Mawlana Syekh Hisyam Kabbani
Fenton, Michigan, 17 September 2009
A`uudzu billahi min asy-Syaythani ‘r-rajiim
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim
Nawaytu 'l-arba`iin, nawaytu 'l-`itikaaf, nawaytu 'l-khalwah, nawaytu 'l-`uzlah,
nawaytu 'r-riyaadhah, nawaytu 's-saluuk, lillahi ta'ala al-`Azhiim fii hadza 'l-masjid.
Athii`uullaha wa athii`uu 'r-Rasuula wa uuli 'l-amri minkum.
Saya pikir kita harus memindahkan siaran langsung ini ke Siprus karena mereka akan menyiarkan Salat Jumat dari sana, jadi saya akan menceritakan sebuah kisah singkat dari Grandsyekh, kisah mengenai Iblis yang datang dan mengetuk pintu Sayyidina Syah Naqsyband (q) pada suatu hari, dan bagaimana beliau hidup dengan Iblis. Ada kisah lain juga mengenai Grandsyekh Syarafuddin (q) dan bagaimana beliau menggunakan Iblis untuk melimpahkan dosa-dosa manusia kepadanya. Kita akan menceritakan kisah kecil ini lalu memindahkan siaran langsungnya ke Siprus.
Allah berfirman di dalam kitab suci al-Qur’an,
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ
Inna `ibadii laysa laka `alayhim sulthan
"kamu tidak mempunyai kekuasaan atas hamba-hamba-Ku". (15:42)
Di sini Allah (swt) berbicara kepada Iblis. Dia mengatakan, “Kau tidak bisa mempunyai kekuasaan atas hamba-hamba-Ku, mereka yang berhak menyandang predikat penghambaan; kau dan tidak ada seorang pun yang mempunyai kekuasaan atas mereka, karena mereka adalah hamba-hamba-Ku,” sebagaimana Allah menyebutkan Sayyidina Khidr (as) `abdan min `ibaadinaa, "salah seorang di antara hamba-hamba-Ku."
Jadi Iblis dengan segala kekuatannya, ia berusaha menjangkau di mana para awliyaullah melakukan pertemuan mereka, ia berusaha menjadi salah satu di antara orang-orang yang menghadiri pertemuan itu untuk mengganggu pertemuan itu dan ia bisa datang dengan berbagai cara yang berbeda, kalian bisa saja tidak mengenalinya dan siapa yang dapat mengenalinya? Ia bisa saja datang sebagai orang berpenampilan normal, dengan janggut islami dan bahkan memakai turban dan bahkan ia pun mengambil bay’at dan tinggal selama bertahun-tahun sehingga orang-orang mulai menyukainya. Setelah itu ia akan keluar dan membuat keributan, bukan dari mulutnya, tetapi dari bagian lain. Ia datang kepada orang-orang dan mengatakan, “Aku adalah perwakilan syekh.” Jika baginya mungkin untuk mendatangi Sayyidina Adam (as) dan mengatakan, “Aku akan menunjukkan kepadamu sebuah pohon yang membuat kehidupan menjadi kekal,” maka apakah ia tidak mungkin untuk mendatangi kalian? Apakah kalian lebih baik daripada Adam (as)?
Jadi, itulah sebabnya mengapa dalam setiap tarekat ada Iblis di dalamnya. Itulah sebabnya kalian lihat bahwa ketika ia mendapati bahwa kalian adalah seorang yang ikhlas, ia akan pergi dan mulai berbicara buruk mengenai zikir dan majelisnya. Jadi Iblis datang kepada Syah Naqsyband (q), mengetuk pintunya dan minta izin untuk masuk. Ia datang dalam bentuk seorang manusia--sangat tampan, enak dipandang, seorang yang tinggi besar, rajulun `azhiim. Dengan janggut hitam yang rapi, dan orang-orang menghormatinya, dan dengan turban yang sangat besar, jadi kalian melihat turban juga?... Ada banyak sekali di dalam tarekat ini, mereka mempunyai turban besar dan mereka adalah para pewaris Iblis. Tunggulah sampai kebenaran akan datang, inn Allaha yumhil wa la yuhmil...Allah akan membiarkan mereka dan kemudian akan menghukumnya. Rajulun `azhiim bi `amaamatun kabiira - Seorang pria besar datang dengan busana sunnah yang sempurna dan dengan turban besar meminta izin untuk masuk ke hadirat Syah Bahauddin Naqsyband (q) dan bersama Syah Naqsyband (q) hadir seorang murid senior, Syekh Muhammad Parsa dan salah satu khalifah pertamanya dari Persia, bukannya `Alauddin `Aththar. Beliau juga adalah orang yang mempunyai otoritas.
Jadi orang itu datang dan ia terlihat sangat saleh dan tulus… apakah Iblis saleh dan tulus? Ia telah dikutuk oleh Allah. Nabi (saw) berkata, “Berhati-hatilah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” Jadi berhati-hatilah dengan orang yang menggunakan nama Mawlana. Jadi beliau (Syekh Muhammad Parsa) bertanya pada Sayyidina Syah Naqsyband (q), "Ada seorang syekh di pintu dan ia meminta izin untuk mendapat kehormatan untuk berada di hadiratmu,” dan Sayyidina Syah Naqsyband (q) berkata, “Biarkan ia masuk.” Ia masuk dengan tongkatnya… lihat, mereka semua membawa tongkat, memakai turban, pakaian yang bersih dan rapi, janggut panjang dan pandangannya direndahkan, baik sekali, dengan adab yang baik sekali, dan ia datang, dan Sayyidina Syah Naqsyband (q) menyambutnya dan ia datang dan duduk dengan posisi berlutut. Beliau berkata kepadanya, “santai saja,” dan ia menjawab, “Ya Sayyidii! Kita harus menjaga adab terbaik, aku merasa rileks dengan posisi berlutut ini,” jadi beliau meminta Muhammad Parsa untuk meninggalkan ruangan. Beliau khawatir bahwa murid bisa mempunyai keraguan mengenai apa yang akan terjadi.
Jadi Sayyidina Syah Naqsyband (q) dengan kekuatan kewaliannya, sebagaimana para awliyaullah mempunyai dua macam kekuatan: sebagian memiliki wilayah terhadap aspek fisik, mereka bisa bergerak menembus ruang, mereka dapat mengatakan kepada kalian apa yang terjadi besok, mereka membawa sesuatu yang tidak terduga, mereka dapat memberi penyembuhan, dan kemudian ada juga tipe lainnya di mana mereka dapat mengangkat derajat kalian dengan ilmu dan ini jauh lebih baik dan mereka mewarisinya dari Nabi (saw), yang menerima kitab suci al-Qur’an, dan mereka mewarisinya sehingga mereka berusaha untuk mengunduh berbagai macam ilmu ke dalam kalbu kalian. Kemudian ada tipe ketiga yang dapat menggabungkan aspek fisik dan spiritual.
Dan Syah Naqsyband (q) mempunyai kedua kekuatan itu (beliau termasuk tipe ketiga). Beliau terlihat normal, tetapi beliau tahu bahwa Iblis akan datang sebelum ia datang. Iblis menyamarkan dirinya sepenuhnya. Beliau dulunya adalah kepala malaikat. Allah (swt) memberinya kekuatan itu, sehingga ia menutupi seluruh kepribadiannya dan sangat langka seorang wali dapat menembus hijab ini dan melihat siapa di balik hijab itu. Jadi beliau tahu bahwa ini adalah Iblis, yang terkutuk.
Jadi beliau berkata, “Wahai tamu kami, biasanya tamu-tamu kami tinggal selama tiga hari. Kau dipersilakan untuk tinggal selama tiga hari di sini.” Iblis sangat senang. Ia berpikir bahwa Sayyidina Syah Naqsyband (q) tidak mengenalinya karena ia menyamarkan dirinya yang sebenarnya, jadi ia tinggal selama tiga hari di sana dan selama itu ia membuat dirinya turut mengikuti salat bersama beliau. Salat berjamaah bersama seluruh pengikutnya di majelisnya. Ketika kami mengunjungi masjidnya di Bukhara, orang mengatakan bahwa biasanya ada 5000 orang yang belajar dan bermukim di sana. Jadi beliau membuat Iblis yang terkutuk terpaksa mengikuti salat, karena Iblis tidak bisa membongkar penyamarannya karena ia ingin memperdaya Sayyidina Syah Naqsyband (q) dan ia ingin memperdaya jemaahnya, jadi ia bergabung dengan jemaah, ia berusaha untuk membuat mereka kebingungan, tetapi kekuatan Sayyidina Syah Naqsyband (q) lebih tinggi darinya. Beliau berkata kepadanya, “Dengan hormatku kepada Tuhanku,” itu artinya, “Dengan hormat kepada Tuhanku yang mengutukmu, aku menghormati kutukan itu padamu, yang mencambukmu, aku menghormati perintah itu, dapatkah aku bertanya bagaimana aku bisa membantu?” (karena beginilah cara kerjanya) dan ia berkata, “Ya, aku datang ke sini untuk menjadi salah satu muridmu.” Orang-orang di sana merasa senang, ada seorang dengan janggut dan turban, orang yang tulus. Mereka berpikir, “Oh, ia akan tinggal bersama kita, mungkin kita bisa belajar tentang adab darinya, karena ia mempunyai adab yang tinggi dengan Syah Naqsyband (q).”
Mereka datang kepada Mawlana Syekh dengan adab sempurna, mengatakan, “Aku ingin memimpin zikir di daerahku, memimpin zikir dan mendapatkan khilafah." Segera Mawlana akan memberi stempel pada kertas dan berkata, “Pergilah!” (Itu artinya) “Kau seperti Iblis itu.”
Jadi ia (Iblis) berkata, “Aku ingin menjadi muridmu, dapatkah engkau menunjukkan jalan terbaik untuk menjadi muridmu, aku siap. Dapatkah aku berkhidmah padamu?” Beliau (Syah Naqsyband (q)) berkata, “Kau tahu tentang tradisi dan jalan kami. Orang yang ingin menjadi murid kami harus bekerja di dergah, khaniqah, zawiya, lalu setelah ia bekerja, kami akan melihat sejarahnya dan barulah kami memutuskannya,” mengisyaratkan kepada Iblis. Iblis tidak pernah mengetahui bahwa Syah Naqsyband (q) mengetahui realitasnya, sehingga ia berpikir, “Seperti semua orang yang kutipu, aku akan menipunya dan menjadi muridnya.” Sekarang Syah Naqsyband (q) tahu bahwa Iblis tidak akan pernah mau bertobat, sekali seseorang dikutuk, ia tidak akan mau bertobat, tetapi beliau ingin mengikis kesombongannya. Iblis berkata Syah Naqsyband (q), “Jadi apakah hal terbaik yang dapat kulakukan agar aku dapat menjadi muridmu?”
Beliau berkata, “Kau tahu murid kami, ketika mereka baru datang kepada kami, kami mengirim mereka untuk membersihkan kamar mandi untuk mengajari mereka tentang ketawadukan.” Jadi, kau harus pergi ke kota, bukan seperti sekarang, kita bahkan mempunyai kamar mandi di rumah. Ada banyak kamar mandi di sana, bukan yang dapat dibongkar pasang, tetapi kamar mandi yang memang dibangun di sana. “Kau harus membersihkannya, ini adalah tugasmu setiap hari, selama 7 tahun.” Dan pada saat itu kalian harus membersihkannya, termasuk batu-batu yang ada di sana, tidak ada kertas toilet pada saat itu. Sampai sekarang jika kalian mengunjungi Uzbekistan mereka masih menyimpan batu di kamar mandi. Kalian menggunakan tiga ember dan menggunakan batu-batu itu lalu meletakkannya di ember yang kotor dan kemudian membuangnya. Tetapi beliau berkata, “Jangan buang batu-batu itu, kau harus membersihkannya dan menyimpannya kembali, setelah itu barulah kau menjadi murid kami dan kami akan memberimu otoritas.” Dan ia berkata, “Otoritas?” Syah Naqsyband (q) bertanya, “Apakah kau terima?” “Ya, aku terima.” Jadi Iblis melakukan pekerjaan itu selama 7 tahun. Beliau membuatnya melakukan hal itu selama 7 tahun.
(Siprus sudah siap sekarang?)
Jadi beliau mengatakan hal itu dan Iblis lalu pergi dan bekerja sangat keras untuk memperlihatkan kepada murid-murid bahwa ia adalah seorang pekerja keras, padahal Sayyidina Syah Naqsyband (q) mendorongnya keluar dari halaqah zikir. Jadi ia datang pada sore hari dalam keadaan lelah karena ia mengambil bentuk sebagai manusia. Tujuannya adalah untuk menipu Sayyidina Syah Naqsyband (q). Jadi ia adalah seorang pekerja keras, ia melakukan pekerjaannya dengan sempurna, ia tidak suka melakukan suatu kesalahan, ia menarik perhatian manusia dengan kesempurnaan. Apakah kita melakukan `ibadah kita dengan kesempurnaan? Ia mendedikasikan hal itu untuk menciptakan kebingungan. Jadi ia bekerja sangat keras selama 7 tahun dan setelah itu ia datang kepada Sayyidina Syah Naqsyband (q), berkata, “Aku sudah siap.” Syah Naqsyband (q) berkata, “Aku telah melihat dedikasimu. Aku senang melihatnya dan aku pikir kau bisa menjadi salah satu pengikutku tetapi aku berpikir bahwa engkau mempunyai begitu banyak dosa, dan sekarang sejak engkau melakukan pekerjaan itu, kau menjadi sangat dekat denganku, aku sangat gembira dengan apa yang telah kau lakukan dan yang telah kau capai.” Jadi sekarang kita akan melihat apa yang telah kau capai dan pada saat itu Sayyidina Syah Naqsyband (q) sedang mengadakan Mawlid Nabi (saw) dan Iblis mendatanginya dan Syah Naqsyband (q) mengatakan kepadanya bahwa ia mempunyai begitu banyak dosa, tetapi ia telah mencapai apa yang beliau inginkan, kemudian beliau berkata, “Aku percaya bahwa engkau adalah makhluk yang terburuk.” Setelah membuatnya berkhidmah selama 7 tahun. “Aku melihat bahwa engkau tidak pantas kecuali untuk membersihkan kamar mandi dan itulah sebabnya aku memberikan tugas itu, sekarang kuberitahu wahai yang terkutuk, wahai yang telah Allah kutuk. (Kau) tidak akan bisa melawan `ibaadullah karena Rahmat Allah bersama mereka. Apapun yang mereka tinggalkan di kamar mandi ini, mulai sekarang ini akan menjadi makananmu.”
Jadi dalam makna spiritual itu artinya, “Semua dosa manusia akan dilimpahkan kepadamu, semua dosa kotor mereka. Aku akan meletakannya di atasmu melalui cucuku yang akan muncul di masa depan, ia akan menjadikanmu sebagai binatang raksasa dan menarikmu dengan tali kekang dan melimpahkan semua dosa para pengikut Naqsybandi kepadamu dan kemudian dosa-dosa manusia-manusia lainnya. Jadi, pergilah sekarang dari sisiku wahai yang terkutuk!"
Jadi para awliyaullah melakukan hal-hal yang tidak dimengerti oleh manusia. Dan beliau melakukan hal itu untuk memberi tanda kepadanya bahwa ia akan dilemparkan dengan semua dosa manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya. Dan itulah Sayyidina Syekh Syarafuddin (q) yang akan muncul di masa depan yang akan menarik tali kekang pada Iblis dan melimpahkan seluruh kotoran murid Naqsybandi dan semua kotoran manusia padanya. Beliau berkata, “Wahai yang terkutuk, kau pantas menjadi yang terjauh dari Hadirat Allah dan Sayyidina Muhammad (saw) adalah yang terdekat dengan Allah (swt), jangan pernah mencoba untuk datang ke sini lagi dan jika kau melakukannya, kau akan melihat hal-hal yang tidak akan kau sukai.” Kemudian Iblis lari dari hadirat Sayyidina Syah Naqsyband (q).
Ada lebih banyak lagi, tetapi kita tinggalkan itu sekarang, bi hurmati 'l-Fatihah. Itu adalah kisah Sayyidina Syah Naqsyband (q) yang berurusan dengan Iblis pada suatu waktu.
Ada banyak kisah lainnya dan kami akan menceritakannya satu per satu, insya'Allah dan semoga Allah (swt) mendukung kita dan mendukung kalian, bi hurmati 'l-Fatihah. Kalian telah mendengar kisah itu sebelumnya. Awliyaullah mempunyai kisah-kisah, bukan kisah biasa, tetapi kisah nyata dan itulah sebabnya kita mendengar Mawlana Syekh selalu mengatakan, “Aku adalah orang yang meletakkan kekufuran di bawah kakiku.” Kisah tadi akan memberi kalian sebuah tanda arti dari ungkapan tersebut, jadi jika kalian meletakkan simbol kekufuran di bawah kaki kalian maka kekufuran itu berada di bawah kakinya. Jadi Iblis selalu berada di bawah kaki Mawlana. Iblis selalu berada di bawah Mawlana. Ketika ia mencoba untuk mengangkat kepalanya, beliau mendorongnya kembali, seperti seseorang yang duduk di toilet dan Iblis membuka mulutnya. Itulah makanan dan minumannya. Bagaimana? Dengan kekuatan dari wali, itu membuatnya tetap berada di bawah. Jadi itulah yang Mawlana Syekh maksud dengan “kekufuran di bawah kakiku.” … bagaimana? Karena orang yang mempunyai simbol kekufuran berarti ia adalah murtad. Ia beriman, tetapi kemudian tidak beriman. Bahkan untuk membuat sakit hati seseorang, Nabi (saw) bersabda, “Jangan lakukan hal itu.”
Bagaimana dengan seseorang yang menjadi murtad? Di Surga Iblis masih tetap percaya kepada Allah (swt), tetapi di sini ia tidak percaya, ia menjadi murtad, ia tidak percaya terhadap apapun.
Semoga Allah (swt) memanjangkan umur Mawlana dan kita semua untuk bertemu Mahdi (as).
Wa min Allah at-tawfiiq bi hurmati 'l-Fatihah.
http://www.sufilive.com/rnd.cfm?m=1846