09 January 2012

Kalian harus Mengetahui Kebesaran Nabimu (s)!

Mawlana Syekh Hisyam Kabbani
31 Desember 2011 Jakarta Timur, Indonesia
Mawlid an-Nabi (s) dengan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
Shuhbah di Velodrome Rawamangun


As-salaamu `alaykum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
A`udzu billahi min asy-Syaythaani 'r-rajiim. Bismillahi 'r-Rahmaani' r-Rahiim. Alhamdulillahi Rabi 'l-`Alamin, wa' sh-shalaatu wa 's-salaamu` ala asyrafi' l-Mursalin, Sayyidina wa Nabiyyina Muhammadin wa `alaa aalihi wa shahbihi ajma`in.

Nawaytu 'l-Arba`in, nawaytu' l-` itikaaf, nawaytu 'l-khalwah, nawaytu' l-`uzlah, nawaytu 'r-riyaadhah, nawaytu' s-suluk, lillahi ta `ala fi haadza 'l-masjid.

أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم

Athi `ullaha wa` athi u 'r-Rasula wa' ulill-amri minkum.
Taatilah Allah, taati Rasul-Nya (s), dan orang-orang yang mempunyai otoritas di antara kalian. (4:59)

Alhamdulillah, Siapa pun yang datang berkumpul di malam ini demi cintanya kepada Sayyidina Muhammad (s) dan bersama dengan para Pecinta Al-Musthafa, Nurul-Musthafa (Cahaya Nabi Yang Terpilih), semoga Allah (swt) mengumpulkan kita semua di Surga kelak bersama Sayyidina Muhammad (s), karena beliau (s) adalah teladan bagi kita dan beliaulah alasan di mana para malaikat diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Sayyidina Adam (as), untuk menghormati beliau (s)! Kita bersyukur kepada Allah dan mencari petunjuk-Nya, dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan ego kita dan perbuatan kita.

Ini adalah sebuah pertemuan atas petunjuk-Nya dan ini adalah karunia yang besar dari Sayyidina Muhammad (s), karena ketika kita mengingat beliau, Nabi (s) mengingat kita. Ketika kita mengingat Allah (swt), Dia mengingat kita, dan ini adalah berkah dari para haba’ib, khususnya Habib Hasan. Semoga Allah (swt) membimbing kita semua.

Seluruh sendi Islam dibangun atas ketaatan dan cinta kepada Nabi Muhammad (s). Ketaatan kepada Nabi (s) akan membawa kita untuk mencintainya, sehingga berselawatlah kepadanya sepanjang waktu! Kita berharap semoga berkah-berkah ini tidak hanya menjangkau umat Muslim saja, tetapi juga non-Muslim.

Allah (swt) berkata:

إنا فتحنا لك فتحا مبيناليغفر لك الله ما تقدم من ذنبك وما تأخر ويتم نعمته عليك

innaa fatahnaa laka fathan mubiinaan, liyaghfira laka Allaahu maa taqaddama min dzanbika wamaa ta-akhkhar wayutimma ni'matahu 'alayka wayahdiyaka shiraathan mustaqiimaan.

Sesungguhnya (Muhammad), Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. (Al-Fath, 48:1,2)

Allah (swt) berfirman, "Kami telah memberikan kepadamu sebuah pembukaan (kemenangan) yang besar dan memaafkan kamu atas dosa yang kamu lakukan di masa lalu dan di masa yang akan datang." Pertanyaannya adalah, apakah Nabi (s) berbuat dosa dan beliau harus diampuni? Tidak mungkin! Nabi (s) adalah maksum, tidak mempunyai dosa!

Dalam Isra Mi’raj, Nabi (s) diangkat ke maqam berjarak dua busur atau lebih pendek lagi terhadap Allah (swt), Qaaba qawsayni aw adnaa, Nabi (s) dibawa masuk ke dalam Surga dan ke Neraka dan melihat seluruh penghuninya, jadi bagaimana bisa bahwa ayat ini merujuk kepadanya? Tidak mungkin! Oleh karena itu, makna dari ayat ini adalah, "Kau ditinggikan dan Allah (swt) mengampunimu untuk dosa-dosa umatmu, hamba Allah, apa pun dosa di masa lalu mereka dan dosa di masa depan mereka, semuanya telah diampuni demi syafaatnya, syafaat dari Sayyidina Muhammad (s)! Sayyidina Adam (a) dan seluruh umat manusia berada di bawah panji Nabi (s) pada Yaumul Hisab nanti!"

Kita semua adalah anak cucu Sayyidina Adam (a), dan semua meminta syafaat (perantaraan dan perlindungan) kepada Nabi (s), dan beliau (s) akan bersujud di Hadirat Tuhan-Nya dan membacakan doa untuk umatnya agar diampuni dan Allah akan membukakan kalbunya dan kemudian Allah (swt) akan mengatakan kepadanya, "Angkatlah kepalamu dan mintalah apa saja yang kau inginkan, Aku akan mengabulkannya.” Nabi (s) akan meminta agar umatnya diselamatkan dan Allah akan mengabulkannya. Dia (swt) berfirman di dalam Al-Qur'an:

ألم نشرح لك صدرك

alam nasyrah laka shadrak
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (Asy-Syarh, 94:1)

Dan melapangkan yang tidak ada batasnya. Allah (swt) telah melapangkan dadanya sejauh Qaaba qawsayni aw adnaa! Hingga berjarak hanya dua busur atau lebih dekat. “Kemudian Kami hapus darimu beban beratmu,” yang berarti beban berat umat Nabi (s) yang diembannya. Dan mengacu pada ayat lain, “Kami memaafkan dosa umatmu, dosa sebelumnya dan dosa yang akan datang.” Dan kita berdoa:

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

Rabbana aatinaa fi 'd-dunya hasanatan wa fi' l-akhirati hasanatan wa qina adzaaban nar.
Wahai Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Al-Baqarah, 2:201)

Apakah hasanah itu? Hasanah adalah sesuatu yang baik, keberkahan. Jika Allah (swt) ingin berbuat baik kepada hamba-Nya, maka Dia membuat hamba-Nya untuk mengetahui Nabi-Nya (s). Jadi itu berarti, "Ya Allah! Karuniakanlah kami untuk dapat melihat Sayyidina Muhammad (s); dan hasanah terbaik di dunia adalah untuk dapat melihat Nabi (s) dan hasanah terbaik di akhirat adalah bersama dengan Nabi (s) di Surga!"

Sesungguhnya Nabi (s) tidak jauh dari kita, bahkan, beliau hadir dan mendengarkan! Beliau menyaksikan segala perbuatan umatnya dari kuburnya. Beliau berkata, “Aku hidup di dalam kuburanku dan bila seseorang mengirimkan salam padaku, maka Allah akan mengembalikan ruhku, dan dari dalam kuburku aku membalas salam mereka semua."

Dan setiap detik seluruh manusia di dunia mengirimkan salam mereka kepada Nabi (s) dan karena itulah setiap saat Allah mengirimkan kembali ruh Nabi (s) di dalam kuburnya dan beliau menjawab salam dari mereka yang mengucapkan pujian dan salam kepadanya. Imam as-Suyuti (qs) mengatakan, "Berdasarkan hal ini, maka kita mengetahui bahwa Allah (swt) telah mengembalikan ruh dan jiwanya secara permanen dalam kuburnya, artinya bahwa Nabi (s) senantiasa hidup untuk menyaksikan seluruh umatnya."

Ini berarti, pujilah Nabi (s)! Dan kita berkata, "Ya Allah! Kami mengirim pujian pada Nabi (s)! Wahai rahmat bagi semesta alam! Kami menyerukan padamu, Yaa Rasulullah (s), dari Indonesia ini Yaa Rasulullah (s)! Wahai Nabi (s)! Semoga Allah (swt) mendoakanmu dari pra-azali sampai azali!"

Allah (swt) berfirman dalam Al-Qur'an:

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

inna-Llaha wa malaa'ikatahu yushalluuna `ala 'n-nabi, yaa ayyuhal-ladziina aamanuu shalluu `alayhi was sallimuu tasliima.

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-'Ahzaab, 33:56)

Ini berarti Allah (swt) memberikan salam pada Nabi (s) dan memerintahkan semua malaikat-Nya—malaikat yang Dia ciptakan sebelumnya, malaikat yang akan Dia ciptakan—semuanya diciptakan untuk memuji Nabi Muhammad (s)! Allah (swt) adalah al-Khaliq, "Sang Pencipta," yang berarti Dia terus menciptakan sesuatu yang baru dan juga malaikat baru, dan setiap malaikat baru, diperintahkan untuk memuji Nabi (s), perintah itu berlaku untuk setiap saat! Malaikat itu masing-masing memiliki tasbih yang unik bagi diri mereka sendiri dan berbeda-beda antara satu dengan yang lain, sehingga tidak ada pengulangan dari pujian-pujian tersebut.

Kalian harus mengetahui kebesaran Nabi Muhammad (s)! Bagaimana Allah (swt) mengagungkannya? Sayyidina Musa (a) adalah Kalamullah, "Dia yang berbicara dengan Tuhan-Nya," dan Musa (as) meminta, "Yaa Rabbii! Dapatkah aku melihat-Mu?” Nabi Musa (as) meminta kepada Allah untuk dapat melihat-Nya! Bagaimana kalian dapat menanyakan hal ini? Pencipta adalah di luar ciptaan-Nya, di luar batas dunia dan Surga, dan Dia tidak memiliki tempat dan waktu, melampaui semua hal itu! “Wahai Musa, kau tidak akan mampu melihat Aku, tetapi Aku akan memberimu kesempatan. Lihatlah gunung itu dan jika gunung itu tetap berada di tempatnya, maka kau dapat melihat-Ku."

Sebuah gunung sangat besar dan masif. Seperti disebutkan dalam tafsir tersebut, "Ketika Allah mengutus tajali-Nya Nama Indah-Nya dan Atribut/Sifat dan kebesaran-Nya melalui Sayyidina Musthafa (s) di gunung itu, maka gunung itu hancur lebur. Sayyidina Musa (a) jatuh pingsan karena terkejut."

فلما تجلى ربه للجبل جعله دكا وخر موسى صعقا

Falammaa tajallaa Rabbuhu li 'l-jabali ja`alahu dakkan wa kharra Musa saa'iqaan.

Tatkala Tuhannya menampakkan diri-Nya kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh lantak bagai debu dan Musa pun jatuh pingsan. (QS. Al-A'raaf, 7:143)

Allah (swt) mengirimkan tajali di gunung melalui Firman-Nya dan karena itulah Sayyidina Musa (as) terus-menerus mencari hikmat, maka Allah mengutusnya untuk bertemu dengan Khidr (a). Ketika tajali muncul, gunung tersebut pun hancur luluh lantak.

Allah (swt) mengatakan dalam ayat lain:

لو أنزلنا هذا القرآن على جبل لرأيته خاشعا متصدعا من خشية الله

law anzalnaa haadzaa al-Qur’ana `alaa jabalin la-ra'aytahu khaashi`aan mutasaddi`an min khashyatillah.

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk hancur lebur disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr, 59:21)

"Jika Kami mengungkapkan hal ini, Al-Qur'an kepada gunung itu, maka ia akan dihancurkan dan dimusnahkan menjadi debu karena rasa takut kepada Allah." Tetapi Allah mengirimkan Al-Qur'an ke dalam kalbu Sayyidina Muhammad (s), dan beliau tidak hancur!

Wahai umat-Nabi al-Musthafa! Kalian adalah cahaya dari Nabi al-Musthafa, Nabi Pilihan, Muhammad (s). Allah (swt) telah menurunkan Al-Qur'an pada Nabi (s), dan telah diberikan oleh Nabi saw kepada kalian. Apakah kalian menerimanya atau tidak, kalian adalah pembawa Al-Qur'an dan wajib untuk memberikan penghormatan kepada Al-Qur'an dan juga kepada keturunan Nabi (s)!

Muhammad al-Busayri (r), adalah penulis al-Burdah Abu-Syarifa dan ia mengetahui Realitas Nabi (s), ia mengatakan, "Semua mengambil dari Nabi (s) dan semua memiliki kekhususan darinya, bukan hanya hamba-Nya, tetapi bahkan seluruh planet-planet dan bintang-bintang! Sesungguhnya, semua Ciptaan diciptakan dari cahaya Sayyidina Musthafa (s)!"

Kami akan akhiri dengan kalimat ini sebagai pengingat bagi kita semua:

قل لا أسألكم عليه أجرا إلا المودة في القربى

Qul laa as-alukum 'alayhi ajran illaa almawaddata fii alqurbaa

Katakanlah (Wahai Muhammad): "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dan cinta kepada keluargaku". (Asy-Syura, 42:23)

Semua habaa'ib ini adalah keturunan Nabi (s). Mereka tersebar di setiap wilayah dan di setiap sudut dunia, dan kewajiban kita semua adalah untuk menghormati mereka. Semoga Allah (swt) mendukung mereka karena mereka adalah berkah dan kebaikan bagi seluruh umat manusia.

Asy-hadu an laa ilaaha illAllah wa-asy hadu anna Muhammadan-Rasuulullah! Laa ilaaha illa-Llah, laa ilaaha illa-Llah, laa ilaaha illa-Llah! (zikir)

Allaahummaj`al awwala majlisinaa hadzaa shalaahan wa awsathahu falaahan wa akhirahu najaahan
Allaahummaj`al awwalahu rahmatan wa awsathahu ni`matan wa akhirahu takriimatan wa maghfirah

Ya Allah! Jadikanlah bagian pertama dari malam ini sebagai pemulihan, dan bagian tengahnya sebagai kejayaan dan bagian akhirnya sebagai keselamatan. Ya Allah! Jadikanlah bagian pertamanya sebagai rahmat dan tengahnya sebagai nikmat, dan bagian akhirnya sebagai keberkahan dan pengampunan! Yaa Sayyidii! Yaa RasuluLlah! Pandanglah kami semua dan hubungkan kami denganmu!

Wa min Allahi at-Tawfiiq, bi hurmati' l-Habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

No comments: