT menghendaki pengetahuan itu agar sampai pada mereka dan Saya menjadi sebuah sarana (alat). Dan itu berlaku bagi setiap orang.  Kalian tidak boleh berpikir sendiri bahwa kalian adalah seorang professor atau seorang PhD; atau seorang doktor atau seorang pengacara atau seorang insinyur atau seorang tukang kayu atau seorang tukang listrik atau seorang teknisi komputer atau apa saja.  Kalian bukanlah apa-apa, sesuatu yang bukan apa-apa mutlak. Jika Allah SWT tidak menghendaki kalian memilikinya, Dia akan menutupnya—habislah. Nol, ditutup botolnya. Maka habislah kalian. 

Jadi nasihat haruslah pertama-tama untuk diri kalian. Beberapa orang, ketika mereka berpikir mereka memberi nasihat, harus menganggap merekalah yang paling memerlukan nasihat itu. Mereka dibawakan kursi besar, mereka duduk di atasnya dan semua yang lainnya duduk di sana, mendengarkan. Namun `Ilm al-huruuf, menghapal huruf, tidak memberi manfaat. Yang bermanfaat adalah `ilm al-ma`ani – untuk mengangkat ilmu tersembunyi di dalam huruf-huruf itu. 

Berapa banyak huruf dalam alfabet Arab. [beberapa mengatakan, "26?"] 28. Berapa banyak gigi yang kalian miliki? [28].  Dari huruf-huruf ini apa yang kalian pelajari? Makna keseluruhannya muncul ketika mereka dipersatukan—saat itulah mereka memiliki sebuah arti. 

Iblis tidak mengetahui arti itu. Dia membaca huruf-huruf itu, tetapi Allah SWT memberinya hijab karena mereka sombong.  Jadi kesombongan menghalangi segala sesuatu. Kalian tidak mau diberi hijab, bukan? Kita harus tidak tertutup hijab. Dan jika kita tidak ingin terhijab kita harus belajar sesuatu yang sangat penting. Jika seseorang mencintai seseorang, mereka itu menyebutnya tersayang (biarlah kita berbicara seperti orang barat) Apa yang kalian rasakan? Apakah kalian merasakan sakit atau sedih dalam hati kalian? Jika kalian tidak merasakannya, itu artinya kalian adalah seekor buaya. Bagaimana tentang rasa sakit itu, apakah kalian merasakannya? Betapa sulitnya itu pada Umat, pada seseorang ketika kalian kehilangan seseorang yang kalian sayangi. 

Ketika kalian kehilangan seorang ayah, kalian menangis. Ketika kalian kehilangan seorang ibu, kalian menangis. Ketika kalian kehilangan seorang anak, kalian menangis. Ketika kalian kehilangan seorang istri, kalian menangis. Ketika kalian kehilangan seorang suami, kalian menangis. Bahkan ketika kalian kehilangan seekor kucing pun, kalian menangis.  Jika kalian kehilangan seekor keledai, kalian menangis. Bukankah demikian? Apa yang kalian pikir tentang kehilangan seekor kuda, kalian menangis sangat sedih.  Ketika kalian kehilangan seekor anak kuda, kalian menangis.  Bahkan ketika kalian kehilangan anak yang masih dalam rahim ibunya, yang belum terlahir pun, kalian menangis. 

Jadi artinya sesuatu yang kalian cintai, jika kalian kehilangan itu, apa yang terjadi? Kesedihan. Berapa lama kesedihan itu tinggal dalam hati. Seterusnya.  Selalu, ketika kalian memikirkannya, itu membakar hati. Minggu pertama setelah kehilangan, kesedihan itu ada di sana; minggu kedua masih di sana, setelah sebulan atau dua bulan, atau bahkan setahun dia masih di sana. Tetapi kesedihan itu menjadi berkurang dan berkurang dengan berjalannya waktu. 

Lihatlah sekarang, sebagai contoh. Seluruh bangsa berduka cita dan mereka menurunkan semua bendera [setengah tiang] karena kita kehilangan tujuh orang astronot. Dan siapa pun yang melihat berita itu, apapun agama mereka, merasa sedih. Itu kesedihan untuk kalian dan untuk saya. Apa yang kalian pikir tentang istri-istri mereka, suami-suami mereka dan anak-anak mereka? 

Apa yang kalian pikir jika 500.000 anak meninggal? Bagaimana jika satu juta anak meninggal karena kelaparan, banjir, gempa bumi, atau perang? Tidakkah itu menyakitkan? Jika hanya karena tujuh orang itu adalah menyedihkan bagaimana pula kalian pikir jika sejuta orang meninggal? 

Dan semua dunia ini dalam Timbangan Allah SWT tidak seberat sayap seekor nyamuk. Dan orang masih, karena cinta mereka kepadanya, kehilangan kecintaannya itu. Karena mereka senang berkelahi satu sama lain dan saat itulah banyak orang meninggal. Dan rasa sedih adalah untuk mereka yang meninggal di sini.  Jika itu masih di dunia kalian mendapatkan kesedihan dari kehilangan itu, namun itu masih di dunia, itu tidak abadi. Jika kalian kehilangan seorang anak, seorang  isteri, seorang suami, seorang ayah, itu masih di dunia ini – namun kalian masih akan bersama mereka di Akhirat. 

Tetapi apa yang dikatakan Nabi SAW tentang apa yang paling dicintainya di dalam hatinya. "Qurrattu `aynii fish-shalaat" - "kesejukan mataku (yaitu yang paling aku cintai) adalah dalam salat." Itu adalah yang paling penting, yang seharusnya dicintai lebih dari diri kalian sendiri, lebih dari keluarga kalian, lebih dari anak-anak kalian, lebih dari segala-galanya. 

"Ash-shalaatu `imad ud-diin." - "Salat adalah tiangnya agama, tiang utamanya." Jika kalian kehilangan yang kalian cintai, kalian menjadi sedih dan itu sangat menyakitkan; maka apa yang kalian pikir ketika kehilangan sebuah salat? Itu adalah kesedihan abadi dan itu berlangsung seterusnya. 

Tetapi kalian tidak merasakannya. Dan Nabi SAW berkata, "Itu adalah hal yang paling aku cintai." Itu artinya, "Jika aku kehilangan salat itu, aku kehilangan Hadirat Allah SWT." Itu adalah hal paling baik yang dapat kalian capai di dunia dan di Akhirat. Jika kalian kehilangan Hadirat itu, kalian harus merasa sedih, bukan hanya untuk 40 hari atau setahun atau tiga tahun, tetapi kalian harus selalu bersedih bahwa kalian kehilangan salat kalian, karena itu tetap akan mengikuti kalian hingga Hari Keadilan.  Dia tidak akan berhenti di situ saja.  Salat itu di Hari Pengadilan akan berkata, "Ya Rabbi, ia tidak salat. Ia kehilangan salatnya. Ia menjauhi-Mu. Ia membuat dunia mendekat kepadanya dan membuat Engkau menjauh darinya." 

Wahai Muslim ke manakah kita akan pergi?  Ini adalah nasihat untuk semua orang. Bukan saja untuk kalian, tetapi untuk saya, untuk kalian dan untuk setiap orang. Kalian yang telah kehilangan salat kalian, kalian telah kehilangan hal yang kalian (seharusnya) cintai. Salat itu akan mendatangi kalian di Akhirat seperti anak kecil, berlarian sambil berkata, "Engkau berhutang kepadaku!" Jika kalian menyelamatkan mereka dan memelihara mereka (itu bagus sekali), tetapi jika kalian kehilangan mereka, kalian akan kehilangan banyak sekali rahmat yang Allah SWT telah tempatkan dalam salat-salat itu. 

Salat-salat itu akan seperti sebuah mahkota, penuh dengan hiasan berlian.  Tetapi jika kalian mengambil satu saja dari tempatnya, bagaimana nampaknya? Itu kelihatan buruk! Mereka itu seperti itu, seperti mahkota, masing-masing memiliki tempatnya sendiri. Atau seperti sebuah guci yang penuh dengan lubang-lubang, dan semua salat-salat itu menutup lubang-lubang kecil pada guci itu. Jika sebuah salat hilang, guci itu tidak lagi tertutup dan segala isinya tumpah keluar. Satu salat saja yang hilang membuat semuanya tumpah. Satu salat saja! Bukan dua. Satu lubang pada sebuah guci, betapa pun besarnya guci itu – bahkan lebih besar dari rumahnya pun – dalam satu minggu air akan pelan-pelan terkuras habis. Dan kita melupakan hal itu, kita datang dan duduk di dalam yang mereka sebut sebagai sebuah mahfal, dalam sebuah pesta besar, atau jama’ah dan pembicara berteriak dan berpidato. Untuk apa? Pertama-tama marilah kita memelihara salat kita. 

Jika saya memulai dengan bertanya pada diri saya  sendiri, dan kemudian bertanya kepada lainnya, apakah tidak ada salat yang hilang? Dan bahkan kita berbicara tentang topik yang muluk-muluk. Tiang utama belum lagi terbentuk, dan kalian sudah membangun atap. Pertama-tama bangunlah infra strukturnya. Mereka berbicara tentang kecintaan kepada Nabi SAW.  Itu adalah atap yang memang diperlukan – cinta kepada Nabi SAW. Mereka berbicara tentang subyek itu – yang sesungguhnya, suatu subyek yang sangat indah. Tetapi buatlah infra strukturnya dulu. 

Nabi SAW bersabda, "Waktu terbaik adalah ketika aku salat." Jika kalian kehilangan nawaafil-nya, salat sunah, di mana cinta kepada Nabi SAW? Di mana janggutnya? Di mana baju sunahnya, yang menyerupai pakaian yang dipakai Nabi SAW, jalanya Ahl al-Islam? Kalian berbicara dari sini dan dari sana.  Dan inilah penyakit di antara Umat yang tidak habis-habisnya. 

Jadi semoga Allah SWT mengampuni kita.  Semoga Allah SWT membimbing kita untuk memelihara salat kita dan membuat anak-anak kita memelihara salat mereka. Dan nasihat ini dan siapa pun berpikir untuk memberikan ceramah atau nasihat harus tetap berpikir bahwa dirinyalah yang paling memerlukan nasihat itu sebelum yang lainnya. Atau kalau tidak demikian pembiacaraan itu akan kehilangan cahaya di dalamnya. Itu hanya akan seperti sebuah pembicaraan yang kalian sendiri melemparkan lumpur kepada apa yang kalian bicarakan. 

Semoga Allah SWT memperbaiki hati kita, dan memelihara kecintaan kita kepada Nabi SAW dan memelihara kecintaan kita kepada para Syekh kita dan semoga Allah SWT memberkati kita dan memberkati guru kita Syekh Muhammad Nazim al-Haqqani QS dan memberinya umur yang panjang. Al-Fatiha. 

Selawat dan salam Allah SWT semoga tercurah kepada Nabi SAW, keluarganya, dan semua Sahabatnya yang mulia. Al Fatiha

Wa min Allah at tawfiq

No comments: