15 May 2009

Tidak ada Istirahat dalam Agama


Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS 

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu  'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin  wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin 

 

Ya Allah, Engkaulah Sultan,

Engkaulah Raja bagi seluruh raja

Hanya Engkaulah yang nyata di manapun dan kapan pun

Engkaulah Yang memberi kami kehidupan

Engkaulah Yang menganugerahi kami kehormatan

untuk menjadi hamba-hamba-Mu

Setinggi apa pun kehidupan kami,

sebanyak apa pun pengetahuan kami,

kami tetap hamba-hamba-Mu,

tidak pernah lebih dari itu

Satu-satunya Yang mampu menjadi Pencipta

hanyalah Engkau, ya Allah.

 

Saya sedang berusaha mengikuti jalan Nabi SAW, Sayyidina Muhammad SAW, sebagaimana kalian juga sedang mengusahakannya.  Jalan itu penuh dengan kesulitan, beban berat dan badai kehidupan.  Karena ketika kita akan memetik bunga mawar, kadang-kadang tangan kita terluka. Nabi SAW-pun bersabda, “La rahata fi-d-din.”  Tidak ada istirahat dalam agama.  Kalian harus selalu maju dan berkembang.  Ketika mencapai suatu tempat atau maqam, kalian tidak boleh mengatakan, ”Aku telah sampai.” kemudian berhenti dan tidak berlatih lagi. 

Mengapa kita hidup di dunia ini?  Mengapa Tuhan menciptakan kita? Apa alasannya?  Untuk membayar tagihan telepon, membayar tagihan mobil, atau membayar hutangkah?  Di negara ini kalian berlari mengejar dan terus mengejar sampai kalian mati dan tidak mampu membayar hipotek.  Dan nantinya bank akan mengambil alih dan menendang kalian keluar dari rumah.  Tidak ada seorang pun yang ingat kalau kita di sini bukan hanya untuk kebutuhan harian kita, tetapi juga kebutuhan harian akan Allah SWT.  Sebagaimana kita melakukan apa yang membuat kita bahagia, kita harus melakukan apa yang membuat Allah SWT bahagia. 

Kalian harus menjaga keseimbangan keduanya, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Khayru-l-umuri awasituha,”  cara yang terbaik adalah seimbang/cukup.  Jangan terlalu ekstrim di satu sisi, sehingga membuat orang berlari menjauh karena keyakinan dan kepercayaanmu.  Namun juga jangan terlalu lengah di sisi lain, meninggalkan segala kewajiban sambil mengatakan, “Aku mencintai Tuhan, aku pasti masuk Surga.”  Itu tidak dibenarkan.  Raihlah keseimbangan dalam segala hal.  

Jika kalian percaya akan kehidupan akhirat, alhamdulillah, itu hal yang baik.  Namun jika kalian tidak mempercayainya, ingatlah bahwa kalian tidak akan membawa apa pun dari dunia ini menuju akhirat.  Kalian akan ke sana dengan tangan kosong.  Alexander Agung pernah berkata pada para menterinya, “Saat meninggal nanti, aku ingin ingin dikubur dengan kedua tanganku berada di luar peti mati.“  Hal ini sebagai pesan pada umat manusia -- wahai kalian manusia, aku pernah menjadi raja terbesar di bumi ini, aku tinggalkan dunia ini dengan tangan kosong.  Aku tidak membawa apapun. 

Janganlah kalian terkecoh oleh kehidupan ini.  Berlarian siang dan malam mengejar dunia dan sama sekali tidak ingat akan kehidupan ke-2, karena masa itu akan segera tiba, tak seorang pun mampu menghindarinya.  Semuanya akan mati, dan hari itu pasti akan datang.  Jika kalian berbuat baik di dunia ini, kalian akan bahagia menyambut hari kematian itu.  Namun jika kalian berkelakuan buruk di dunia ini, kalian akan merasa depresi menghadapi hari itu. 

Nabi SAW amat takut akan hari itu.  Para Awliya takut akan hari itu.  Orang-orang yang baik dan alim juga amat takut akan hari itu.  Sebagaimana Rabi’a al-Adawiyya QS pernah mengatakan, “Jika kalian tidak mampu menjawab bagaimana keadaan kita ketika malaikat Munkar AS dan Nakir AS menanyai kita di alam kubur, dan bagaimana malaikat maut akan mencabut nyawa kita, dengan kepedihan atau dengan kasih sayang?  Maka duduklah kalian selamanya di pojok kamar, beribadahlah pada Tuhan sampai kalian mencapai maqam yang membuat hati kalian tenang.“  

Tidak ada waktu yang terbuang dalam hidup ini.  Dia terus berjalan meninggalkan kita. Tidak ada pun yang perlu dibawa ke akhirat kecuali amal dan perbuatan baik kita. Berusahalah selalu agar terus di jalan Allah SWT, jalan yang benar.  Dengarkan sisi positif ego dan bukan sisi yang buruk, karena hal itu akan mengecoh kita, memperdaya kita agar berada di jalan setan. 

Tidak cukup hanya duduk sambil mengatakan, “Kami hanya ingin memikirkan Allah SWT.”  Kalian tidak bisa “hanya memikirkan” tentang anak kalian, namun kalian harus membesarkan mereka, menolong mereka, melakukan sesuatu bagi mereka.  Kalian tidak bisa mengatakan, ”Biarkan mereka tumbuh dengan sendirinya.”  Ayah dan ibu wajib menyayangi dan memelihara begitu anaknya lahir. Perbuatan ini lebih dari sekedar kerja sukarela.  Sang ibu tidak bisa meninggalkan anaknya, karena bayi itu adalah bagian dari dirinya.  Walaupun anak itu menimbulkan kesusahan bagi orang tuanya, mengganggu tidur malamnya, bagaimanapun juga mereka harus menjaga mereka. 

Sayangi diri kalian sendiri.  Kalian harus tahu bagaimana mengoreksi diri sendiri karena bukan orang lain yang harus bertanggung jawab pada kalian, namun kalian sendiri.  Kalian harus mampu meraih apa yang Allah SWT janjikan bagi kebahagiaan kalian.  Allah SWT telah mengirim pembimbing, utusan-utusan untuk menunjukan kalian jalan-Nya, dan Allah SWT telah menginspirasi hati-hati kalian agar menuju para awliya-Nya.  Seperti hadis Nabi SAW, “La yu’minu ahadukum hatta yakunu huwahu tabqan lima ji’ tu bihi, tidak seorang pun dianggap sebagai orang beriman sampai keinginannya  sejalan dengan keinginanku.  Cintailah apa yang dicintai Nabi SAW, bencilah apa yang dibenci beliau.  Jangan menyukai apa yang beliau benci dan sebaliknya membenci apa yang beliau cintai. 

Dan janganlah kalian menerima siapa pun yang melawan para Awliya.  Lindungi diri kalian sendiri dan katakan dalam hati, “Kami harus melawan musuh-musuh para Awliya Allah.” -- “Ala anna awliya’a-l- Lahi la khawfun alayhim wa la hum yahzanun.”  Para awliya Allah tidak takut pada apa pun yang menyerang mereka. 

Kita semua, para Naqsybandi harus tunduk dan menerima  keputusan bahwa setiap dari kita adalah Syekh Nazim QS – yaitu dengan mengibarkan bendera beliau, cahaya beliau di luar dan di dalam hati, di rumah, di jalan, di masjid dan di mana pun.  Janganlah duduk malas sambil mengatakan, “Kami sedang berdzikir, siapa pun yang mau, biarkan mereka datang.”  Lihatlah orang-orang Tabligh, penganut kesaksian Yehovah, atau berbagai kelompok yang pergi dari satu pintu ke pintu lain.  Jadi mengapa kalian hanya duduk bermalas-malasan? 

Persiapkan diri kalian akan “hari itu”, misalnya dengan mengirimkan dan menyebarkan pesan moral Mawlana Syekh Nazim QS ke mana pun, dari hati ke hati, dari teman ke teman lain, dari sekolah ke sekolah lain, melalui publikasi, dari mulut ke mulut.  Metode seperti itu digunakan apabila tidak ada rahasia.  Namun jika kalian membawa rahasia syekh, ada daya tarik.  Masyarakat akan datang tanpa butuh usaha dan persiapan selama 6 bulan sebelumnya untuk mengatur acara-acara.  Dengan para Awliya, kalian tidak perlu mempersiapkan seminar-seminar.  Orang akan berbondong-bondong datang karena ada rahasia di balik daya tarik beliau. 

Namun jika kalian tidak memilikinya, lakukanlah dengan cara yang umum digunakan.  Mari kita berkeliling dan menggunakan kertas-kertas serta mengaturnya.  Mari kita melakukan apa yang mampu kita lakukan, dan jangan hanya duduk diam.  Kita harus membawa tanggung jawab itu. 

“Siapapun yang menyebarkan ajaran Naqsybandi akan mendapatkan imbalan dari para Shiddiqin.” 

Semoga Allah SWT menerima niat kita dan mengampuni kita semua. 

Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha.

No comments: