08 June 2009

Sampai Mereka Mengubah Diri Mereka Sendiri

Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Hisyam Kabbani QS

Masjid Aleem Siddique, Singapura

27 Januari 2005

 

A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir ra
hmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Mu
hammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin


Ass
alaamu `alaykum wa rahmatullaahi wa barakutuh

Kita berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan apa yang dicontohkan oleh Nabi SAW.  Saya bukan seorang pengajar. Pengajar adalah orang-orang yang menulis dan berpikir banyak dengan pikiran-pikirannya.

Nabi kita SAW bukanlah seorang pengajar.  Seorang pengajar berarti kalian membaca apa yang orang-orang tulis dan mencoba untuk menghilangkan, menempelkan dan memberikan sesuatu agar orang-orang menjadi setengah tertidur, setengah terbangun, dan setengah berpikir tentang yang lain.

Namun Nabi SAW pun bersabda,  ad-diinu nasiha – Agama adalah nasihat.  Yang terpenting adalah bukan nasihat untuk kalian yang didahulukan, tetapi nasihat bagi yang berbicara. Saya harus menasihati diri dulu dan mengingatkan diri sendiri atas apa yang Nabi kita SAW ajarkan lewat Islam.  Jika saya merasa lebih dari siapa pun maka nasihat itu pun menjadi tak berarti. 

Nasihat saya menjadi seperti nasihat Iblis.  Nasihat Iblis adalah tak bermakna, mereka dikutuk karena hal ini.  Mereka datang dan berbisik kepada Nabi Adam AS dan berkata, “Allah SWT tidak memberimu izin untuk makan dari pohon itu karena hal itu akan membuatmu abadi.”  Maka beliau pun memakan apa yang ada pada pohon itu.

Nasihat itu bukan untuk kita karena hamba ini belum matang.  Kita belum mencapai kematangan.  Dulu ada seorang Syekh yang sering menjadi guru di tarbiyyah. Syekh at-Tarbiyyah adalah seseorang yang meningkatkan tingkat pemahaman kalian. Artinya dia mengajari kalian disiplin.  Beliau mengatakan pada murid-muridnya, “Aku akan mengirim kalian ke kuburan.” Itu adalah kuburan ulama. Dia pun ke sana dan melihat seorang laki-laki di gerbang menunggunya.

Keduanya membuka gerbang dan memasukinya, kadang-kadang mereka meletakkan kertas-kertas untuk memberitahu bahwa waktunya telah habis.  Saya tidak tahu apakah benar seperti itu, itu kertas tilang untuk mobil...

Lalu dia pun mengirim murid-muridnya ke kuburan itu dan menemui para ulama.  Mereka pun membuka gerbang dan memasukinya.  Dia pun melihat kuburan seorang alim yang pertama di sana.  Penjaga pintu berkata pada murid yang datang, “Subhanallah, laki-laki ini meninggal muda. Dia meninggal saat belum mencapai umur 1 tahun.”

Murid itu pun memandangnya dan berpikir, ”Apa ini? Bagaimana mungkin seorang alim yang meninggal ini berumur 1 tahun? Aku mengenalnya, beliau pernah bersama Syekhku dan beliau meninggal saat berusia 80 tahun.”

Namun dia tidak berkata apapun karena rasa hormat, disiplin dan adab.  Islam adalah etika.  Islam tidaklah kasar dan jahat.

Nabi SAW sangat lembut dalam perilaku, dalam khutbah-khutbahnya, dan dalam bergaul dengan sahabat-sahabatnya.  Nabi SAW bukanlah seorang yang keras.  Beliau datang dengan para sahabat ke Mekah dan Abu Sufyan berkata,Siapa pun yang memasuki rumah Abu Sufyan selamat.” 

Nabi SAW pun tidak membalasnya.

Kita tidak seperti itu.  Kita ini berhaluan keras.  Kita adalah orang-orang berwatak keras.  Kita melakukan balas dendam hanya untuk masalah-masalah kecil.  Pergilah keluar dan jika kalian tidak menemukan sepatu kalian di tempatnya, kalian akan marah.  Mengapa harus marah?  Ambil sepasang sepatu yang lain dan pergilah.  Pecahkan masalah tanpa bertengkar.   Mereka melakukan itu.

Mereka tidak mengatakan, “Ini pencurian, Saya tak mau melakukannya.  Saya akan pulang dengan telanjang kaki.” Mereka tidak berpikir, “Jika orang itu tidak membutuhkan sepatu saya, Allah SWT tak akan mengirim dia untuk mengambilnya sebagai sedekah dari saya.”

Dan semua orang akan tenang.

Saya mempunyai seorang guru dan kami mempunyai sebuah mesjid besar di London, di mana mereka mempunyai sebuah kotak amal.  Letaknya di dinding, dan kami tidak mengumpulkan sumbangan dengan berkeliling.  Masjidnya besar dan mungkin ada 30-40 kotak amal di seluruh bagian masjid. 

Suatu hari mereka datang dan melapor pada Syekh, Satu kotak amal rusak dan uangnya telah diambil.”  Mereka marah.  Beliau pun berkata, “Mengapa?  Jika pencuri itu tidak membutuhkan uang itu, dia pun tidak akan datang dan mengambil uangnya, maka biarkan semua kotak amal  terus terbuka dan siapa pun yang ingin mengambil bisa datang dan segera pergi.”

Mulai saat itu, kotak-kotak itu dibiarkan terbuka.  Mereka tertutup namun tidak terkunci.  Sangat memungkinkan untuk mengambil semua uang di dalamnya dan lalu pergi.  Inilah etika yang islami – agar bisa membuat pencuri merasa malu terhadap dirinya sendiri.  Saya tahu kalian di sana, ambillah.

Islam adalah rasa. Bukan sebuah pengajaran yang siap dengan berbagai lembar halaman untuk dibaca. Pengajar tidak mengerti apa yang ditulis, dan tak seorang pun mengerti apa yang dia katakan. Benar begitu? Ya, Pak. Belajar...? Menghormati.

Itulah mengapa orang alim yang pertama dikatakan Meninggal ketika umurnya 1 tahun.” Mereka menuju kuburan selanjutnya dan dikatakan,Yang itu, saya rasa belum 2 tahun sudah meninggal. Yang lain 6 tahun.  Yang lainnya lagi 10 tahun.  Tak satu pun dari mereka yang mencapai umur matang.”

Yang lain berkata bahwa dia meninggal pada umur 10 tahun, yang lain umurnya 15.

Kedewasaan, apakah itu?  Tak satu pun pernah mencapainya.  Murid itu berpikir dengan heran, “Apa yang dikatakan orang asing itu?”  Namun karena dia memiliki disiplin, dia pun tidak membantah.  Saat ini kita selalu saling membantah.

Saat saya tanya Mohammad Nassir, “Apa topik hari ini?” Jawabnya, “Sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.” 

Dalam Bahasa Arab,  Man syabba `ala syay syaaba `ala syay. Artinya, “Barangsiapa yang dibesarkan dengan sesuatu hal, akan terus seperti itu hingga rambutnya menjadi putih.” Seperti saya, berambut putih.  Adakah di sini yang berambut putih?  Saya tak bisa bilang karena semuanya telah bercukur.

Jadi bagaimana kalian akan berubah? Allah SWT berfirman, Innaka laa tahdii man ahbabta wa laakin-allaaha yahdii man yasyaa-u wa huwa a`lamu bil-muhtadiin. 

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah SWT memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah SWT lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [28:56]

Perubahan berasal dari Allah SWT.  Dari atas sana.  Kita belajar disiplin dan hormat, kita ikuti tuntunan Nabi SAW dan kita akan selamat.”

Murid itu pun kembali pada syekhnya dan beliau pun bertanya, “Apakah engkau pergi ke pemakaman?” “Ya”

Apakah engkau melihat keanehan?” “Ya, seorang laki-laki  datang dan mengatakan padaku kalau orang alim yang meninggal itu berumur 1 tahun, ada yang berumur 2 tahun, dan ada yang 10 tahun.”

Syekhnya menjawab, “Anakku, orang asing itu - aku kirim untuk mengajarimu bagaimana mengubah dirimu sendiri. Engkau mengunjungi seorang alim yang telah banyak umurnya, namun mereka biasa berkata sesuatu untuk "konsumsi lokal", mereka berkata dengan bibirnya bukan dengan hatinya. Mereka tidak dewasa. Mereka matang dalam belajar, namun tidak matang dalam af'al.”

Ada tahap belajar aqwaal, dan juga af'al.  Aqwaal adalah apa yang kalian katakan pada setiap orang.  Afa'al adalah apa yang kalian perbuat.  Artinya, kalian tidak mengubah diri sendiri, kalian berbicara dengan mulut tetapi tidak melakukan apa yang kalian katakan.

Itulah mengapa kalian meminta saya untuk mengangkat topik ini: innallaaha laa yughayiru ma bi qawmin hatta yughayiruu maa bi-anfusihim.  Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mau mengubah diri mereka sendiri. [13:11]

Mengubah diri adalah suatu pengalaman yang paling berat bagi seorang hamba yang akan melaluinya.  Karena saat Jibril AS datang pada Nabi SAW dan bertanya padanya tentang agama, beliau menggolongkannya menjadi tiga: Islam, Iman, dan Ihsan.

Jika Islam sudah cukup, 5 rukun Islam; mengapa Nabi SAW harus menyebut Iman? Jika Iman sudah cukup, mengapa Nabi SAW masih menyebut Ihsan?

Al-ihsan an-t'abud Allah ka-annaka tarah. Kesempurnaan karakter adalah dengan menyembah Allah SWT seolah-olah kalian melihat Dia, dan jika kalian tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia melihat kalian.

Bayangkan jika seseorang dengan sebuah kamera dan mengatakan akan menampilkan di TV dan mengambil gambar saat kalian sedang salat.  Apa yang kalian lakukan? Kalian akan berusaha khusuk.  Karena kamera ada di sana. Karena kalian akan ditampilkan di TV.  Kalian mencoba yang terbaik dan sebelumnya kalian berkata, tunggu, tunggu, aku akan pakai baju yang terbaik.  Seperti dia yang memakai baju ala barat.

Datang ke masjid dengan memakai baju, baju yang di sunnahkan untuk dipakai.  Kita harus membuat lelucon agar orang-orang sedikit gembira. Saat kamera ada, “Allaaaaahuuaa akbar.” Namun saat kamera tidak ada  “Allahu akbar.”

Apa yang kalian pikir tentang kamera Allah SWT? 

Malaikat-malaikat Allah SWT yang dikirim untuk memeriksa kita di kanan dan  di kiri.  Mereka adalah kamera surgawi, bukan kamera bumi. Mereka bukan mendeteksi gerakan kalian saja seperti yang dilakukan oleh kamera dunia namun mereka mendeteksi maksud kita, kekhawatiran kita, gagasan-gagasan bagus dan keragu-raguan yang buruk.

Bagaimana kalian bisa menipu di sana?  Inilah tingkat al-Ihsan.  Jadi kalian berada dalam kawasan Ilahi. Kalian berada di antara (sesuai yang di katakan Nabi SAW), namun kita tidak melihatnya, karena kita buta.

Kalian berada di antara ayd ar-rahman, di antara Tangan-Tangan Yang Maha Pemurah berdiri di sana dan malaikat-malaikat Allah SWT yang mengamati kalian. Bagaimana seharusnya salat kalian?  Itulah yang dimaksud dengan Islam, Iman, dan Ihsan.

Islam adalah mengatakan Allahu akbar, dan walaupun kalian di Mekah dan Madinah, semua hal masuk dalam hati kalian.

Lebih dari itu, Allah SWT berfirman dalam hadis pada Nabi SAW,  Al-Ihsan an t'abud Allah ka-annaka tarah.  Beribadahlah pada Allah SWT seolah-olah kalian melihat-Nya.

Dan yang pasti kalian tidak bisa melihat-Nya di dunia ini.  Untuk ini Nabi SAW melanjutkan, fa in lam takun tarah fa innahu yaraak.  Dan bagaimana kalian dapat mengatakan Allahu akbar jika di dalam hati kalian memusuhi saudara muslim lainnya.

Begitu masuk salat, semua hal buruk masuk dalam pikiran, tentang menyakiti  tetangga kalian, tentang bunga bank yang masuk dalam tabungan kalian, dan tentang wanita cantik yang tinggal di sebelah rumah.

Inilah yang Syekh berusaha mengajari kalian. Para ulama meninggal, namun mereka belum mencapai kedewasaan.

Lalu dia mengirim murid itu ke kuburan lainnya dan dia melihat orang asing yang sama sedang berdiri di sana.  Laki-laki itu berkata, “Yang itu meninggal saat berusia 50 tahun, Subhanallah yang itu meninggal saat usianya 100 tahun.  Dan yang itu berusia 200 tahun,  yang di sana usianya mencapai 300 tahun.”

Dia pun kembali pada Syekh dan Syekh berkata, “Ya, yang itu telah meninggal dan mencapai kedewasaan.”  Ada 2 tipe ulama: 'alimun jahl, orang terpelajar yang tidak bertindak pada apa yang mereka pelajari dan 'alimun 'amil – mereka yang telah Allah SWT berkahi lebih dan lebih lagi.

Renungkan apa yang telah Allah SWT berikan kepada kalian dan bagaimana cara untuk mengangkat kalian mencapai kesucian diri, dengan merenung melalui muraqabah pada Allah SWT, bagaimana kalian menghabiskan waktu dengan mengingat-Nya dengan dzikrullah.

Aladziina amanuu wa tathma-innu quluubuhum bi dzikrillaahi alaa bi dzikrillaahi tathma-innul-quluub – (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah SWT.  Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT-lah hati menjadi tenteram. [13:28]

Perenungan tersebut, bertafakur selama satu jam, kalian akan diberi pahala seperti kalian beribadah selama setahun.

Jika kalian seorang pengusaha, saya tidak tahu berapa banyak mereka di sini, berapa banyak waktu yang kalian habiskan untuk menata keuangan agar baik setiap harinya.  Bukan hanya itu, kalian menyewa akuntan untuk memeriksa apakah ada kesalahan atau tidak.

Mengapa?  Karena kalian takut pegawai pajak datang dan mengauditnya, jika kalian berbuat salah, maka mereka akan menghukum kalian.

Tidakkah kalian berpikir bahwa Allah SWT akan mengaudit kalian juga?

Fa man ya`mal mitsqaala dzarratin khayray-yarah. Wa man ya`mal mitsqaala dzarratin syarray-yarah.  Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. [99:7-8]

Allah SWT akan menanyakan pada kita sekecil apa pun yang kita lakukan, tiap kebaikan dan kejelekkan yang kita lakukan.

Kemudian bagaimana?  Dia akan mengampuni kita.  Karena kita semua akan berbuat dosa kecuali Nabi SAW yang tidak mempunyai dosa.

Qul yaa `ibaadiya alladziina as-rafuu `ala anfusihim laa taqnathuu min rahmatillaahi inna Allaha yaghfirudz-dzunuuba jamii`an innahu huwa al-ghafuuru 'r-rahiim

Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT mengampuni dosa-dosa  semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [39:53]

Allah SWT akan mengampuni semua dosa namun  apakah kita menyesalinya?  Kita pulang ke rumah, saya tahu sebagian orang akan pulang.  Beberapa orang akan salat 2 rakaat di rumah selesai salat `Isya berjamaah. Lalu, “Aku mau nonton TV melihat berita.” Setan sedang datang menghampirinya. Berita sih tidak apa-apa.  Teknologi membuat kalian mengetahui apa yang sedang terjadi, seperti gempa kemarin.

Aku mau nonton saluran lain,” kemudian ada 4 - 5 saluran.  Kalian mulai berpindah dari satu saluran ke saluran lainnya, lalu saat kita melihat seorang wanita cantik, kita pun berhenti dan mengatakan, “Yuk, kita tonton.”

Kita terjatuh dalam dosa.  Itulah mengapa Allah SWT mengajarkan Nabi SAW untuk mengatakan, “laa taqnathuu min rahmatillaah.”  Jangan putus asa atas ampunan Allah SWT.  Allah SWT meminta kita untuk berubah.  Jika kita merubah diri dengan bertobat atau menyesalinya, kalian tidak bisa merubah diri kalian menjadi sempurna.  Tak seorang pun sempurna.

Saat malam itu kalian bertobat,  esok hari adalah hari baru. Allah SWT akan mengampunimu.  Salatlah 5 waktu.  Itulah perubahan kita. Tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan. innallaaha laa yughayiru ma bi qawmin.  Itulah perubahan kita untuk bertobat.  Saat kalian bertobat, Allah SWT mengampuni kalian dan kalian menjadi manusia yang baru terlahir.

Namun perubahan keseluruhan di segala penjuru dunia sebagai kaum muslim tidak akan terjadi, karena Nabi SAW, saat `Aisya RA menanyakan tentang umat muslim, beliau menjawab,Kita adalah umat an-marhuma.  Umat ini adalah umat yang diberkahi.”

Aisya RA bertanya, “Bagaimana bisa,  ya Rasulallah SAW?” Beliau menjawab, “Karena tidak ada hukuman di Akhirat. Hukuman itu ada di dunia ini; kelaparan, gempa, pembunuhan.” Dan ini adalah sebuah proses untuk membersihkan mereka di dunia dan mengangkatnya ke surga saat Hari Pembalasan nanti.

Mereka tidak akan dihukum karena telah dibersihkan di dunia. Maka Allah SWT menimpakan segala macam kesusahan pada kita. Lihatlah saat ini kita paling lemah di dunia. Mereka bertanya, begitu lemahnya kita dan tak ada yang mampu kita lakukan.

Suatu saat ada orang non-muslim yang datang pada Nabi SAW dan berkata, “Ya Muhammad SAW!” Mereka tidak mengatakan “Ya Rasulallah SAW!”

Kata mereka, “Saat kami berdoa, tidak ada pikiran negatif pada hati kami.  Kami terfokus pada Tuhan kami.  Tetapi yang kami tahu dari sahabat-sahabatmu bahwa saat mereka beribadah, banyak gangguan dalam pikiran mereka.  Artinya agamamu tidak baik, milik kamilah yang lebih baik.” 

Nabi SAW pun menoleh pada Sayyidina Abu Bakar RA, “Jawablah mereka.”

Sayyidina Abu Bakar RA menjawab, “Jika seorang pencuri ingin merampok dan dia mempunyai pilihan untuk pergi ke istana atau ke kandang, ke mana dia akan pilih?”

Tentu ke istana.” Jawabnya.

Hati kami seperti istana yang penuh dengan Iman pada Allah SWT dan Nabi SAW.”

Kandang hanyalah sebuah kandang, isi kandang ada di sana. Dia ingin datang ke istana karena lebih banyak batu mulia di sana.

Itulah mengapa hati para muslim di bawah serangan yang berat.  Kita berada di bawah kesulitan besar karena seluruh dunia melawan kita.

Mereka melawan kita untuk apa?  Untuk sebuah alasan yang sederhana: karena kita tidak saling setia.  Kita tidak berusaha melakukan yang terbaik untuk membuat citra agama kita menjadi baik.

Adalah tugas kita untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang damai, agama Allah SWT, sebuah pesan surga.  Pesan surga bukanlah pesan yang kejam, kasar dan merusak. Islam adalah pesan cinta dan toleransi.  Adalah kewajiban kita untuk merubah pesan yang sebagian kaum muslim telah diberi sebutan (kejam) itu.

Saya senang saat tiba di Singapura,  melihat muslim  Singapura dan yang lain, bangsa Cina yang hidup berdampingan dengan damai, tak ada gangguan.  Saya ingin melihat setiap negara membawa kembali  nama agama kita sebagai agama cinta, sebagaimana yang dikatakan Nabi SAW.

Saya pernah bercerita tentang seorang Badui, yang datang pada Nabi SAW saat salat Jumat.  Dia datang dan berdiri di pintu masjid dan berkata, “Kapan Hari Kiamat itu, ya Muhammad SAW?”

[Mengapa dia bertanya tentang Hari Kiamat?  Apakah kita menanyakan tentang Hari Kiamat?  Tak seorang pun dari kita yang menanyakan hal itu.   Betapa orang Badui lebih baik dari kita yang menyebut diri kita sendiri sebagai kaum beradab, kaum modern.  Kita tidak menanyakan saat kiamat.  Apa yang kita tanyakan?  Kapan saatnya berdisko? Yang kita tanyakan adalah nafsu.]

Nabi SAW tidak menjawab. Dia bertanya lagi. Nabi SAW meneruskan berbicara pada sahabat-sahabatnya.  Saat Badui itu bertanya untuk yang ketiga kalinya, Jibril pun datang dan berkata, “Jawablah dia.”

Walaupun hanya seorang Badui, Nabi SAW menjawab, “Apa yang telah engkau siapkan untuk hari itu?  Itu adalah perjalanan yang panjang.  Apa yang akan engkau persiapkan untuk hari itu?”

[Kita harus bertanya pada diri sendiri, apa yang sedang kita siapkan untuk hari itu.  Seorang Badui yang tak tahu tentang Islam,  kaki dan badannya telanjang. Apa yang dia jawab?]

Dia menjawab dengan sederhana, Cintamu, ya Muhammad SAW adalah cukup untukku.”  Dia tidak tahu apa-apa.  Lalu apa yang Nabi SAW katakan, “Itu sudah cukup.”

Badui itu pun bahkan tidak memasuki masjid dan salat.

Sayyidina Abu Bakar RA bertanya pada Nabi SAW, “Apakah ini, ya Rasulallah SAW?”  Nabi SAW berkata, “Yuhsyharul maru ma man ahbabt.”  Seorang manusia akan dibangkitkan bersama yang dicintainya.”

Dengarlah firman Allah SWT, “Qul in kuntum tuhibbuuna Allaha fat-tabi`uunii yuhbibkumullahu... Katakanlah: Jika engkau mencintai Allah SWT, ikutilah aku; niscaya Allah SWT akan mencintaimu...” [3:31]

Itulah perubahan yang harus kita lakukan, yaitu: untuk mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi cinta kita pada keluarga dan anak-anak kita.

Adakah seseorang akan mengacungkan tangan dan berkata, Ya saya mau.” Jika benar, maka acungkan tangan kalian.  Saya tanyakan masalah itu pada diri sendiri, “Apakah saya mencintai Nabi SAW melebihi cinta pada anak perempuan saya dan keluarga saya?”

Jika anak laki-laki kalian sedang sakit dan demamnya mencapai 42 atau 43°C, sementara dia masih kecil; apa yang kalian lakukan? Bukankah kalian akan berada di sisinya sepanjang malam, memeriksa temperaturnya.  Kalian tidak bisa tidur.  Tidurkah kalian bila anak-anak kalian sedang sakit? Tidak, kalian mungkin ke rumah sakit dan menungguinya di sana.

Apakah kalian bangun sepanjang malam bersama Nabi Muhammad SAW dan memujinya?  Lalu cinta yang seperti apa yang sedang kalian bicarakan?  Lihatlah bagaimana cinta kita adalah palsu.

Perhatikanlah, buah-buahan plastik tidak ada rasanya.  Cinta kita pada Nabi SAW harus diubah dari plastik menjadi sesuatu yang segar.  Namun ada beberapa orang yang cintanya pada Nabi SAW melebihi cinta pada anak dan keluarganya.  Merekalah yang paling jujur dan alim di antara kita.

Mina al-mu’miniina rijalun shadaquu ma `ahaduu Allaaha `alayhi fa minhum man qadhaa nahbahuu wa minhum man yantazhiru wa maa baddaluu tabdiila

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah SWT; maka di antara mereka ada yang gugur.  Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).  [33:23]

Allah SWT menggambarkan mereka dalam kitab suci al-Quran sebagai orang-orang yang menepati janjinya pada Allah SWT di Hari Perjanjian; dan beberapa di antaranya telah meninggal, sementara sebagian dari mereka sedang menunggu dan mereka tidak pernah berubah.  Mereka adalah orang-orang yang lurus.

Wahai muslim, saya tak akan berlama-lama tentang itu.  Mereka itu ada di antara kita.  Temukan dan belajarlah dari mereka. Jangan katakan bahwa di dunia kalian tidak menemukan orang seperti itu.  Mereka bukan seperti ulama yang kalian tahu.  Mereka adalah `alimun `amil, seorang alim yang bertindak atas apa yang telah dia pelajari.  Itulah mengapa Allah SWT menggambarkannya dalam al-Quran.

Alaa inna awliya-Allahi laa khawfun `alayhim wa laa hum yahzanuun – Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah SWT itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.  [10:62]

Di mana para awliya sekarang ini?  Lihatlah mereka.

Ya ayyuha alladziina amanuu ittaquu Allaha wa kuunuu ma'a as-shaadiqiin - Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.  [9:119] 

Bersamalah dengan orang yang benar dan dapat dipercaya. Carilah mereka dan bergabunglah dengan mereka.  Kalian akan belajar dari mereka dan kalian akan berubah.

Semoga Allah SWT membuat kita mampu melihat salah satu awliya-Nya.  Semoga Dia membuat kita mampu melihat salah satu dari hamba-hambanya yang jujur.

Semoga Allah SWT membawa kita pada spiritualitas Nabi Muhammad SAW yang membuat kita mampu merasakan kehadirannya, merasakan keharumannya, merasakan cintanya, merasakan beliau, bersama beliau setiap saat dalam kehidupan kita.

Bi-hurmatil habib, bi hurmatil-fatiha.

No comments: